Intro

70 17 36
                                    

Entah kenapa penyesalan selalu muncul terakhir.

.

"Heeh, gambarmu jelek banget! Mana ada rumah bentuk atapnya segitiga begitu!" cibir anak itu sembari bertopang dagu. Usianya delapan tahun dan kini duduk di bangku kelas 2 SD. Dengan setengah minat memerhatikan anak baru di kelasnya sedang asyik menggambar. "Aneh!" tambahnya dengan cengiran mengejek.

.

Dan ini adalah salah satu penyesalanku.

.

"Terus kenapa? Yang gambar, kan, aku. Bukan kamu. Nggak usah ikut campur!"

.

Kalau saja aku tidak mengejeknya ....

.

"Kamu cuma bisa gambar rumah, kan? Aku bisa gambar gedung kantor, dong! Lebih besar dan pastinya lebih bagus daripada gambar rumah segitigamu itu!" Si anak lelaki itu tidak pernah terima saat ada anak baru berani berkata seenaknya. Apalagi perempuan. Baginya, tidak ada yang pantas balas mencibirnya di sekolah.

Anak perempuan berambut sebahu itu menutup kedua telinganya. "Nggak dengar apa-apa! Bleee ...!" serunya. Dijulurkannya lidah kepada anak lelaki di depan mejanya. "Suaramu kecil banget. Kayak anak perempuan," tambahnya.

Merasa tidak terima, anak lelaki itu menggebrak meja si anak perempuan tanpa pikir panjang lagi. Amarahnya memuncak. "Maksudmu apa, hah?!" bentaknya. "Aku kayak perempuan, gitu?!"

Anak perempuan itu terlonjak kaget. Tidak pernah menyangka bahwa anak lelaki yang mengganggunya ini ternyata mudah marah.

"Kamu cuma anak baru yang nggak jelas asalnya dari mana! 'Dari Hamburg', idih. Jangan sok jadi orang luar negeri, deh!"

.

... kalau saja aku tidak membentaknya ....

.

"Heh! Anak baru! Kamu mau ke mana? Gerbang sekolahnya bukan di sebelah sana!" Si anak lelaki tukang ejek meneriakinya dari jauh.

"Bukan urusanmu!" balas anak perempuan itu. "Dan, tolong, ya! Namaku bukan 'Anak Baru' karena aku udah bersekolah di sini selama tiga bulan. Emangnya tiga bulan itu sebentar, ya?" sindirnya.

"Heee." Anak lelaki itu berjalan congkak mendekatinya. Gerakan yang membuat anak perempuan itu hendak mengambil langkah seribu. "Kalau namamu bukan 'Anak Baru', terus siapa?" tanyanya.

Anak perempuan itu mengeluarkan buku menggambarnya. Dengan cepat membuka salah satu halaman bergambar bunga indah berwarna merah muda di sana. Namun dengan cepat pula anak lelaki itu merampas buku gambarnya lalu melemparnya ke atas lantai.

"Aku tanya, 'Siapa namamu?'. Bukan 'Kamu gambar apa?'. Paham nggak, sih?"

"Dengerin du--"

"Jadi, bisa jawab atau nggak?!"

.

... kalau saja aku mendengar apa yang dikatakannya ....

.

"Alan, katanya kamu pusing! Istirahat aja dulu!"

Anak lelaki bernama Alan itu mendengus risi. Orang yang sejak tadi berusaha dia jauhi ternyata mampu mengejarnya sampai trotoar di luar gerbang sekolah. "Duh, tolong, deh, Anak Baru. Maumu apa, sih?" tanyanya gusar. "Udah, deh. Sekarang kamu pulang aja sana! Hush! Hush!"

"Alan, aku serius." Anak perempuan itu menatap gelisah anak lelaki yang sejak dulu masih terus menyebutnya "Anak Baru". "Kalau kamu pingsan di tengah jalan, gimana? Kan, nggak lucu," ujarnya setengah cemberut.

"Aku nggak bilang kalau itu bakal lucu, ya?" Alan melirik anak perempuan di belakangnya.

Anak perempuan itu masih belum menyerah. Dengan tekad baja berada di pinggir trotoar, dia mendekati Alan sampai akhirnya langkah mereka beriringan. "Alan--"

"UDAH SANA!" Alan tidak terima dan spontan mendorong anak itu kuat-kuat sehingga kaki si gadis salah ambil langkah di pinggir trotoar.

Tubuhnya terhuyung mundur. "A-ALAN!!"

BIIIPP!! BIIIIIPPP!!!

.

... kalau saja aku bersikap lebih lembut padanya ....

.

Alan memegangi kertas gambar bergambar bunga berwarna merah muda itu. Di tengah kelam dan suramnya suasana pemakaman, Alan memberanikan diri menghadap ibunya.

"Ibu," panggilnya pelan.

"Ya, Sayang?"

Alan mengangkat kertas gambar itu ke depan dadanya. "Ibu tahu nama bunga ini, nggak?" tanyanya dengan suara bergetar. Takut ibunya akan memarahinya.

Ibu mendekat ke arahnya. Memberi kode bahwa beliau tidak akan memarahi putranya itu. Setelah melihat gambarnya selama beberapa detik, dengan senyum sedih ibu menjawab,

"Namanya bunga camelia, Sayang."

.

... bunga itu tidak akan mati.

-***-

No comment for this SHORT chapter. :V

Cuma mau bilang, "STAY TUNE!"


-momoyaaa-

Reincarnationحيث تعيش القصص. اكتشف الآن