Lean On Me [2/2]

2.6K 219 55
                                    

-Lean On Me-
©Minkyway
.
.
.
Park Woojin | Park Jihoon | Others
Romance, Angst| Rated M

"When you wanna be strong, just forget it. I'll lend you my shoulder"

*****

Jihoon menghembuskan napasnya kasar tatkala dosen Hwang baru saja keluar dari kelasnya. Pemuda itu lekas memasukkan seluruh alat tulis yang dibawanya ke dalam tas, meraih ponselnya untuk mengetikkan beberapa untaian kata di sana. Netranya mengedar pada seisi kelas yang perlahan mulai kosong, buru-buru pulang karena hari sudah semakin sore. Jihoon jadi sedikit kesal mengingat dosen Hwang tiba-tiba saja mengubah jadwal kelasnya menjadi lebih siang.

"Jihoon-ah," pergelangan tangannya ditahan, Jihoon lekas berbalik dan menyadari jika Bae Jinyoung -sahabatnya- masih duduk santai di kursinya. "ㅡkau belum menjawab pertanyaanku." imbuhnya tak sabaran.

Jihoon menggigit bibir bawahnya gugup, jemarinya bergerak melepaskan cengkraman Jinyoung di pergelangan tangannya. "sudah ku bilang, Park Woojin temanku."

"baiklah, kau punya teman baru yang akan selalu mengantar dan menjemputmu kuliah. Mengabaikanku yang jelas-jelas memiliki beberapa kelas yang sama denganmu." balas Jinyoung memilih bingkas dari duduknya, memutar bola matanya malas mendengar penuturan membosankan Jihoon setiap kali ia mengajukan pertanyaan yang sama.

"Jinyoung-ah, bukan begitu. Aku juga masih ingin selalu pergi ke kampus bersamamu. Hanya saja, Woojin terus mengajukan diri untuk mengantar dan menjemputku kuliah." Jihoon menunduk. Biasanya, ia akan pergi kuliah bersama dengan Jinyoung jika mereka memiliki mata kuliah dan kelas yang sama. "aku sudah menolaknya, tapiㅡ"

"tolak dengan tegas!" Jihoon menggeleng lemah, sementara Jinyoung menghembuskan napasnya kasar. Ia paham betul dengan tabiat sahabatnya yang sulit sekali menolak atau membantah perkataan orang lain. Masokis gila yang sering kali dimanfaatkan, namun tetap bersikap ceria karena beranggapan telah menyenangkan orang lain.

"well, selama ia baik padamuㅡtak apa. Adukan padaku jika teman barumu yang kaya raya itu menyakitimu." Jihoon terkekeh kecil tatkala Jinyoung merangkulnya melewati koridor kampus. Jihoon selalu tahu bahwa Jinyoung adalah satu-satunya orang yang begitu mengerti dirinya selain neneknya sendiri. Menjadi sosok yang berdiri di barisan terdepan jika ada seseorang yang mencoba memanfaatkannya, mengatakan tidak seolah pemuda itu adalah sisi lain dari dirinya.

Jihoonㅡberuntung memiliki Jinyoung.

"ah, Jihoon." Woojin beranjak dari mobilnya, menghampiri Jihoon yang kini berada dalam jangkauan matanya. Maniknya memicing tidak suka pada pemuda asing yang ditemuinya saat mengantar Jihoon siang tadi, Bae Jinyoung.

"aku akan ke parkiran, hati-hati." Jinyoung berujar, jemarinya mengacak pelan surai kelam Jihoon sebelum netranya beralih pada Woojin. Sudut bibirnya terangkat, membentuk seringai tipis yang disadari pemuda itu. "ㅡaku akan menghubungimu lagi nanti, Jihoon-ah."

Jihoon terkekeh renyah sebelum mengangguk setuju pada sahabatnya, "tentu saja, Jinyoung-ah. Hati-hati juga."

*****

Hari dimana Jihoon bertekad untuk membantu Woojin sembuh dari IED dan Anxiety-Nya adalah saat dimana pemuda itu mulai membiasakan diri bangun lebih awal dari biasanya. Jihoon akan mengantar pesanan buah ke rumah-rumah lebih pagi dari biasanya, tidak lagi menghabiskan waktu luangnya hanya untuk beristirahat di taman kota. Kini, kediaman keluarga Park adalah tempat terakhir tujuannya sebelum mulai bekerja atau kuliah jika ia mendapatkan jadwal pagi.

Chasing Embers [Pwj+pjh]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz