Flashback

755 68 83
                                    

Dunia memberikan warna yang berbeda. Cerah untuk hati yang berbunga dan gelap untuk hati yang pengap.

3

"Meskipun aku tidak mencintaimu, tapi aku pacarmu yang sangat sayang padamu sebagai seorang sahabat," -Meira.

"Gue gak habis pikir kenapa lo sekarang berubah. Lo milih yang lebih alim daripada gue? Gue juga bisa dapet pacar yang lebih cantik dari lo!" -Alan.

Semesta telah memberikan pagi yang sempurna. Tinggal bagaimana kita memanfaatkannya. Jangan sampai lengah dengan segala masalah yang membuat pikiran resah.

Meira duduk melamun di serambi musala sekolah. Entah apa yang ia pikirkan, jika boleh menebak, pasti Alan!

"Assalamualaikum Meira?" sapa Rafi, ketua ROHIS yang usai melaksanakan salat dhuha.

Meira kenal Rafi setelah hijrah. Meira sering ikut pengajian ROHIS yang diketuai olehnya. Setiap hari jumat ia harus bertemu dengannya untuk mendapatkan izin.

"Pagi-pagi jangan ngalamun. Mending salat dhuha. Mumpung bel masuk masih lama," lanjut Rafi, "Tumben kamu berangkat sepagi ini? Biasanya hampir telat gitu kan ya, bareng sama Alan?"

Meira tersenyum ragu, "Aku ... Aku bareng sama papa. Jadi pagi banget deh.

Di kelas belum ada siapa-siapa juga. Aku duduk di musala gini boleh kan?"

"Tentu boleh. Musala ini tempat ibadah, boleh untuk siapa saja. Syukur-syukur kamu mau berdzikir."

Meira mengangguk, "Iya. Dari tadi aku baca istighfar kok."

Istighfar karena kelakuannya Alan.

Rafi memakai kaus kaki dan sepatunya, dia pun berdiri, "Aku mau sarapan ke kantin dulu ya?"

"Mmm ... Kantin? Bareng deh. Aku juga belum sarapan." Meira pun mengikuti Rafi.

Meira dan Rafi duduk berhadapan, namun tidak pernah saling tatap. Pembicaraan pun hanya tentang isi pengajian dari beberapa ustad. Rafi banyak bercerita tentang ilmu agamanya. Sementara Meira mendengarkan dengan seksama.

Tiba-tiba, brakkkk!

"Meira! Apa-apaan lo!! Malah pacaran di sini!!" Alan datang memukul bagian meja tepat di depan Rafi.

Meira terkejut sementara Rafi cukup tenang dan tetap makan.

"Alan? Jangan kasar-kasar!!" teriak Meira, mengambil tas dan pergi.

Alan mengejar Meira, "Mei, Mei! Meira! Ngapain lo sama cowok sok alim itu, hah?"

"Aku cuma sarapan sama Rafi. Kenapa? Masalah? Sementara kamu dari tadi malam susah dihubungi. Kemana aja kamu tadi malam?"

"Gak usah lo alihin topik! Berani ya lo selingkuh terang-terangan di kantin!"

"Aku gak selingkuh, Alan! Rafi itu anak ROHIS. Gak mungkin dia pacaran. Dia natap aku aja gak berani.

Kenapa kamu sekarang jadi posesif gini sih sama aku?"

"Ya karena lo sekarang beda!!" bentak Alan.

"Lo tuh ya, sekarang, gak ada waktu lagi buat gue. Lo abisin waktu lo buat Rafi semua."

Astaghfirullah..

"Alan! Aku tuh ikut pengajian sama Rafi supaya ilmu agama aku tambah. Dan setiap pengajian itu banyak orang, gak hanya Rafi dan aku."

"Ngeles aja ya lo. Udah ah gue mau ke toilet, capek gue sama lo!"

Alan pergi meninggalkan Meira. Meira melihat ke arah kantin, Rafi baik-baik saja, tetap makan. Padahal sesekali Rafi melirik mereka berdua. Rafi miris melihat pertengkaran dua remaja yang berpacaran itu.

Jodohku Bukan DiakuWhere stories live. Discover now