10π-14,4

37.8K 5.1K 1K
                                    

➳ "Tau gak, kandungan tar di dalem rokok tuh bisa ngebuat warna bibir sama kuku jadi coklat jelek?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

➳ "Tau gak, kandungan tar di dalem rokok tuh bisa ngebuat warna bibir sama kuku jadi coklat jelek?"

Felix seketika berjengit mematikan rokoknya, lalu mendongak untuk melihat orang yang berbicara dengannya. "Oh, lo." Pemuda itu tersenyum kecil saat melihat Midam mendekatinya. "Ngapain ke sini?"

"Seinget gue, rooftop itu tempat umum deh. Lagian ini udah jam pulang sekolah, capt. Harusnya gue yang tanya, ngapain lo di sini."

Felix mengecek jam tangannya lalu tertawa. "Damn you're right."

"Tapi serius, deh. Rokok itu gak baik buat kesehatan. Lo bisa aja kena penyakit jantung, kanker paru, dan banyak lagi." Midam mengenyakkan diri di sebelah Felix yang duduk bersandar ke dinding. "Gue baru tau lo ngerokok, fyi."

Felix hanya tersenyum. "Cuma pelarian," ucapnya singkat.

Midam mengangguk-angguk kemudian merogoh sakunya, mengeluarkan dua permen loli cokelat dan menyerahkannya pada Felix. "Gue gak ada cokelat beneran, ini aja ya capt."

Felix menerimanya dengan alis terangkat. "And this is for...?"

"Chocolate releases endorphine, which is good if you got a mental pressure."

"Fair point. Makasih, ya." Pemuda pirang itu membuka salah satunya dan memakannya. "Lo aneh tau gak?"

"Hm?" Midam menoleh pada Felix, keningnya mengernyit. "Gue? Aneh?"

Felix mengangguk-angguk. "For someone who doesn't really know me, you care enough."

Midam hanya tertawa. "Jadi intinya, gue terlalu baik?"

"Maybe. Gue sering aja penasaran, gitu. Kenapa beberapa orang punya hati yang terlalu baik, atau terlalu tulus, terlalu peduli."

"Ini kenapa topiknya jadi macem pelajaran sosio?" Pemuda bersurai gelap itu tertawa. "Kalo menurut gue sih, because it takes nothing to be a kind person. The world has enough amount of evil, we need some kindness."

Felix menganga. "Aduh, kepala gue pusing. Bahasa lo tinggi banget dah."

Midam tertawa. "You know, you look like a person who has seen those evils." Midam berujar pelan setelah hening beberapa saat. "Maaf, bukan bermaksud gak sopan nih ya,"

"I did." Felix menjawab ringan. Lalu dia mulai bercerita. Entah kenapa pemuda itu merasa mudah sekali membuka diri untuk Midam. Dengan mudahnya dia bercerita pada orang yang baru saja dikenalnya dalam sehari itu. Ada sesuatu yang berbeda dari lelaki itu, yang bahkan tak ditemukannya dari Hyunjin atau Minho.

Midam hanya mengangguk-angguk setelah Felix selesai bercerita. "Itu—keren."

"...keren?"

"Iya, tapi bukan jenis keren yang 'wow, gue pengen kayak gitu juga'. Itu keren yang 'ini orang hebat banget masih bisa bertahan setelah itu semua'. Bisa dipahami gak kalimat gue?"

[1/2] Candu +HyunlixWhere stories live. Discover now