TLQ #10

38.5K 3.2K 18
                                    

Part 10...

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh ke kerajaan vampire, mereka pun tiba di gerbang utama Vampirestadt.
"Woah !! Aku rindu tempat ini" Teriak Alex antusias. Abi hanya memandang nya sekilas lalu  kembali memandang gerbang yang ada dihadapannya. Alvaro pun mengabaikan teriakan Alex lalu berjalan terlebih dahulu memimpin jalan. Penjaga gerbang itu menundukkan badannya melihat pangeran negri vampire itu datang.

Mereka berjalan melalui perumahan para vampire yang tersusun rapi namun terlihat menyeramkan dengan para vampire yang berlalu lalang. Hanya saja mereka seperti tidak peduli pada sekitarnya.
Alex memandang Abi yg hanya menampilkan raut wajah datarnya.
"Kau tidak aneh dengan kota ini ?" Tanya nya penasaran.
"Aku VAMPIRE." Jawab Abi menekan kata Vampire. Jujur saja, siapapun selain kaum vampire yang tidak pernah menginjakkan kaki di Vampirestadt akan merasa aneh dengan keadaan kota seperti ini. Banyak yang berlalu lalang namun terasa sepi.

Alvaro memandang Alex dengan menahan senyum.
"Ehem... ya, berapa kali kau kesini ?" Tanya Alex lagi.
Abi memandang Alex datar,
"Bahkan aku sudah menginjakkan kaki ku ke seluruh kota yang ada." Ucap Abi dingin.
Alex hanya meringis mendengar jawaban Abi.

•••••

Sesampainya mereka di kerajaan vampire, mereka sudah di sambut oleh ratu Liana dan raja Aron. Ratu Liana tersenyum melihat Abi datang bersama putranya. Dengan senyum yang terus mengembang, ratu Liana berjalan menuju Abi dan memeluk Abi layaknya seorang ibu yg bertemu anaknya. Abi yg dipeluk hanya bisa diam tanpa membalas pelukan ratu Liana, tetap dengan raut wajah yang datar dan dingin.

Ratu Liana melepas pelukannya namun senyumnya tetap mengembang, Abi yang melihat senyum tulus itu mau tak mau pun ikut tersenyum walau sangat tipis. Senyum itu pun tak luput dari penglihatan Alvaro dan Alex.
"Ayo masuk, akan ku ceritakan apapun yang ingin kau tahu." Ucap ratu Liana dengan senyumnya.
Abila hanya mengangguk menanggapi ucapan ratu Liana. Mereka pun masuk ke dalam.
"Lebih baik kita bercerita di taman. Ah ya, apa kau ingin beristirahat dulu ?" Tanya ratu Liana.
"Tidak." Jawab Abi datar.
Ratu Liana mengangguk,
"Baiklah. Ayo." Ajak ratu Liana memimpin jalan.

Abi mengikuti ratu Liana ke taman,
"Duduklah."
Abi duduk di bangku yang ada di taman bunga itu.
"Apa yang ingin kau tau ? Tanyakan saja." Ratu Liana tersenyum.
Abi berdehem,
"Semua. Dari awal hingga akhir." Abi menatap ratu Liana datar. Ratu Liana hanya tersenyum.
"Jadi, saat itu aku sedang berkunjung ke kerajaan demon untuk bertemu ibumu."

Flashback...

Di dalam sebuah ruangan melukis pribadi milik ratu Adora di kerajaan demon, terdapat 3 wanita yang sedang asik bercerita dan tertawa sambil melihat sang ratu dari kerjaan demon melukis.
"Apa kau benar benar tidak mewarisi bakat melukis ibumu Azura ?" Tanya ratu Liana.
"Tidak. Aku tidak bisa." Jawab Azura kecil.
Ratu Adora, ratu kerajaan demon itu tersenyum lembut menatap anaknya.
"Dia tidak mewarisi bakatku, dia hanya mewarisi bakat ayahnya." Ratu Adora tersenyum lebar sambil mengelus rambut anak semata wayangnya.

"Ya, kau benar Adora. Dia benar benar mirip Amon, sifat dingin dan datar, berani. Dia mewarisi semua kekuatan dan kepintaran Amon, hanya saja untuk fisik dia mewarisi semuanya darimu." Senyum lebar ratu Liana dan Adora memenuhi penglihatan Azura kecil.
"Dia sempurna. Fisik seperti vampire, memiliki kekuatan demon dan vampire,... juga penyihir ?" Lanjut ratu Liana dengan wajah yang sedikit bingung di akhir kalimatnya. Ratu Adora melihat ke arah ratu Liana dengan tatapan meminta penjelasan.
"Ehm.... Azura, bisa kau carikan pangeran Al ?" Tanya ratu Liana.
Azura hanya mengangguk dan pergi meninggalkan ruangan itu.

