• Be There For You 07

2.3K 238 115
                                    

Winter membekap mulutnya dengan telapak tangannya sendiri, berusaha untuk tidak mengeluarkan desahan laknat dari sana. Takut-takut Donghae, Ayah dari Jeno mendengarnya.

Jeno masih terus mengecup dan menjilat area bahu dan tulang selangkanya tanpa henti meski ia tau Ayahnya baru saja masuk kedalam tempat tinggal mereka, beruntung sepatu gadis itu ia lepas didalam kamarnya.

Saat ini, Winter berada diatas pangkuan Jeno, sedangkan pemuda itu duduk di tepi kasur, dengan kancing seragam yang sudah terbuka sepenuhnya, hanya saja seragam gadis itu masih menggantung ditubuhnya, begitu juga dengan Jeno. Winter melebarkan matanya dikala Jeno menarik tangannya dan mencium telapak tangannya.

"kau hanya membuat dirimu sulit bernafas" rendah Jeno, siapapun yang mendengar suara rendahnya saat ini, bisa dipastikan bulu kuduk kalian akan meremang sama seperti Winter.

Winter menjatuhkan kepalanya di pundak lebar Jeno dan memeluknya cukup erat.

"Pelankan suaramu, bagaimana jika paman mendengarnya" bisik Winter tanpa berani mengangkat wajahnya.

Jeno terkekeh pelan dan mengangguk patuh, perlahan pemuda itu mulai menurunkan seragam Winter selembut mungkin, mengecup pundak Winter berkali-kali.

"Pintunya" Winter mengcengkram kerah seragam Jeno.

"Aman" balas Jeno nyaris berbisik.

Seragam sekolah Winter terlepas sepenuhnya dan jatuh bebas di lantai kamar Jeno.

Mungkin malam ini gadis itu akan melepas mahkotanya untuk tetangga sekaligus sahabatnya ini.

"Umh..." Lirih Winter tertahan, tangan kekar milik Jeno terus mengusap punggung telanjangnya selembut mungkin.

"Boleh ku lepas?" Tanya Jeno.

Winter mengangkat wajahnya, menatap Jeno yang terlihat begitu berbeda malam ini. Hatinya terasa begitu damai dan aman bersama Jeno. Mengulum bibirnya dan mengangguk malu.

"L-lampunya" gugup Winter, namun dengan suara pelan. Menunjuk lampu kamar Jeno yang begitu terang.

Jeno tersenyum tipis dan mengangguk paham, ini pertama kalinya untuk Winter dan pertama kalinya juga untuknya, tapi gadis itu pasti akan sangat malu jika melakukannya dalam kondisi terang seperti ini.

"Sebentar" otomatis Winter bangun dari pangkuan Jeno, berpindah ke sebelah pemuda itu.

Jeno beranjak dari duduknya, menuju saklar lampu dan mematikan lampu itu hanya dalam hitungan detik.

Hening dan gelap, kini kamar itu hanya disinari cahaya bulan yang masuk dari ventilasi jendela. Jeno kembali memastikan pintu kamarnya terkunci dengan baik. Setelah memastikan semua aman, pemuda itu kembali berjalan menuju kasurnya, tempat dimana Winter duduk dalam diam.

Melepas seragam serta kaos hitam yang ia kenakan, detik berikutnya, Jeno menyatukan bibirnya dengan Winter, melumat bibir ranum itu sepelan mungkin sembari membaringkan tubuh Winter diatas kasur.

Satu tangannya mencoba membuka pengait bra gadis itu, namun ia tak bisa menemukan dimana pengait tersebut.

"Ng!" Pekik Winter tertahan, Jeno menggigit bibir bawahnya dan menyedot lidahnya, rasanya sangat aneh ketika benda lunak itu bergelut dengan lidahnya.

Jeno melepas ciumannya, dengan napas mengebu-ngebu, Jeno menatap wajah Winter yang berada dibawahnya.

"Aku tidak menemukannya" frustasi Jeno.

"Ah! Pengaitnya ada disini" ujar Winter, menunjuk bagian depan dan benar, pengait bra gadis itu tepat di bagian tengah depan.

"Kau boleh menjambakku jika aku menyakitimu"

Winter mengangguk pelan, mendengar kalimat itu saja cukup membuat telinganya panas, seakan ada asap keluar dari telingnya saat ini.

Katuk! Katuk! Katuk! Katuk!

Sepasang manusia itu otomatis menoleh ke arah sumber suara. Jeno mengeluarkan ponselnya dari dalam saku, mengutuk benda persegi ditangannya.

Kedua alis pemuda itu menyatu dikala melihat pesan yang cukup banyak terkirim dari Jaemin, tidak biasanya.

Na Jae

Hei.

Aku ada ditempat kerjamu saat ini, tapi kau tidak ada.

Apa kau sedang bersama Winter?.

Sepertinya dia menghindar dariku.

Aku menemuinya ketika jam olahraga tadi, saat aku tidak sengaja menabrakmu dan terjatuh.

Aku menyatakan perasaanku padanya dan memintanya untuk menjadi kekasihku.

Apakah terlalu cepat? Tapi aku tidak bisa menahan perasaanku lebih lama lagi.

Kau dimana? Aku akan menyusulmu sekarang.

Jeno bangun dari atas tubuh Winter, membaca seluruh isi pesan dari Jaemin.

"Ada apa?" Bingung Winter.

"Kenapa kau tidak mengatakannya?" Tanya Jeno, mematikan lalu memasukkan kembali benda persegi itu kedalam saku celananya dan menatap Winter.

Gadis itu mendudukkan tubuhnya, mengambil selimut Jeno guna menutup bagian atasannya.

"Apa yang harus ku katakan?"

"Jaemin"

Hanya mendengar satu nama itu, Winter sudah paham maksud dari perkataan Jeno.

Jeno menyisir surainya secara kasar dengan tangannya, lalu memungut seragam Winter yang tak jauh dari tempat ia berdiri.

Menarik tangan gadis itu hingga membuat Winter berdiri dari duduknya, menarik selimutnya dan membantu Winter memasang kembali seragam ditubuhnya.

"Pulanglah"

"Kau marah karna aku tidak menceritakannya padamu? Hei, itu bukanlah hal penting yang harus ku-"

"Aku akan mengantarmu kedepan" potong Jeno, tanpa ingin mendengar lebih. Berfokus mengancing seragam Winter.

Winter menggigit kuat bibir bawahnya, lalu menepis tangan Jeno saat kancing terakhir.

"Tidak perlu, aku bisa sendiri!" Ketus Winter, menubruk lengan Jeno dengan bahu mungilnya dan menyambar tas punggungnya yang tergeletak diatas lantai.

Jeno menghembuskan napas secara kasar, memungut kaos hitam yang ia lepas sebelumnya dan mengenakannya kembali. Setelah berdiri diam beberapa saat, pemuda bersurai blonde itu kembali merogoh ponselnya dan mengetik sesuatu dengan cepat disana.

Bagi pemuda itu, Winter, Jaemin dan Haechan adalah orang yang sangat penting dalam hidupnya.

"Kau benar-benar brengsek" umpat Jeno pada dirinya sendiri, ia hampir saja merenggut mahkota gadis itu. Merenggut sesuatu yang mungkin tidak akan pernah menjadi miliknya.



























Balik lagi nanti kalau udah rame 🤟🏻

BE THERE FOR YOU - Jeno X Winter X JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang