Part 11

12.7K 952 27
                                    

Terima kasih kepada kak nindybelarosa yang sudah membantuku mencari hadist tentang bagaimana Hukum  Islam tentang Pernikahan tanpa persetujuan perempuan yang di nikahkan. Juga suportnya selama ini. Love you pokoknya hehe....



Happy Reading...

Musa merapihkan rumah barunya, rumah yang di berikan Herlan sebagai hadiah pernikahannya dengan Kaila. Sebenarnya Musa enggan tinggal di sini, dia lebih senang tinggal bersama ayahnya sekaligus menemani Indra.

Kaila keluar dari kamarnya dan melihat Musa yang sedang termenung.

"Buatkan aku sarapan!" ucap Kaila membuyarkan lamunan Musa.

Kaila kesal yang melihat Musa begitu lelet.

"Buatkan aku sarapan Musa, kau tinggal di sini itu tidak gratis!" ucap Kaila ketus.

"Dan mulai sekarang kamar itu milikku dan kau bisa tidur di luar atau pulang ke rumah bapakmu." ucap Kaila.

Herlan memang sengaja membeli rumah dengan satu kamar, kamar mandi, dapur dan ruangan yang cukup luas agar anaknya rukun bersama Musa.

Musa menghela nafas, lalu berdiri menuju dapur dan mulai memasak. Kaila tersenyum senang, setidaknya dia sekarang tak perlu mencuci baju, masak, menyetrika merapihkan rumah karena menurut agama suami harus membahagiakan istrinya, mencukupi sandang pangan dan papan bukan? Dan Kaila tak mau jadi pembantu seperti di film-film.

Mungkin untuk rumah, ayahnya yang memberikan untuk mereka dan Kaila tak mau Musa mengambil keuntungan sedikit pun dari harta ayahnya. Kaila memasuki kamar mandi dan membersihkan tubuh serta sisa-sisa make up semalam yang belum sempat di bersihkannya karena kesal.

Musa menyiapkan sayur bayam, kerupuk dan sambal. Kaila menatap isi meja makannya.

"Ini apa Musa?" tanya Kaila kesal.

"Maaf hanya itu yang ada di dapur." ucap Musa menahan kesabarannya.

Sekarang Musa berani menatap wajah Kaila karena dia sudah sah menjadi istrinya.

"Aku tak mau makan!" ucap Kaila ketus.

Musa mendekati Kaila membuat gadis itu merasa takut.

"Mau apa kau mendekat?" tanya Kaila judes. "Makanlah Kaila, dosa jika kau menghamburkan makanan. Mubazir.." ucap Musa lembut lalu menarik tangan Kaila dan menggandengnya agar duduk di meja makan.

"Kita sarapan bersama." ucap Musa.

Kaila membawa sayurnya dengan malas dan menatap piring di hadapannya, Kaila menyendokan sendoknya dan ketika makanan itu akan masuk mulut. Musa berdehem.

"Apa?" tanya Kaila galak.
"Bismillahi rohmani rohiim.. Allahumma baarik llanaa fiima razaqtanaa waqinaa adzaa ban-naar.." ucap Musa lalu tersenyum dan menyuapkan sendok berisi nasi ke mulutnya. "Uh, banyak aturan!" maki Kaila kesal sambil menyuapkan sendok ke mulutnya dengan kasar.

Padahal Kaila terkejut dengan cara Musa yang manis dengan memberikan senyuman maut kepadanya. Kaila menunduk malu sambil berusaha menghabiskan sisa makanannya.

"Berdoa sebelum makan agar makan kita tak di barengi setan dan bentuk syukur kita kepada Allah." ucap Musa setelah selesai makan.

Kaila menatap Musa sebal.

"Jangan mencoba mengaturku Musa Pratama!" ucap Kaila sambil pergi meninggalkan ruang makan.

Hatinya kesal, walau masakan Musa enak, tapi sikap Musa benar-benar membuat Kaila merasa malu dan aneh. Kaila kembali memikirkan sikap Musa. Benarkah aturan Islam begitu banyak? Hingga makan saja mesti berdoa? Kaila menghela nafas lelah.

Musa mengetuk pintu kamar Kaila.