"Azura istimewa. Dia mewarisi kekuatan klan, vampire, demon, dan penyihir. Tapi lebih dominan demon. Dia berbeda Adora, dia kuat, bahkan aku tidak bisa melihat lebih dalam lagi tentang dia. Tidak biasanya aku seperti ini, kau tentu tau bukan ?" Jelas ratu Liana.
"Ya, aku juga bisa merasakan itu." Ucap ratu Adora.
"Jangan sampai ada yang tahu, dia akan di incar sampai ada yang tahu tentang dia."
"Ya, aku akan berusaha melindunginya."

Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang mendengar semua percakapan mereka dari balik pintu yang tidak tertutup rapat. Orang itu menyeringai licik,
"Ini saatnya." Desis orang itu dan berlalu pergi.

Saat ratu Adora dan ratu Liana sedang berbincang - bincang, tiba tiba lima orang berjubah dan bertopeng masuk ke dalam ruangan itu. Ratu Adora dan ratu Liana langsung berdiri,
"Siapa kalian ?!" Tanya ratu Adora
"Bagaimana kalian bisa masuk ? Dimana para pengawal ?" Ucap ratu Liana panik.
Tanpa basa basi lagi mereka tiba tiba menyerang ratu Adora, tepat saat ratu Liana ingin menolong ratu Adora, seorang dari kelima orang berjubah itu menghadangnya dan mengeluarkan asap beracun. Ratu Liana di kepung dengan asap beracun itu, tanpa dapat menghindar lagi, ratu Liana terjatuh dengan perlahan sambil memegang lehernya yang serasa di cekik. Saat asap asap itu memudar, ratu Liana dapat melihat dengan jelas saat kelima orang itu membunuh ratu Adora dengan brutal. Bahkan darah ratu Adora mengenai wajah ratu Liana.

Ratu Liana ingin bangun untuk menolong ratu Adora, namun tubuhnya sama sekali tidak dapat di gerakkan bahkan untuk bersuara pun rasanya sangat sakit. Hanya air mata nya yang berbicara, saat melihat bagaimana tubuh dari sahabatnya terkoyak dengan sadis oleh kelima orang berjubah itu. Setelah merasa kedua ratu itu sudah tidak berdaya mereka membuka topeng mereka dan tudung jubah mereka. Tanpa mereka sadari, ratu Liana yang masih dapat melihat itu kaget dengan apa yang dia lihat. Mereka tertawa puas.

Saat kelima orang berjubah itu pergi, tak lama kemudian Azura kecil datang dengan maksud memberitahukan pada ratu Liana jika dia tidak menemukan pangeran Al. Namun yang dia lihat adalah ruangan yang berantakan dan ibu nya yang terkapar di lantai dengan darah yang menghiasi lantai itu. Azura berlari dan langsung menangis meraung raung di jasad ibunya. Saat Azura kecil menarik pisau dari tubuh ratu Adora yang mereka gunakan untuk membunuh, segerombolan prajurit dan raja Amon dan istri ke 2 nya serta raja Aron datang tepat saat Azura kecil sudah menarik pisau itu dan memegangnya tepat di atas tubuh ratu Adora. Jadi seakan akan Azura lah yang telah mencabik cabik ratu Adora. Raja Aron pun langsung menghampiri ratu Liana. Raut wajah raja Amon mengeras, karena melihat Azura yang memegang pisau itu.

"Apa yang kau lakukan Azura ?!!" Bentak raja Amon marah. Seketika Azura pun membuang pisau itu dan berbalik menatap ayahnya,
"Aku tidak melakukan apapun ayah !"
"Jelas-jelas kau yang memegang pisau itu ! Kau membunuhnya !" Bentak raja Amon.
"Tidak ayah." Balas Azura.
"Pasti kau yang membunuhnya !! Siapa lagi jika bukan kau !! Hanya kau di dalam ruangan ini yang baik baik saja." Sambung istri ke 2 raja Amon.
"Tangkap dia dan seret ke penjara bawah tanah !" Perintah raja Amon.
Azura hanya terus memohon dengan tangisnya, namun semua itu hanya di anggap angin lalu oleh raja Amon.

Ratu Liana yang masih setengah sadar ingin berteriak menghentikan, namun semua sia-sia karena kegelapan datang menghampirinya.

End Flashback...

"Dan saat aku sadar, aku langsung meminta pada raja Aron agar aku bisa memberi kesaksian untukmu. Namun terlambat, kau sudah menghilang. Karena kejadian itu sudah 1 tahun yang lalu saat aku kembali membuka mata." Jelas ratu Liana. Tanpa sadar dia menitikkan air matanya, namun dengan cepat di hapusnya.
"Kau tidak salah Azura, kau juga korban." Lanjut ratu Liana.
"Panggil aku Abi." Ucap Abi dingin.
"Maaf."
"Siapa kelima orang itu ?" Tanya Abi
"Mereka adalah......."

>>>>>>

Please give me vote and comment !!!
Next----

The Last Queen (TAMAT)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang