3 ~

990 128 201
                                    

Kring.. kring... kring...

Bell istirahat berbunyi Ana membereskan buku miliknya, dimasukan ke kolong meja, Ana beranjak dari tempat duduk membuat para sahabatnya bingung mengapa Ana begitu tergesa-gesa.

"Mau kemana lo Na? buru buru amat." ucap Alena salah satu sahabat yang duduk di belakang Ana.

"Gue mau nyari Hilmi." Jawab Ana cepat.

"What? Serius lo mau nyari Hilmi, Na? Jangan bilang lo mau ngajakin dia buat balikan?!" tanggap Adara heboh.

Ana memutar bola matanya malas menanggapi pertanyaan Dara barusan.

"Mata lo biasa aja Na, gelinding baru tau rasa lo." ucap Adara kesal.

"Bacot! Gue keluar duluan." Ana keluar kelas menuju kelas Hilmi, saat sampai di kelas Hilmi, Ana langsung masuk ke ruang kelas tersebut, nampak suasana kelas sudah sepi hanya ada sebagian yang masih berada di dalam kelas.

Ana mencari sosok Hilmi diantara murid murid kelas duabelas Ipa-3, menyadari bahwa Hilmi tidak berada di kelas, Ana langsung berjalan cepat, lebih tepatnya berlari kecil menuju kantin.

Saat berlari kecil hendak menuju kantin matanya menangkap sosok Hilmi sedang duduk di pinggir lapangan basket, Ana mengatur napasnya dan mencoba meredam emosinya sambil berjalan menghampiri Hilmi, "Sorry ganggu waktu kalian, gue mau ngomong sesuatu sama Hilmi penting!"

Hilmi dan Diki langsung menoleh ke arah Ana. Diki yang mengerti situasi saat ini maka dia memilih pergi untuk memberi waktu untuk Hilmi dan Ana berdua, agar lebih leluasa membicarakan hal yang penting seperti yang Ana sampaikan.

Hilmi menepuk kursi di sampingnya memberi isyarat agar Ana duduk di kursi yang Hilmi arahkan.

"Ini soal cowok gue." Ucap Ana begitu duduk di samping Hilmi.

Hilmi mendengus, "Dia masih jadi cowok lo?" Lalu terkekeh "Bentar lagi juga putus, karna dia bakal beda sekolah sama lo, dan gue yakin dia ngga akan di terima di sekolah manapun, karena dia di keluarin dari sekolah ini tanpa alasan."

"Iya, gue sama Dio udah Gak ada hubungan apa-apa lagi dan sekarang gue minta sama lo cabut keputusan itu dan Dio harus sekolah disini lagi!" Ucap Ana Tegas dengan sedikit nada memohon.

"Kalo berani, ngomong langsung aja sana sama bokap gue." Ucap Hilmi dengan santai.

"Ngga perlu sampe ke bokap lo, masalahnya ada di lo!" Ana menatap tajam Hilmi, "Kalo lo ada masalah sama gue, jangan libatin orang lain dimasalah kita! Cuma pengecut kaya lo yang manfaatin kekuasaan!"

"Cuma pengecut yang mutusin hubungan tanpa alasan dan pergi gitu aja!" Hilmi diam setelah mengucapkan perkataan barusan begitu juga dengan Ana sama-sama tak mengeluarkan suara.

Hilmi membuang napas berat, "Gue udah cinta sama lo dan lo gatau seberapa besar rasa sayang gue buat lo!"

"Gue tau!" jawab Ana pasti penuh keyakinan, "Gue paham banget kok perasaan lo kaya gimana, karena kasus ini bukan pertama kali buat gue, dan tolol nya orang, udah tau gue kaya gini masih aja ngemis cinta ke gue."

"Iya gue emang tolol udah terlalu sayang sama lo, tapi mohon jangan kaya gini, Na." tanggap Hilmi dengan nada merendah dan sendu, "Gue mau kita balikan kaya dulu."

"Jujur ya Hilmi, gue ngga pernah ada niat buat nyakitin cowok sebenernya, cuma lo nya aja yang kebaperan." Ana berdiri dari tempat duduknya dan meninggalkan Hilmi yang terdiam.

Ana berjalan beberapa langkah dan membalikan badan menatap Hilmi, "Gue belain Dio bukan karena gue sayang sama Dio, gue bela Dio bukan karena cinta, tapi gue marah sama ketidakadilan yang lo lakuin ke dia! Dengan cara mengeluarkan dia dari sekolah, sedangkan dia ngga melanggar aturan apapun di sekolah ini, emang lo pikir itu ngga egois?!"

Complicated LifeWhere stories live. Discover now