Part 9

12.1K 1K 44
                                    

Happy Reading....

Herlan kembali ke Jakarta untuk menyiapkan segala keperluan pernikahan Kaila dan memberitahu Anita jika anaknya akan menikah. Anita pasti menentang, namun Herlan tak peduli, toh semua demi masa depan Kaila!

Kaila hanya pasrah ketika Herlan pamit kepadanya. Kaila menatap pakaiannya yang sudah kering, semua tampak kusut dan mana setrikaannya? Rumah ini pasti punya setrikaan karena Musa mau pun pak Indra pakaiannya terlihat rapih. Kaila mencari setrikaan di ruang tengah membuat Indra bingung melihat Kaila yang seperti mencari sesuatu.

"Neng mencari apa?" tanya Indra membuat Kaila terkejut.

"Aku ingin merapihkan pakaianku. Kusut pak Indra. " ucap Kaila.

"Musa..." panggil Indra agar dia membantu Kaila karena Indra sedang sibuk memindahkan rak buah-buahan ke dalam gudang.

Musa pun menghampiri Indra.

"Neng Kaila ingin menyertika pakaiannya." ucap Indra.

"Iya pak.." jawab Musa sopan lalu berjalan menuju meja panjang dan merogoh setrikaan arang.

"Itu apa?" tanya Kaila kaget melihat benda hitam mirip setrikaan namun tak berkabel.

Kaila takjub ketika melihat setrikaan itu, wah ternyata di sini lebih modern lagi, ada setrikaan tanpa kabel yang mungkin mereka repot dengan kabel yang selalu melilit dan menghalangi pergerakan tangan.

"Setrikaan." ucap Musa sambil tersenyum.

"Tanpa listrik?" tanya Kaila senang.

Musa mengangguk lalu mengambil arang di luar lalu memberi sedikit minyak tanah dan mengipasnya dengan kipas anyaman kayu. What the hell?

Kaila melihat Musa dengan tatapan tak terbaca, oh mungkin ini seperti ini setrikaan jaman dahulu. Kaila merasa tertipu dengan kebodohannya!

"Sudah cukup panas, non bisa mulai merapihkan pakaiannya." ucap Musa sambil tersenyum.

Kaila mengambil setrikaan itu.

"Berat sekali!" gerutu Kaila.

Kenapa mereka tak menggunakan setrikaan listrik? Sudah panas, hitam, beratnya minta ampun. Kaila meringgis.

"Sini saya bantu.." ucap Musa yang kasihan melihat Kaila yang kesusahan.

"Tapi... Celana dalam....  Non yang setrika ya!" ucap Musa sambil mengulum senyum membuat wajah Kaila merona.

"Musa nyebelin!" rutuk Kaila kesal.

Akhirnya acara menyetrika selesai. Sepertinya Kaila harus menghindari pakaian yang kusut dan mengenakan pakaian yang gampang rapih. Kaila tak sanggup jika harus menyetrika dengan setrikaan berat itu  Tangannya tampak memerah dan terdapat benjolan kecil di bulu jemarinya.

Musa melihat Kaila yang tampak lelah dan stres.

"Maaf.." ucap Musa lembut dan Kaila menatap ke arah Musa.

"Non harus terbiasa dengan keadaan seperti ini, karena beginilah kehidupa. di sini." ucap Musa sambil duduk di samping Kaila namun mengambil jarak agar tak terlalu dekat dengan Kaila.

Kaila berfikir sejenak.

"Kau setuju kita berta'aruf?" tanya Kaila, mengingat perkataan ayahnya kemarin. Musa mengangguk.

"Kenapa?" tanya Kaila penasaran.

Musa menatap ke depan rumah.

"Saya tak mau menentang bapak, bagaimana pun bapak satu-satunya orang tua saya non dan saya melakukan ini karena ibadah..." ucap Musa.

"Ibadah?" tanya Kaila bingung.

"Beribadah untuk berbakti kepada orang tua, beribadah untuk mengajarkan kebaikan dan menikah juga termasuk ibadah." ucap Musa membuat wajah Kaila merona.

Menikah adalah ibadah? Bercinta juga ibadah dong? pikir Kaila geli. Musa yang tahu arah pikiran Kaila tersenyum.

"Menikah adalah ibadah yang paling nikmat!" goda Musa.

"Ih apaan sih?" protes Kaila tak menyangka jika Musa bisa menebak pikirannya. Oh shit!!

"Kemana ibumu?" tanya Kaila yang baru menyadari tak ada kehadiran sosok ibu di runah ini.

Musa menunduk, matanya berkaca-kaca.

"Ibu  sudah lama meninggal." ucap Musa.

"Aku turut  bersedih.." ucap Kaila tak enak.

Ya, meski Kaila tak merasakan kehadiran ibunya tapi setidaknya Kaila masih bisa melihat ibunya tak seperti Musa.

"Ibuku meninggal karena sakit." ucap Musa.

"Musa.... " ucap Kaila tak ingin melihat Musa bersedih.

Musa menatap wajah gadis itu membuat jantung mereka berdegup kencang dan saling memandang satu sama lain.

"Senang mengenalmu.." ucap Kaila akhirnya, membuat Musa tersenyum bahagia.

Bagi Musa, Kaila cantik seperti bidadari, mendengar ucapan Kaila membuat hati Musa merasa lebih baik dan bahagia.

"Saya juga tak melihat ibu non Kaila.." ucap Musa.

" Aku lahir dalam keluarga yang aneh..." ucap Kaila sambil tersenyum miris.

"Ayah dan mamma, meski menikah hidup mereka seperti masing-masing. Ayah dengan selingkuhan dan pekrjaannya. Mamma dengan kehidupan sosialitanya dan bisnis. Aku rasa mamah juga berselingkuh dari ayah tapi aku belum pernah memergokinya langsung. Aku hidup bersama pengasuhku dan ketika aku sudah besar aku hidup bersama pelayan." ucap Kaila sedih.

"Aku memang hidup bergelimangan harta tapi jiwaku kosong, aku tak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah atau ibu. Di saat aku sakit, pelayanlah yang merawat, orang tuaku pergi ketika  aku masih terlelap tidur dan pulang ketika Kaila sudah tertidur. Bahkan mamah, dia bisa ergi berhari-hari tanpa emperdulikan bagaimana perkembangan anaknya. Pada akhir pekan ayah sibuk dengan jalangnya dan mamma sibuk ke salon." ucap Kaila membuat Musa terdiam.

Tak terasa air mata Kaila menetes.

"Aku biasa hidup kesepian." ucap Kaila menahan tangis.

Musa menatap sedih kerapuhan gadis yang sedang berada di hadapannya. Musa mengusap air mata Kaila dengan lembut membuat Kaila membelalakan matanya.

"Saya berjanji akan selalu menemani non..." ucap Musa lembut membuat Kaila terharu.

Kaila memeluk erat tubuh Musa dan menangis sepuasnya. Tubuh Musa menegang, Kaila bukan muhrimnya namun Musa tak mampu menepis Kaila yang sedang menangis. Musa mengelus rambut Kaila dengan sayang, berharap gadis itu kembali ceria seperti biasanya. Musa lebih senang Kaila yang jutek daripada Kaila yang rapuh.

Tanpa mereka sadari Indra melihat mereka berpelukan dari dalam rumah, rasa khawatirnya kian menjalar. Indra tak mau Musa melakukan dosa....



Tbc

Cerita ini murni untuk mengisi bulan Ramadhan saja ya bukan untuk mendalami agama. Tidak mengandung unsur SARA, Seks (Mungkin ada dikit), Agama dan Ras.

Jadi jika si Musa yg agamais terlihat tak terlalu menguasai agama, jangan salahkan Musa wkwkwk.....

TIDAK MENERIMA PERDEBATAN AGAMA UNTUK SALING MENJATUHKAN, DIHARAPKAN HANYA UNTUK DI BACA DAN DI NIKMATI, JIKA MERASA KURANG SREG GAK USAH DI BACA.

Thanks for reading....

Love you

Muuaah....

MUSA (Tamat/ Tersedia Dalam Bentuk PDF) ✓Where stories live. Discover now