#DLMG 35 : Finally

1.2K 58 36
                                    

Backsounds :

Ariana Grande ft. Mac Miller : The Way

--

Diana POV

09:30 a.m.

Aku mengamati ponselku yang-kemungkinan besar berharap ada satu pesan atau mungkin satu panggilan dari orang yang bernama Harry. Tapi, sepertinya itu hanya perkiraan belaka. Buktinya, satupun tidak ada yang terwujud. Baiklah, lupakan.

Kemarin mungkin adalah hari terburuk yang pernah ada, bayangkan saja sepulang aku dari memilih gaun, bisa-bisanya Dad menyuruhku dan Zayn untuk melakukan photosoot. Yang benar saja! Tentu aku tidak... Bisa menolak. Sial, malah kemarin Zayn seperti begitu menikmati aroma suasana pemotretan jadul seperti itu. Malahan yang lebih parah lagi, Zayn seringkali mendekatkan wajahnya dengan wajahku. Tapi, ya tapi, Mom yang melihatnya tidak marah, dia hanya tersenyum.. Senyum penuh kemenangan.

Menyebalkan. Dan untung hari ini hari kebebasanku yang mana hanya aku sendiri di apartemen karena Mom dan Zayn sedang pergi entah kemana. Kuharap Zayn tidak akan kembali lagi. Sementara Dad, dia masih terbaring lemah-katanya. Aku sih tidak percaya, wajah Dad begitu sumringah kalau kupikir. Lupakan.

Terdengar dentingan jam dinding yang membuat suasana dalam kamar begitu mencekam, tidak-maksudku 'kan hanya aku sendiri, otomatis suasana akan sepi. Aku menghela nafas sembari berguling-guling di atas kasur. Sudah hampir setengah hari aku berada di sini, tidak ada keluar. Yah, kurang lebih seperti anak kecil yang dikurung agar tidak keluyuran kemana-mana, tapi please aku tidak seperti itu.

Kembali ku lihat ponselku, yang mana lockscreen-nya adalah fotoku dengan foto Harry sewaktu photobox dulu. Wah, aku jadi merindukan momen ini terlebih lagi ketika Harry menciumku di...

Krek

Suara apa itu?

Krek

Oh jangan bercanda, tidak. Tidak mungkin ada hantu, ini New York dan bukan di London. Tentu saja pasokan hantu di sini sedikit atau mungkin tidak ada ketimbang di London, banyak sekali hantu yang kutemui. Contohnya, Ristia dan Zulfah. Mereka hantu, ya hantu.

Krek

Kali ini aku terlonjat kaget ketika manik mataku tak sengaja menangkap sosok siluet seperti laki-laki dari samping meloncati pagar balkon kamar ini. Buru-buru aku mengambil pentungan satpam yang entah dari mana tiba-tiba muncul begitu saja. Mengambil ancang-ancang dan berdiri di dekat jendela.

Entah mengapa, jantungku berdetak begitu kencangnya mengingat siluet tersebut. Ada rasa takut sekaligus khawatir yang menjalari perasaanku saat ini, kuharap siapapun itu yang akan aku pukul nanti, bukan hantu apalagi penculik. Tidak, jangan banyak berfikir Diana, oh ayolah. Cepat buka jendelanya lalu pukul manusia itu.

Dan tanpa hitungan detik selanjutnya aku langsung membuka jendela apartemen dan memukul sosok tersebut. Sial, berani-beraninya dia menguntit seperti itu. Rasakan ini, aku terus memukulinya meski dia sudah meringis serta memohon ampunan namun aku tetap pada pendirianku. Memukul sosok tersebut.

"Diana, oh-"

Kurang ajar, mengapa ia tahu namaku? Apa mungkin dia adalah pesuruh dari simusuh bebuyutan Daddy-ku dan akhirnya yang menjadi sasaran itu aku? Tidak akan aku biarkan dia menculikku.

Kali ini aku berlari ke dalam kala kulihat dia sudah tidak berdaya, maka dengan itu aku mengambil kesempatan untuk menelepon Daddy atau siapakah yang bisa menolongku secepat mungkin. Setelah mengambil ponsel, aku kembali menuju balkon dan... Terkejut.

Don't Let Me GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang