Chapter 3

7.1K 312 16
                                    

#Azzahra Pov

Baru saja tadi pagi aku bertegur sapa dengan tetangga baru yang sudah menempati rumah di sebelahku, dan sekarang aku kembali di tegur sapa oleh pria yang aku benci. Bagaimana bisa Damian menempati rumah itu? Kemana tetanggaku sebelumnya? Mustahil mereka pindah dalam satu hari 'kan?

Tubuhku masih tidak bergerak, rasanya pikiranku masih mencoba mencerna setiap kejadian yang aku alami. Kenapa dalam satu rumah ada penghuni rumah yang berbeda, apa mereka masih sekeluarga?

"Kenapa dia bisa jadi tetanggaku?" cibirku mendelik sebal ke arah rumah di sebelah. "Dia pasti melakukan sesuatu yang aneh. Lelaki itu memang tidak pernah beres!"

Pria berwajah manis tapi menyebalkan tingkat akut itu terlihat bersedekap ke arahku. Ternyata aku baru sadar sedari tadi dia terus berdiri di teras rumahnya. Apa dia mencoba mengawasiku di sini.

Tidak mau berpikir macam-macam, aku memilih masuk ke dalam rumah. Rasanya kejadian hari ini, benar-benar membuat kepalaku pecah!  Kenapa pria menyebalkan itu selalu ada dimana-mana, tidakah dia merasa aku sangat membenci kehadirannya. Dan aku yakin pasti dia punya seribu rencana untuk menggangguku nanti.

Sudah satu bulan ini aku menempati rumah sederhana namun indah ini. Awal aku melihat rumah ini, sudah membuatku langsung tertarik. Apalagi halamanya terbilang lumayan luas, membuatku senang hati untuk menanami halaman rumahku itu dengan bunga-bunga mawar.

Bunga indah dan lambang cinta itulah arti bunga mawar bagiku. Namun akibat kejadian tadi pagi melihat bunga mawar putih yang berserakan di cafe, membuatku langsung jengkel. Pasalnya aku tidak terima, melihat bunga mawar-mawar indah itu harus berserakan di lantai. Dan sampai sekarang aku masih yakin kalau Damianlah pelakunya!

Pletak

Pletak

Pletak

Suara lemparan batu terdengar jelas di telingaku dan suara itu berasal dari arah luar balkon kamar. Keningku berkerut, dengan segera aku memakai niqab dan tanganku mengambil sapu injuk yang berada di pinggir dinding kamar.

Dengan langkah hati-hati aku membuka pintu balkon yang langsung berhadapan dengan rumah tetangga pria menyebalkan itu.

Tatapanku langsung tertuju pada pria yang sedang memegang batu krikil di tangannya, wajahnya terlihat datar dan dingin, walau aku akui wajah manisnya itu bisa menyembunyikannya. Sudahlah, lupakan, apa yang aku bicarakan tadi! Apa aku memujinya? Yang, benar, saja. Itu tindakan paling bodoh.

"Apa yang kau lakukan pada kaca kamarku?" teriaku jengkel ke arahnya yang terlihat tidak bersalah

Dengan cuek dia mengidikan bahu. "Melempar batu."

"Berhenti melakukan itu! Kau membuat kamarku jadi berisik," protesku kesal langsung menutup jendela balkon.

"Dasar menyebalkan!" dengusku jengkel.

Pletak

Pletak

Pletak

Suara itu terus menerus terdengar. Jam sudah menunjukan pukul 21.23 WIB dan pria menyebalkan itu masih terus menggangguku dengan melempar batu ke kaca jendela balkon. Selimut sudah menutupi seluruh tubuhku dan bantal yang ku lipat di kepala, menutupi suara yang sangat berisik di telinga.

Pletak

Pletak

Pletak

Kehabisan kesabaran aku langsung membuka selimut dengan jengkel, badanku sudah berubah posisi menjadi duduk. Tatapanku sudah melirik sebal ke arah balkon. Dengan langkah cepat aku turun dari ranjang lalu membuka pintu balkon. Di sana masih terdapat Damian yang duduk dalam posisi yang sama.

Azzahra & DamianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang