Chapter 29

8.9K 624 133
                                    

Sreeet... Sreeett...

"Jangan asik merekam saja Luhanie, kau harus berdiri di belakang Haowen"

"Sssttt, ini momen berharga. Aku harus mengabadikannya"

Sehun yang sejak tadi berdiri di belakang Ziyu hanya memutar bola matanya dengan malas, pasalnya sudah sejak tadi siang Haowen dan Ziyu belajar berjalan dengan cara mendorong kursi kecil yang tidak terlalu berat maka sejak saat itulah Luhan sibuk dengan kamera phonselnya, asik merekam Haowen dan Ziyu yang mulai bisa melangkahkan kaki mereka.

Berbeda Luhan maka berbeda pula dengan Sehun. Jika Luhan sangat bahagia bahkan sampai terbahak saat salah satu dari si kembar terjatuh atau menabrak dinding, Sehun justru berwajah pucat karena takut anak-anaknya akan terjatuh lagi. Hal itu pulalah yang membuat Sehun memilih berdiri di belakang Ziyu, mengikuti kemana saja Ziyu mendorong kursinya sambil berkomat-kamit agar lutut Ziyu bebas dari lecet.

"Luhan, jaga Haowen Luhanie", Sehun menegur Luhan untuk yang kesekian kali.

Luhan yang duduk manis tidak jauh dari tempat Haowen dan Ziyu bermain di buat mendengus. Kamera phonsel yang ada di genggamannya dia matikan guna menghampiri si sulung yang kemajuannya sudah sangat jauh, "Haowen tidak akan jatuh, kalaupun dia jatuh dia bisa bangkit sendiri. Jangan manja, anak laki-laki harus kuat dan tahan banting"

Sehun mendesis, sudah puluhan kali dia menegur Luhan maka sudah puluhan kali juga telinganya mendengar jawaban yang sama dari mulut Luhan.

"Ayo Hao, ikut ibu. Kita ke apartemen-nya bibi Kyungsoo", Luhan memisahkan Haowen dengan kursi kesayangannya. Mendesah lega ketika Haowen tidak marah melainkan justru langsung bersandar nyaman di dadanya. Haowen pasti lelah, berkali-kali terjatuh dan terduduk membentur lantai pastilah membuat beberapa bagian tubuh Haowen merasa sakit. Luhan menjadi kasihan.

"Bibi Kyungsoo akan memijit kaki dan pantatmu, ayo kita tinggalkan kedua pria itu"

Alis Sehun berkerut tidak suka ketika Luhan mulai melangkahkan kakinya ingin meninggalkannya, "Untuk apa kau ke apartemen Kyungsoo?"

"Melihat Eunwoo oppa", Luhan terkekeh. Dia tidak serius karena nyatanya Kyungsoo sedang ada di cafe bukan di apartemen. Dia hanya sedang menggoda suaminya saja yang semakin hari semakin mudah terbakar cemburu.

Masih Bersama Haowen yang mulai memukul-mukul dadanya karena lapar Luhan mendekati Sehun, "Bercanda sayang. Jangan cemburu hm?"

Tahu kan jika panggilan sayang dari mulut Luhan bisa membuat Sehun sinting dalam sekejap? Dan Sehun yang beberapa detik lalu ingin mematahkan kaki istrinya kini di buat mengulum senyum sementara wajahnya terasa panas yang mengundang tawa renyah dari mulut sialan Luhan.

Untuk mengalihkan pembicaraan Sehun menangkap tangan Haowen yang tidak hanya memukul dada Luhan, melainkan juga meraba-rabanya guna mencari puting payudara Luhan, "Jika lapar kau tidak boleh melecehkan ibumu. Ini aset ayah, berhenti menyentuhnya ya?", dia dan Luhan sama-sama berotak kotor. Dan Sehun hanya mencegah anaknya yang masih bocah tertular kelakuannya yang sangat gemar meremas dada Luhan.

"Dia anakmu Oh Sehun, Demi Tuhan", merasa tangan Howen semakin liar Luhan memilih menuju dapur untuk membuat semangkuk bubur. Di umur mereka yang memasuki dua belas bulan Haowen dan Ziyu sudah bisa memakan makanan lain selain susu dan bubur. Tapi di saat seperti ini hanya susu atau buburlah yang haowen inginkan. Dan Luhan hanya akan memberikan bubur saja pada Haowen karena payudaranya sedang tidak 'sehat' dan masih sakit yang membuatnya enggan menyusui.

Jangan tanya sakit karena apa. Semua itu di karenakan suaminya yang perkasa yang mengerjai tubuhnya semalaman hanya karena kecupan kilat yang dia berikan beberapa hari lalu. Sehun tidak boleh di perlakukan manis, karena itu akan membuat setan mesum di kepala Sehun semakin ganas membejati tubuhnya.

Hide and SeeWhere stories live. Discover now