"Kaila, aku bekerja dulu.." ucap Musa.

"Ya!" teriak Kaila dari dalam kamar dan Musa hanya menggelengkan kepalanya.

Sikapnya sangat jauh dari Intan yang begitu soleh dan manis. Dia selalu mencium tangannya jika Musa pamit. Musa berjalan menuju ladang ayahnya. Walau sudah menikahi putri seorang Tjandra, Musa harus mencari nafkah, karena itu adalah kewajiban seorang suami.

*****

Indra menanam kentang diladangnya, sambil terus berfikir. Indra meragukan ke absahan pernikahan anaknya, karena Indra baru tahu semalam, jika Kaila tidak tahu dia di nikahkan dengan Musa. Kaila di nikahkan secara paksa oleh Herlan, bahkan Herlan sudah membohongi anaknya. Indra harus memastikan apa Kaila bersedia menikahi Musa karena Kaila masih gadis dan memiliki hak untuk memilih. Menurut Hadist riwayat Abu Hurairah ra. :

Rasulullah saw. bersabda : Seorang wanita janda tidak boleh dinikahkan sebelum dimintai pertimbangan dan seorang gadis perawan tidak boleh dinikahkan sebelum dimintai persetujuan. Para sahabat bertanya : Ya Rasulullah, bagaimana tanda setujunya? Rasulullah saw. menjawab : Bila ia diam. (Shahih Muslim No. 2543)

Kaila memang diam tetapi, diamnya itu diam tidak tahu. Indra kembali berfikir ada hadist lain  Dari Ibnu Abbas ra.

Sesungguhnya ada seorang wanita (gadis) datang kepada Rasulullah kemudian menceritakan bahwa ayahnya telah menikahkan dia, tetapi dia tidak suka (pernikahan itu), maka Nabi Saw menyuruh dia untuk memilih (melanjutkan dilangsungkan pernikahan itu atau tidak),” (HR. ABu Dawud dan Ibnu Majah)

Indra tersenyum, cara satu-satunya untuk menghalalkan pernikahan mereka adalah menanyakan pada Kaila apa dia menyukai dan setuju dengan pernikahannya dengan Musa. Indra tak mau jika pernikahan anaknya tidak sah dan menjadi madhorot.

Saat Indra akan mengambil kembali benihnya, dia melihat putranya.

"Nak.." sapa indra dan Musa langsung menyalami ayahnya.

"Bapak..." ucap Musa.

"Bagaimana istrimu?" tanya Indra.

"Baik pak.." ucap Musa.

Walau Kaila memperlakukan Musa dengan buruk, namun sekarang itu menjadi urusan rumah tangga Musa, aibnya sendiri. Dan Musa wajib menutupi aib rumah tangganya walau pun pada orang tuanya sendiri.
"Syukurlah.." ucap Indra merasa lega.

Indra menyodorkan kopi pahit kepada anaknya dan Musa meminumnya.

"Bapak ingin seorang cucu nak.." ucap Indra dan Musa langsung tersedak.

"Kau kenapa?" tanya Indra terkejut. Musa menyimpan kopinya dan berusaha meredakan batuknya.

"Tak apa bapak..." ucap Musa akhirnya dengan wajah memerah dan mata berair.

"Kau belum berjima dengan istrimu?" tanya Indra membuat wajah Musa merona.

"Bapak..." ucap Musa.

"Perlahan kau harus mulai mendidik istrimu dengan baik, jangan lupa perlakukan istrinu dengan penuh kelembutan dan kasih sayang." ucap Indra dan Musa hanya mengangguk patuh.

Indra tersenyum, berharap anaknya segera menemui kebahagiaannya. Untuk masalah keabsahan pernikahan mereka  Indra akan menanyakan langsung pada Kaila, sebelum Musa menjima istrinya. Indra tak mau menyakiti Musa karena Musa berhati lembut.

"Bapak, Musa bekerja dulu.." ucap Musa dan Indra mengangguk pelan.

"Selamat bekerja nak.." ucap Indra sambil kembali menanam kentang.



Tbc

MUSA (Tamat/ Tersedia Dalam Bentuk PDF) ✓Where stories live. Discover now