PROLOG

6.2K 496 118
                                    

-Budayakan vote sebelum membaca--

***

Salam sayang buat para pembaca setiakuuu,  mohon maaf karena saya menghilang lebih dari 1000 purnama mungkin 😅. Saya mau coba buat nulis lagi setelah hampir tiga tahun bener bener hiatus.  Dan pilihan saya jatuh pada cerita ini dan akan ada perombakan super total.  Saya berharap masih ada tersisa sedikit kemampuan menulis itu agar tercipta bacaan yang ciamik untuk kaliaaan. Kalau cerita ini ramai peminat insyaallah akan saya lanjut meskipun "mohon maaf sekali lagi" akan sangat slow update.

Selamat menikmati... 

***

PROLOG

ini bukanlah cerita novel,  apa lagi cerita dongeng yang dimana di akhir kisah selalu berakhir bahagia ataupun alur percintaan yang penuh romantisme.  Ini kisah kehidupan yang bisa di bilang  sangat menyebalkan bagi wanita 24 tahun bernama Bunga Cempaka Arifian. Dimana,  kisah cintanya yang selama ini hanya tersimpan rapat-rapat akhirnya benar-benar harus berakhir.  Kandas begitu saja sebelum dia memulainya sejak beberapa tahun lalu.

Tapi nasi sudah menjadi bubur.  Lelaki yang dia sangat cintai itu sudah bahagia dengan wanita pilihannya, tanpa mau menoleh sedikit pun walau hanya sekedar meliriknya,  memastikan apakah hati Cempaka masih baik-baik saja ataukah sudah benar-benar hancur lebur saat ini.

Ini sudah gelas minuman yang kesekian.  Maskara dan eyeliner itu luntur sudah mengalir di pipi mungil Cempaka yang kini sesenggukkan, sambil sesekali menghapus bulir bulir bening yang jatuh membasahi wajah cantiknya itu.

"Cempaka,  lo udah beneran kayak zombi.   Gue rasa,  lima menit lagi gue perlu panggil ambulans buat antar lo ke rumah sakit, tau! "

Suara Cempaka terisak-isak.

"Gue gak nyangka rasanya bakal sesakit ini Rei.  Gue kira,  gue bakal baik-baik aja.  Tapi...  Tapi ternyata gue gak bisa baik-baik aja, Rei! "

Mendengar kata-kata Cempaka barusan Reiga menghembuskan napas cukup keras.  Ia longgarkan kancing tuxedonya, lalu menggeser posisi duduknya agar lebih dekat dengan Cempaka.

"Empat belas tahun kan lo nyimpan perasaan buat Raka?  Dan lo sanggupkan?  Gue rasa,  empat belas tahun lagipun gak masalah buat lo untuk move on dari dia, hem, "
Cempaka yang semula mendongak kemudian mengangkat wajahnya yang berair,  menatap sendu wajah Reiga yang tengah menatapnya dengan tatapan iba.

Cempaka tersenyum miris. "Sedih banget ya nasib gue?  Gue udah sesayang itu sama abang lo dari gue umur sepuluh tahun.  Selama ini,  gue ngerasa gak penting dia tau atau gak soal perasaan gue,  toh selama ini gue kira... Kita sama-sama happy dan gak perlu status.  Taunya gue salah... Abang lo orang bependidikan tinggi. Dia pintar dan berkelas. Pastinya,  mana mau dia punya pendamping kayak gue, " air mata Cempaka kembali meluruh dan kali ini dia mencoba untuk tersenyum menguatkan diri.

"Ka! " Reiga meraih tangan Cempaka yang tengah menepis airmatanya perlahan dan menggenggamnya erat.  "Gue yakin ada alasan lain kenapa Raka mengambil keputusan untuk tunangan sama Hanna.  Gue yakin seribu persen,  di lubuk hati Raka yang paling dalam dia pasti sayang banget sama lo, Ka! "ucap Reiga menatap dalam manik-manik mata Cempaka.

Cempaka terkikik ringkih sambil menggeleng lemah.  "Sayang? " suranya terdengar lirih. "Sayang sebagai adik maksud lo? " Cempaka menggeleng. Di hempaskannya genggaman tangan Reiga,  kemudian mencoba untuk berdiri dengan tubuh sempoyongan. 

AKA (Revisi)Onde histórias criam vida. Descubra agora