Kejutan datang silih berganti.
Mungkin, ini yang dinamakan rindu?
.
.
.
.Tak
Tak
Tak
Suara langkah sepatu terdengar sangat jelas di koridor rumah sakit. Queen mengelap keringatnya, dirinya baru saja membantu seorang dokter yang menangani operasi darurat.
Heuh
Queen menarik nafasnya pelan. Ini bukan untuk pertama kalinya ia membantu rumah sakit ini dalam masalah operasi, karena dirinya yang memiliki sarjana dokter juga diizinkan diberikan tugas operasi. Kini Queen kembali pada ruangannya sendiri, ruang psikiater.
Setelah membersihkan badannya, Queen duduk di bangku andalannya. Dirinya tak niat membuka berkas berisi pasien langganan yang sering datang untuk melakukan konseling.
Queen tersenyum miring kala mengingat laki laki yang sudah lama ini memenuhi otaknya, "Ninggalin juga ?"
-----------
Pukul 7 malam, Queen kini berada di kamarnya bersama sosok perempuan yang sudah menikah. Ia tadi menyuruh Pricil untuk datang ke rumahnya.
"Ada apa?" Tanya Pricil kesal, pasalnya dirinya yang sedang sibuk merapikan rumah barunya harus menundanya karena panggilan darurat dari seorang Queenasya.
"Gavin gak ada kabar apa?"
Pricil langsung menengok ke arah Queen. Queen hanya diam termenung duduk di ranjangnya.
"Yah, lo kenapa gak telpon dia aja sih. Susah banget jadi orang" geram Pricil, masalahnya Queen masih saja tidak mau menghubungi Gavin duluan, dengan alasan masa cewek hubungin cowok duluan sih."Ihh, gak mau. Gavinnya aja gak hubungin gue"
Pricil berdiri dari duduknya, berjalan menghampiri Queen, lebih tepatnya kearah handphone Queen yang terletak di samping Queen. Pricil mengambil handphone tersebut dan mencari kontak Gavin.
"Ngapain lo?" Tanya Queen melihat Pricil yang mengotak atik handphonenya.
"Diem, bentar" Pricil menelpon Gavin, tapi panggilan pertama tidak di angkat. Hingga akhirnya, iya terus menerus menelpon Gavin.
"Nelpon siapa?"
"Gavin" balas Pricil singkat. Queen langsung membulatkan matanya, lalu merebut handphonenya kembali.
"Gavinnya juga nggak angkat angkat" ucap Pricil cepat saat Queen sedang mengecek handphonenya. WajahNya kembali murung.
"Tuh kan, apa kata gue"
Kring kring
Terdengar suara handphone dari sofa. Pricil yang menyadari hanphone miliknya pun langsung mengambilnya. Saat mengetahui nama si penelpon, Pricil berjalan kearah balkon menjauh dari Queen.
"Halo"
"......"
"Hah? Serius?"
"....."
"Oke oke"
Setelah memututuskan panggilan, Pricil pun kembali ke kamar Queen.
"Ikut gue yuk, jalan jalan. Sekalian cari makan" ucap Pricil yang membuat Queen heran.
![](https://img.wattpad.com/cover/101513027-288-k792852.jpg)
YOU ARE READING
Friendzone | END |
Teen FictionBuat yang baca cerita ini, maaf banget ya! Jadi, urutannya tuh ada yang ke acak gitu. Jadi kalau baca, kalian liat nomor nya. Biar bacanya juga terurut dan ceritanya nyambung. Terimakasih. -------------- "Kenapa lo harus jatuh cinta sama gua!" "Eman...