Empat

200 13 0
                                    







Hari terasa berbeda. Suasana terasa
nyaman. Entah karena apa.

Angin bertiup begitu syahdu menerbangkan dedaunan hingga berguguran ke tanah.

Matahari bersinar tak begitu terik. Seakan sedang menyambut, agar sesiapapun yang datang maka ia akan merasa nyaman.

Ramadhan.

Setelah sebelas bulan menanti, Ramadhan akan kembali mengisi tahun ini.

Rasa syukur tak henti tercurah kepada Allah SWT dan juga junjungan kita semua Muhammad SAW.

Ingatkah bahwa ajal tak mengenal waktu. Kapan pun dia ingin datang, maka datanglah ia.

Di detik-detik pergantian bulan ini, bisa saja nyawa sudah dikerongkongan.

Astaghfirullah.....

***

Riana menangis. Gembira dan rasa haru bercampur jadi satu di dalam hatinya.

Ia sangat bersyukur Allah masih memberikan ia kesempatan untuk berjumpa kembali dengan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, bulan yang penuh pengampunan.

Usai melaksanakan tarawih, ia bertadarrus hingga tak terasa malam semakin larut. Ia memutuskan untuk tidur disamping Roshni. Mereka tidur dalam satu kamar.

Tentu saja, karena mereka tidak tahu kapan lagi bisa tidur bersama jika sudah bersuami nanti.

***

Habib dan Faisal tempak berbaring menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya melayang entah kemana.

"Oy bang!"

"hm..."

"Kak!"

"hm...."

"Bi!"

"Aku bukan bibimu Faisal!" geram Habib.

"Widih, santai bang! Bulan puasa nih, jangan marah-marah"

"Ini malam, aku tidak puasa! Wajar saja aku marah. Kamu nggak bisa ya sehari saja tidak membuat kakakmu marah?"

"sudah ceramahnya?" Habib diam "Bagus, aku mau cerita kak, tapi kamu malah marah-marah"

"Masih mau bahas tentang marah lagi?"

Dan akhirnya Faisal hanya bisa diam sampai mereka terlelap dalam tidur mereka.



***



Suara dering alarm menunjukkan pukul tiga dini hari. Riana terbangun dan segera keluar dari kamar menuju dapur. Disana sudah ada mama Roshni yang tengah berkutat dengan peralatan dapur.

"Loh. Mama kenapa tidak bangunkan Riana?" Riana mulai mengambil alih sebagian pekerjaan dapur.

"Mama nggak tega bangunkan kalian. pasti kelelahan bekerja seharian. Sedangkan mama hanya di rumah saja santai-santai"

Riana menata beberapa peralatan makanan di meja dengan rapi, nasi dan lauk pauk sudah tersedia, tinggal membangunkan Papa dan Roshni saja.

"Ya tetap saja Ma, Mama itu punya dua orang putri. Masa tidak ada yang bantu mama masak. Apalagi Roshni tuh yang sudah mau nikah, harus dilatih agar terbiasa di dapur"

Dianita Febriana|✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang