Words I Didn't Say

521 74 7
                                    

herron's

its almost four months after i told daniel about ruby. he knew that truth, then shocked, sad, he really had a terrible mood for a couple of weeks. and... im still guilty for this.

bentar, gue lagi sok inggris. karena nilai ulangan inggris gue kemarin bagus banget banget. A+

asik.

whatever, yang jelas, gue lagi duduk di kasur hotel sekarang, sama hayden fitzgerald classmate sekaligus roomate gue untuk beberapa hari ke depan selama angkatan gue studi wisata di san francisco. gue bukan lagi sekedar ngelamun, gue lagi mikirin daniel yang perasaannya nggak kunjung membaik. jonah bilang, 'rasa sakit yang kelewat sakit, mau nangis tapi nggak bisa.' gue sampe merinding dengernya, karena nyiksa banget itu.

sebenernya nggak secara tiba-tiba gini gue kepikiran daniel. barusan gue dapet sms dari dia...,

daniel seavey :
have a great tour, z. dont forget to buy me something from there.

daniel itu baik banget asal lo semua tau aja. diantara keempat kakak gue, nggak ada tuh yang sms gue ngomong kayak daniel gitu^

mereka malah seneng gue nggak dirumah. katanya sih, ya merdekalah nggak ada zach, jatah makan gue selamat. tapi kalo daniel tuh kayak beda gitu. he's care a lot. tapi kenapa nasibnya nggak sebaik sifatnya ya?

itu dia yang bikin gue mikir.

setelah gue membalas pesan daniel beberapa saat lalu, pesan baru darinya masuk lagi.

daniel seavey :
take a pict with tamara x

zach herron :
omg should i? for what?

daniel seavey :
make me happy ofc

dan gue sedih bacanya. sebelum gue berangkat, daniel ngomong banyak hal ke gue. bukan pagi tadi, tapi kemarin malem, habis gue selesai chat sama tamara.

flashback on

"chat-an sama tamara?" tanyanya yang tiba-tiba masuk ke kamar gue.

"ya. cuman bahas buat besok, dia mau gue jemput dia di rumah."

daniel tersenyum sangat lebar. dia mematikan ponselnya, lalu berjalan ke arah gue yang lagi santai di sofa kecil deket jendela.

"do you wanna tell me some story about your feelings? to her.., maybe? "kata daniel setelah menghempaskan tubuhnya gitu aja di atas kasur.

"after many things happened, gue sepanjang hari mikirin suatu hal yang sampe sekarang nggak gue temuin jawabannya."

"apa?"

"ada rasa dimana gue sayang banget sama dia sebagai sahabat. gue pengen terus sama dia, tapi gue juga nggak bisa bikin hati gue sendiri makin sayang sama dia."

"kok? kenapa? apa salahnya kalo lo makin sayang sama tamara?"

"alesan sampe sekarang gue belom nembak dia, karena gue nggak mau suatu saat kita putus, terus gue bakal kehilangan dia selamanya. gue pasti akan menggantikan posisi darrel sebagai sahabat terdekatnya sekarang, tapi bukan berarti gue bakal berbuat kesalahan yang sama kayak darrel. sampe ngebuat gue sama tamara, nggak akan pernah bicara lagi. gue takut."

"lo udah pernah kehilangan dia sebelumnya, lo sadar?"

gue ngangguk.

"dia pergi perlahan, karena lo nggak pernah ngomong apa yang ada di hati lo. terserah lo mau jadiin dia pacar kek, istri, atau emak lo sekalian, pada intinya lo harus bikin dia buka mata, kalo lo di sini ada buat dia bukan sekedar sebagai sahabatnya. lo punya perasaan yang lebih mantap dari darrel. how long you've been together with her, itu sama sekali nggak ngaruh buat perasaan. ada yang baru kenal sebentar bisa langsung sayang banget, ada juga yang udah kenal lamaaaaaa banget ternyata nggak sesayang yang kita kira. lo nggak perlu takut bakal kehilangan dia sebagai sahabat lo, karena ya, gue tau, pacaran itu bukan salah satu sugesti yang baik untuk memertahankan rasa sayang. itu cuman status doang kok. kan yang terpenting, perasaan tulus lo, yang seharusnya dia ketahuin. sekarang gini deh, kalo misalkan lo nggak ngomong-ngomong ke dia soal perasaan lo, apa dia bisa respect sama lo? apa lo rela ada darrel kedua nantinya yang mau nyakitin dia? apa lo mau kehilangan dia buat kedua kalinya? at least dengan dia taunya perasaan lo, itu bisa ngehandle dia buat nggak keluar dari zona ini dan nyari cowok baru, ketemu, kenalan, sama siapapun cowok yang on the way nyakitin dia, mungkin?"

"tapi gimana kalo gue jujur, dia malah pergi? kan ada tuh..., yang ngakunya nggak mau ngerusak hubungan persahabatan karena salah satunya nempatin hati. tapi, dengan dia pergi, udah jelas persahabatannya malah rusak."

"trust me, she will not do that."

"really? how can i trust you? "

daniel hanya tersenyum, terus dia pergi keluar kamar gue.

flashback off

dan sekarang, apa yang harus gue lakuin?

nyatain?

nembak?

atau diam di tempat?

🚀

tu bi kontinyu, selamat penasaran gengs(:





UPDATE LAGI HARI SABTU DI TUNGGU YHA!❤

Words I Didn't Say • Zach HerronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang