Chapter 22 : Escape 2

1.2K 223 19
                                    

Jadi, makhluk aneh itu kakakku? Dadaku nyeri tak karuan. Tangisku pecah begitu saja. Aku berteriak tak percaya. Ingin rasanya kembali lagi kesana. Menghampiri kakakku dan membunuh semua makhluk biadap yang menyerangnya.
Tapi semua itu terlambat.
.
.
.
.
"Samuel!" tepat saat lingkaran itu menutup aku berteriak memanggil kakakku. Aku bersimpuh menangis kencang.

"Ada apa?" tanya Newt memegang bahuku. Kini ia berjongkok didepanku. Semuanya mengelilingiku. Menanyakan apa yang terjadi.

"Kakakku Newt!" ucapku ditengah tangis, suaraku jadi berat.

"A-ada apa dengannya?" wajah Newt semakin cemas menatapku.

"Ia Griever aneh itu, dan sekarang dia mati" aku menunduk dalam, membiarkan air mataku keluar dengan deras. Kurasakan Newt mendekatkan diri padaku, ia memelukku, mengusap lembut rambutku. Aku bisa merasakan jika ia mencoba menstabilkan detak jantungnya yang kencang.

"Aku turut berduka" desisnya pelan. Para gladers yang tersisa menepuk bahuku, mereka mencoba menanangkanku, mereka juga mengucapkan bela sungkawanya.

"Sudah jangan menangis oke? Lebih baik kita segera pergi dari sini" ucap Minho sambil mengusap kepalaku.

"Benar kata Minho, jangan biarkan kakakmu mati sia-sia. Dia sudah membantu kita keluar dari labirin" tambah Thomas. Aku melepaskan pelukan Newt, mengusap air mataku.

"Kau harus kuat, ayo kita pulang" Newt mengusap pipiku lantas membantuku berdiri.

"Hei Thomas, lihatlah, tak ada pintu keluar disini" ucap Frypan, ia meraba-raba sebuah dinding, tapi kupikir itu bukan dinding, lebih tepatnya pagar besi.

"Benarkah?" tanya Thomas memastikan.

Jreng..

Tiba-tiba ruangan yang kami tempati tertarik keatas, sungguh ini mirip kotak yang membawa kami saat pertama kali.

"Oh shit!" keluh Minho

"Apa kita akan kembali ke labirin?" pekik Chuck

Slup..slup..

"Argh!"

Bruk..

"No! Merunduk!"

Apa ini? Sebuah benda mirip panah tiba-tiba muncul dari arah samping. Tiga orang gladers rebah terkena panah itu tepat dilehernya.

Slup..slup..

Tang..tang..

"Rajungan! Apa ini!" pekik Minho

"Entahlah tetap merunduk lindungi kepala kalian dengan tas!" perintah Thomas.

Kulindungi kepalaku dengan tas, Newt dan Minho yang sama-sama disampingku bukan melindungi diri mereka malah melindungiku juga.

Panah itu hanya menghatam pagar besi, sebab dibagian bawahnya bukan pagar besi melainkan lempengan besi setinggi 10cm.

Bunyi panah itu mulai berhenti seiring dengan melambatnya laju kotak.

Brankk..

Bagian atas menghantam atap, sontak kami berteriak kaget.

"Sudah sampai?" tanyaku sambil mendongakkan kepala.

"Awas!"

"Aww"

"Newt!" sebuah panah menyerempet tangan kanannya.

"Tak apa"

Sesegera mungkin kuambil perban dari ranselku. Membalut luka ditangannya yang cukup dalam. Thomas juga menyuruh kami untuk duduk karena ia mengira jika panah itu sudah tak akan keluar lagi.

romancescape • maze runner fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang