14. Kabar Taehyung

301 51 12
                                    



Sesungguhnya ini bukanlah pekerjaanku. Pejabat Hyun bisa saja memerintah ajudannya, atau para jaksa itu sendiri yang datang mengambil kelengkapan berkas perkara insiden Pejabat Hyun beberapa waktu lalu. Namun, aku terus bersikeras untuk serta-merta membantu mengantar ke kantor kejaksaan berkas-berkas itu, setelah sedikit berdebat bersama atasanku tersebut. Keegoisanku sebenarnya bukanlah serta-merta saja, sudah pasti ada maksud lain di baliknya.

Barangkali aku merindu. Terlebih lagi ini sudah seminggu sejak ketegangan kami di dalam mobil dinginnya. Aku tidak mengirim pesan atau menghubungi lewat telepon lebih dahulu, lantaran nyaliku yang menciut oleh rasa bersalah yang terlalu membuncit. Namun, semakin aku berdiam diri saja, semakin pula ia tak menanggapi. Lama kelamaan, aku merasa diabaikan.

Kim Taehyung memaksaku untuk harus memeriksa sendiri bagaimana kabarnya.

"Ada yang bisa kami bantu?" Aku tersentak kala memasuki ruangan kerja kekasihku. Ada dua orang wanita dan seorang lelaki setengah baya yang duduk di meja mereka masing-masing. Di ujung ruangan ada meja dengan papan pengenal Jaksa Kim Taehyung, tetapi tidak tampak sosok jaksa tersebut di sana.

"Jaksa Kim?" Aku bertanya.

"Jaksa Kim sedang tidak di tempat. Jika ada yang Anda perlukan, kami akan membantu." Lelaki setengah baya itu beranjak dari kursi dan berjalan mendekat. Dia juga mempersilakan diriku untuk duduk di sofa tamu ruangan mereka.

"Tidak di tempat?" Aku menuntut kejelasan akan definisi tidak di tempat yang dimaksud lelaki setengah baya itu.

"Jaksa Kim sedang mengambil hari libur."

"Mengambil libur? Sudah berapa lama?" Aku kembali bertanya, kali ini ditemani kernyit di dahi. Sungguh, aku tak tahu berita ini, setahuku Taehyung baru saja berhasil menangkap pelaku penabrak Pejabat Hyun beberapa hari yang lalu. Seharusnya masih banyak hal yang harus ia selesaikan pada kasus Pejabat Hyun. Ini bukan waktunya untuk mengambil libur.

Tidak menjawab, mereka malah berbalas memberi kernyit; lelaki setengah baya itu dan dua wanita lainnya. Barangkali terdengar aneh karena aku terlalu tertarik dengan urusan pribadi jaksa mereka, apalagi ini pertama kali aku datang dan pertama kali mereka bertemu denganku.

"Ah, saya mengantar beberapa berkas Pejabat Hyun." Aku membunuh kecanggungan. "Bukankah Jaksa Kim yang menangani?" Sembari membuat alasan yang terdengar logis mengapa tadi aku harus terlalu acuh dengan jaksa mereka.

"O, berkas Pejabat Hyun, ya? Padahal pihak kami bisa datang mengambilnya." Salah satu wanita itu yang kemudian datang mendekati, menuntun kembali untuk duduk sofa lantaran aku belum mendudukinya.

"Kasus Pejabat Hyun sudah berpindah tangan ke jaksa lain karena Jaksa Kim tiba-tiba meminta hari libur. Namun, Anda masih bisa menyerahkan berkasnya pada kami. Nanti akan kusampaikan pada jaksa yang menangani."

Sedikit kecewa karena sudah datang, tetapi tidak bisa bertemu dengan kekasihku sendiri. Padahal niatnya memberi kejutan, alih-alih aku yang menjadi terkejut sendiri dengan apa-apa yang tak kuketahui tentangnya beberapa hari ini.

Kuserahkan berkas-berkas Pejabat Hyun sejurus dengan pintu ruangan Taehyung yang terbuka.

"Oh, Jaksa Jeon. Kebetulan sekali. Ini tambahan berkas perkara kasus Pejabat Hyun." Aku melirik kala wanita di hadapanku berseru pada seseorang yang memasuki ruangan.

Lelaki yang dipanggil Jaksa Jeon itu lantas berkerut dahi ketika menangkap wajahku. "Kim Mina ssi?" sapanya padaku.

Aku tak mengenal Jaksa Jeon. Taehyung tak pernah bercerita tentangnya. Pada dasarnya, Taehyung tak pernah menceritakan apa-apa yang terjadi di tempat pekerjaannya, bahkan sampai saat ini pun sedikit sekali yang kuketahui tentang kekasihku. Selama ini dia lebih senang mendengar cerita tentangku. Ah, atau barangkali aku terlewat tak acuh sehingga tak memberikan kesempatan untuknya bercerita persoalan pekerjaan.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang