Part IV

16 0 0
                                    

Waktupun berlalu dan aku lupa mengenai hal-hal penting termasuk Ulang tahun.
Ulang Tahun?
Ahh.. aku lupa tentang itu. Aku lupa dimana bahwa ketika ulang tahun tiba itu pengingatku  tuk lebih dewasa. Sejak.. jasadmu bersatu dengan bumi ku tak ingin lagi tahu ulang tahunku bahkan ini hari apa lantas esok tanggal berapa. Bunga yang dulu ku lihat tak lagi sama, lantas aku harus apa? kau pergi tanpa sepatah kata! bukankah kamu yang bilang bahwa aku akan selalu tahu kemana kamu pergi sebelum kepergianmu. Lantas, sekarang ucapan itu bak tulisan di atas air. Sungguh, aku tak percaya tentang janji dan pertemuan yang katamu itu sebuah kebahagian. Lantas jika itu sebuah kebahagian mengapa hatiku terasa sesak seakan pertemuan itu seperti pisau yang menyayat. Sudahlah, aku benci dengan perjanjian yang tak tertepati. Ditengah keheningan malam, aku melihat Ayah yang perlahan mengahmpiriku yang sedang menatap bulan dengan tatapan marah.
"kenapa belum tidur?"
"gak ngantuk yah!"
"oh begitu, Sa , Ayah tahu kamu kecewa meskipun ayah memiliki rasa kehilangan jua saat umi tiada. Namun, kita semua sama. Kita akan pergi jua..ayah ,ibu, adik2 kamu, kakakmu, bahkan dirimu. tiada yang abadi! Jangan menyakiti dirimu. Terimalah semua karena itu obat terbaik tuk luka!"
"Bagaimana aku bisa terima yah, umi pergi tanpa pamit!"
"Yakin pada rabb mu bahwa ini yg terbaik untuk kita ataukah kamu tak yakin pada Rabbmu?"

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang