12. Reuni

371 58 30
                                    


Jika boleh jujur, aku bukanlah penggemar acara temu kembali dan berkumpul bersama teman sejawat lama. Sangat bisa dihitung dengan jari-jari, karena ini baru kedua kalinya aku mengunjungi acara semacam ini. Pertama, kala akan pergi bersekolah ke luar negeri. Niatnya untuk bertemu Sejung dan lainnya, untuk berpamitan sebelum berpergian. Lalu yang kedua adalah hari ini, Jimin yang mengajak kala hati sedang gundah.

Reuni, bagiku, tidaklah berdampak positif sama sekali. Keadaan mencela dan saling menyombongkan diri setelah sekian lama tak bersua bisa ditemukan di acara reuni. Apalagi jika terjadi perubahan besar yang mencolok, mereka akan dengan renyah memperolok.

Jimin menyukai acara semacam ini. Ah, jika dipikir-pikir, ini kesukaan Jimin yang tidak bisa kuikuti meskipun harus dengan keterpaksaan. Jimin bilang hal ini semacam mempererat tali persaudaraan. Sialnya, aku benar tidak ingin menjadi saudara siapa pun teman kala masih sekolah menengah kecuali teman-teman dalam lingkaranku masa itu.

Mereka memilih restoran Kak Sungwoon sebagai tempat bertemu kembali. Tidak jadi masalah sih, karena akhir-akhir ini usaha Kak Sungwoon berkembang begitu pesat. Restorannya bahkan sudah memiliki cabang di mana-mana. Lagi pula, barangkali Kak Sungwoon akan berbaik hati memberikan diskon untuk sewa tempatnya lantaran dia adalah seorang alumni.

Sejung, Seolhyun, dan Nayeon, temanku semasa sekolah menengah, melambaikan tangan dan bersorak-sorai memanggil kala aku memasuki restoran Kak Sungwoon. Jimin memutuskan untuk mendekati teman-temannya saat kuputuskan mendatang untuk teman-temanku.

"Kalian datang bersama? Apa kau tak bosan dengannya?" Nayeon yang berkomentar. Aku tahu maksudnya. Lagi pula sudah rahasia umum kedekatanku dengan Jimin semasa dahulu.

"Biasanya dia datang dengan kekasih."

"Kekasih?" Aku mengerut dahi memberi balasan ucapan Seolhyun. Di sinilah kerugianku, aku tak pernah tahu Jimin datang dengan siapa kala reuni lantaran aku tak menekuni acara rutin temu kembali ini.

"Ah, itu kekasihnya."

Dengan kecepatan penuh, kepalaku menoleh ke arah sungutan bibir Sejung untuk melihat bagaimana rupa kekasih yang selama ini Jimin bawa.

Mata membeliak kala mengenali siapa kekasih tersebut. "Kang Seulgi?" Mulutku serta-merta berseru.

"Kau tahu? Ah, benar juga. Kau kan teman sehidup sampai mati Park Jimin, bagaimana tidak kenal dengan kekasih tercintanya." Sejung berucap lantas mereguk minumannya.

Aku belum menjawab ucapan temanku. Masih tertarik untuk mengawasi dokter cantik yang berjalan mendekati Jimin dan teman-temannya dengan senyuman memikat miliknya. Lantas yang membuat senyum tengilku tercungkil adalah ketika Jimin datang menyambut, membawanya mendekati teman-teman setelah pelukan dan kecupan ringan di pipi. Apa-apaan itu?

Entah kenapa perilaku itu mengusik hati, mengingat sudah seberapa banyak Jimin menegaskan, mereka berpisah.

"Kenapa Dokter Kang ke sini?" Ini juga yang membuatku tak habis pikir. Apa Jimin mengundangnya?

"Wah, tadi Kang Seulgi sekarang Dokter Kang? Kau punya dua kepribadian?" Nayeon mengejek. Tadi itu benar-benar refleks karena keterkejutanku, sebenarnya aku tak bermaksud sekali untuk tidak sopan kepada Dokter Kang dengan memanggil nama begitu saja, aku masih memiliki kecenderungan sikap segan terhadap orang-orang tidak dekat denganku.

"Jadi?" Aku menuntut jawaban.

"Kau tak tahu?" tanya Sejung. Aku menggeleng. "Kau benar-benar tidak tahu jika kau memiliki kakak senior bernama Kang Seulgi di sekolahmu?" Dia kembali meyakinkanku, aku mengernyit.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang