TLQ #9

39K 3.5K 26
                                    

Happy Reading Guys....
Semoga kalian suka... :)

♡♡♡♡♡♡

Part 9....

Di tempat lain, Abi berdiri di depan jendela kamarnya. Bukan, bukan kamar di asramanya tetapi di rumah minimalis namun cukup besar di tengah tengah hutan tepat di perbatasan  Stadtdämon (Kota Demon) dan Vampirstadt (Kota Vampire). Tak ada yang mengetahui rumah itu selain Abi, karena rumah itu tersembunyi. Dari rumah itu Abi bisa melihat dengan jelas pemandangan di Stadtdämon maupun pemandangan di Vampirstadt. Karena memang letak rumah itu berada di dataran yang tinggi sehingga dapat melihat pemandangan di bawahnya dengan jelas.

Kamar itu dominan dengan warna hitam, putih dan abu-abu. Tidak ada penerangan di kamar itu kecuali cahaya bulan dari luar yang masuk melalui celah celah jendela yang terbuka. Bahkan di ruangan lain pun sama, tak ada penerangan sama sekali. Sehingga rumah itu terlihat seperti rumah kosong tak berpenghuni.

Dengan penerangan yang minim, Abi memandang ke arah Stadtdämon dari jendela kamarnya. Tetap dengan muka datarnya dia memandang lekat lekat tempat tinggalnya dulu. Jujur saja, Abi rindu tempat itu tempat kelahirannya.

Abila POV

Jujur saja, rasa rindu ini benar benar hampir tak bisa ku tahan. Aku rindu tempat itu, tempat diriku dilahirkan dan dibesarkan. Semua kenangan kebahagiaanku di sana, tapi di sana jugalah awal dari kepahitan hidupku. Munafik jika aku bilang aku tak merindukan tempat itu. Sudah 7 tahun.... ah, bukan tepatnya mau masuk 8 tahun ini aku tak pernah menginjakkan kaki ku lagi di tempat itu.

Aku menghela nafas lelah. Aku lelah hidup seperti ini, aku lelah harus terus bersembunyi seperti ini, aku lelah menjadi buronan ayahku sendiri. Aku berbalik dan merebahkan tubuhku di atas kasur queen size ku. Ku tatap langit langit kamarku yang transparan, dapat kulihat langit malam yang hanya ada bulan di sana.

Apa yang harus aku lakukan ? Apa aku harus seperti ini terus ? Terus terus bersembunyi tanpa mau mengorek akar penyebab aku menjadi buronan seperti ini. Aku bangkit dari rebahanku dan menuju lemari lalu memgganti pakaianku.

Aku tidak bisa terus diam merenungi nasibku. Sudah saatnya aku bergerak.
Ku tutup jendela kamarku dan berteleportasi menuju tempat yang kuinginkan.

Abila POV End

>>>>>>>

Alvaro POV

Malam ini kami semua, aku, Devian, Nevan, Alex, Ray, dan Arzan sedang berkumpul di ruang khusus kami. Kemarin setelah kami pulang dari petualangan itu, kami sempat menemui Mr. Robert untuk membahas perihal Abila atau Azura. Mr. Robert bilang dia menyuruh Abi untuk menemuinya hari ini, tetapi hingga hari sudah mau berganti dia tak menunjukkan dirinya sama sekali. Saat pikiranku sibuk berpikir tiba tiba ada suara Mr. Robert yang menyuruhku dan teman temanku berkumpul di ruangannya.

"Mr. Robert menyuruh kita ke ruangannya sekarang !" Ucap ku pada teman temanku itu.
"What ?!!! Searut ini ? Untuk apa ? Aku butuh istirahat !!!" Protes Arzan. Maklum saja, dia manusia - demon. Aku hanya melihatnya datar.
"Baiklah baiklah. Berhenti menatapku seperti itu Al." Ucapnya saat melihat tatapanku.

"Bukan kau saja yang butuh istirahat Arzan. Aku dan Devian pun membutuhkannya. Tapi, yah kau tau lah." Sambung Nevan.
"Benar kata Nevan. Kam---" Ucapan Devian terpotong oleh kata kata Alex.
"Berhentilah berdebat !!" Lerai Alex.
"Lebih baik kita bergegas sekarang. Kalian tau, tidak baik membuat orang tua menunggu." Kekeh Ray.

Akhirnya kami pun berjalan menuju ruangan Mr. Robert. Sesampainya di ruangan Mr. Robert, sudah ada seseorang yang selama beberapa hari ini tak menunjukkan dirinya. Abila.
Seperti biasa dia hanya diam dengan muka datarnya.

"Baiklah. Karena kalian sudah berkumpul di sini." Ucap Mr. Ribert. Jeda,,,
"Aku ingin menyuruh ka----" Ucapan Mr. Robert tak terselesaikan karena terpotong oleh kata kata Abi.
"Antar aku menemui ibumu." Sambung Abi sambil menatapku dingin. Aku balas menatapnya datar.
"Masih ada hari esok. Devian, Nevan, dan Arzan butuh istirahat." Balasku.
Dia memejamkan matanya lama kemudian menatapku tajam.

"Aku bisa saja langsung menemui ibumu saat ini juga tanpa harus berurusan dengan orang orang kerajaanmu. Tapi aku masih menghargai ibumu sebagai ratu vampire, jadi aku akan menemui ibumu dengan hormat. Karena bagaimana pun juga, aku juga Vampire." Jelas Abi panjang lebar.

Aku menghela nafas dan menatap teman temanku satu persatu. Mereka hanya memberi isyarat dengan anggukan kepala mereka.
"Ku sarankan kalian berangkat malam ini agar tidak ada yang curiga." Saran Mr. Robert.
"Kita teleportasi." Ucap Abi. Kami semua memandangnya.
"Mana mungkin ? Jarak dari sini ke kerajaan vampire tidak dekat dan itu membutuhkan tenaga yang banyak untuk teleportasi." Bantah Alex.

"Aku yang akan melakukannya." Balas Abi.
Kami semua memandang tak percaya padanya.
"Bagaimana mung---" Bantahan Ray dipotong oleh Abi.
"Apa kalian tak percaya padaku ? Baiklah. Aku sendiri yang akan langsung menemui ratu Liana." Potong Abi.
Sungguh, wanita ini benar benar mempunyai tempramen yang buruk.
"Sudahlah. Biar aku dan Alex yang mengantarmu." Ucapku final.
"Apa ?!!! Lalu bagaimana dengan kami ?!!" Teriak Nevan.

"Ck. Apa kau bodoh ? Jika kita semua mengantarnya, otomatis mereka akan curiga karena secara tiba tiba kita tidak ada." Balas Devian.
"Oh....  kau benar juga Vian." Kekeh Nevan.
"Aku tak mengerti kenapa aku bisa berteman dengan dia." Ucap Arzan.

"Aku tidak ingin membuang waktuku terlalu lama." Ucap Abi dingin.
"Baiklah. Kita akan teleportasi masing masing." Ucapku dan di angguki oleh Abi dan Alex.

>>>>>>>

Terima kasih karena sudah mau membaca cerita saya 🤗
Please give me your vote and comment 😊

The Last Queen (TAMAT)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang