Lost

509 37 27
                                    

-Lost-
©Minkyway
.
.
.
Park Woojin | Park Jihoon | Others
Warn! Satanist | Rated M

"I've become a King trapped in a glass castle."

***

Suara indah itu bagaikan mantra, menghipnotis ribuan pasang mata menuju objek tunggal yang menginvasi suasana. Pekikan histeris mengalun penuh damba, mengalahkan dentuman sound system yang serasa memekakkan telinga. Sebagian dari mereka mengacungkan ponsel ke udara, mengabadikan momen berharga agar dapat dikenang sepanjang masa.

Hujan confetti menandakan apabila mereka telah sampai di penhujung acara. Riuh tepuk tangan menggambarkan kepuasan orang-orang akan konser musik malam ini. Lampu sorot tertuju pada satu titik, kemudian menghilang bersamaan dengan sosok pemuda yang telah pergi dari singgasananya.

Park Jihoon adalah wajah baru yang mendobrak industri musik Korea Selatan. Namanya melejit dan lagu debutnya berhasil menduduki tangga lagu teratas sejak minggu pertama perilisannya. Meskipun masih berusia 21 tahun, kemampuan menyanyi dan menarinya tidak bisa diremehkan. Selain itu, visualnya yang memukau membuat Park Jihoon selalu menjadi perbincangan di media sosial. Pemuda itu tercatat sangat sukses di usianya yang masih muda dan karirnya yang baru saja ditata.

"Encore! Encore! Encore!"

Pekikan ribuan orang menggila, memenuhi tiap sudut ruangan hingga pemuda yang berada di belakang panggung kembali berdiri di hadapan penggemarnya. Jihoon melambaikan tangan, menyapa penggemarnya dengan suara lembut dihiasi seulas senyum mempesona.

"ini benar-benar lagu terakhir dariku, oke? Setelah itu, kalian harus pulang karena hari sudah semakin malam."

Dan alunan suara kembali menggema, menjadikan senyum merekah terlukis di seluruh wajah penggemar yang hadir di konser tunggal Park Jihoon. Kepribadiannya yang ramah dan menyenangkan seakan menambah kesempurnaan sosok Jihoon yang begitu dicintai penggemarnya. Maka, tidak heran apabila ribuan tiket konsernya terjual habis hanya dalam hitungan menit. Park Jihoon benar-benar memiliki karir yang cemerlang selama satu tahun ia berkarya.

*****

Nyaris pukul dua dini hari Jihoon kembali ke apartemen mewahnya yang berlokasi di UN Village, kawasan Hannam. Pemuda itu melangkah buru-buru, terlalu malas membuang waktu mengingat ia harus membersihkan wajah dan mandi sebelum berbaring di kasur kesayangannya. Sejujurnya, Jihoon sangat kelelahan hari ini. Akan tetapi, senyum merekah para penggemarnya adalah bayaran terbaik dari kerja kerasnya selama satu tahun terakhir.

Ya, Park Jihoon mencintai kehidupannya sebagai seorang selebritas yang diakui.

"bagaimana? Apa harimu menyenangkan? Kau tampak senang sekali."

Jihoon baru sampai di unit apartemennya, kemudian disambut oleh suara rendah yang sudah familiar di telinganya. Pemuda manis itu pun menghela napasnya kasar, lantas memberikan senyum terbaiknya pada sosok pemuda tampan yang tengah duduk santai di sofa ruang tengah.

"hm, seperti biasa." balas Jihoon sekenanya.

Jihoon masuk ke dalam kamarnya, meletakkan sling bag-nya di meja dan melirik sinis pada pemuda yang tengah bersandar pada lemari pakaiannya.

"Woojin, berhenti mengagetkanku!" protes Jihoon dengan raut kesal. "ㅡaku lelah, kita bicara besok saja." lanjutnya sembari menuju meja rias.

Seakan tak mendengarkan permintaan Jihoon, pemuda tampan itu menyeringai tipis. "senang ya melihat ribuan orang menjerit di tengah kerumunan yang menyesakkan?"

Chasing Embers [Pwj+pjh]Where stories live. Discover now