P u t r a

6 1 2
                                    

Gema hentakan sepasang sepatu terdengar di sepanjang lorong sekolah.

Pagi seakan masih terlalu buta untuk membangunkan sejumlah umat siswa yang masih tertidur lelap di atas ranjang empuk milik mereka.

Namun tidak dengan dia. Namanya Putra. Iya, dia memang tidak seperti kebanyakan cowok pada umumnya. Kenapa? Tanpa alarm saja dirinya mampu terbangun, patut dicurigakan bila ia memasukkan alarm kedalam kepalanya, sehingga ia mampu terbangun tanpa mendengar celotehan orang tuanya. Ajaib.

Dengan tampilan gagah penuh percaya diri, Putra melangkah dan menghampiri loker birunya yang berada disudut lorong tua. Lantas ia buka loker keramatnya itu dan terkejut dengan tumpukan hadiah yang menantinya disana.

"Buset dah ya ni cewek-cewek, dikata gua ulang tahun tiap hari."

Dengan tatapan seolah tak peduli, dibawanya hadiah hadiah itu dan dimasukkannya kedalam tempat sampah.

"Kasih gua hadiah lagi, gua kasih piring cantik lu pada."

Geramnya menatap tumpukan hadiah yang kini sudah berada di dalam tempat sampah. Syukurlah suasana lorong masih sepi, bila ada yang melihat bisa dipastikan pemberi hadiah itu merasa sakit hati dengan perkataan Putra. Dalam coi.

Putra kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas kesayangannya. Yaitu kelas 10 IPS-2.
Kelas paling bersejarah, karna dari sanalah sumber para cassanova berjaya, aneh tapi nyata. Dan nyata tapi aneh.

Putra takkan jauh dari kata tampan, meski ia tak pernah menyombongkan apa yang dimilikinya.

Seperti apa yang dikatakan para wanita tentang dirinya.
"Wagelaseh Putra? Ganteng parah fix."
"Putra? Surya Aldi Putra? Kapten basket? Wah jan ditanya dah, ganteng parah please."
"Putra cool banget ya tuhan."
Dan beberapa pendapat lainnya.

Tampan? Tidak ada yang bisa membantahnya dari sosok seorang Putra. Kecuali, dia si gadis bermata coklat.
"Putra? Caelah, b aja malah kata gua. Mata lu semua kali yang kelilipan kulit durian."
Dan seketika, semua cewek di SMA itu mencamkan dia sebagai cewek yang punya pengelihatan yang sama dengan kelelawar.

Cewek itu teman dekat Putra, dekat, terlalu dekat. Lebih dari seorang teman, bisa dikatakan seorang sahabat. Namun hanya sebatas itu, tidak lebih. Sakit? Memang, namun apa yang harus dikatakan? Memang tak ada rasa diantara dua belah pihak. Jadi, bawa santai aja.

Usai memasuki kelasnya, Putra bergegas duduk di kursi terdepan di barisannya. Lantas ia meraih ponselnya yang ia letakkan didalam kantung celananya. Aplikasi pertama yang ia buka adalah Whats App dimana ia berniat membangunkan sahabat baiknya itu, ya gadis itu.

Kebo Bercula tiga

Today

Ran

Bangun kebo

Udh gua siapin tmpt

Gua tunggu


So sweet? Hahaha, so sweet gigi lu. Ini lah kegiatan sehari-hari Putra, membangunkan Sahabatnya, bukan karena peduli, tapi karena perutnya perlu diberi asupan. Sahabatnya itu biasanya akan membawa kotak makan dan Putra akan mengambilnya secara diam diam. Manis, tapi pahit.

Mungkin Putra adalah sosok yang dikagumi oleh para wanita disekelilingnya. Namun ada sesuatu yang membuatnya berbeda dengan lelaki lainnya. Ia belum pernah jatuh cinta dan belum pernah dimiliki. Dia adalah sebuah misteri. Dia Surya Aldi Putra.

Raniaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن