13

7.5K 764 55
                                    

Lisa POV

Aku menunggu Jennie di sini. Tiba-tiba saja bunyi suara seseorang yang berteriak memanggil-manggil namaku.

Tunggu, tunggu, bukankah itu suara Jisoo?
Langsung saja aku beranjakndari duduk dan berlari ke sumber suara.

"Jisoo?", panggilku saat aku melihat Jisoo berusaha masuk ke dalam.

"Lisa? Apa yang terjadi pada kepalamu sayang?", tanya Jisoo sambil menerobos masuk. Ia memberikan kedipan padaku. Aku tahu itu adalah kode bahwa peran kakak adik telah dimulai.

"Hanya kecelakaan kecil kak. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan", ucap ku bohong, kemudian memeluk Jisoo.

"Jadi dia benar-benar kakakmu Lisa?", tanya Jennie.

Aku mengangguk dan melepas pelukanku pada Jisoo. "Kenapa kau kemari kak?"

Jisoo bingung menjawab. "Bisakah kita bicara berdua saja? Di luar mungkin"

"Tidak kalian bisa bicara di sini, aku akan pergi ke kamar", ucap Jennie.

"Kamu bisa tetap tinggal Jennie. Aku akan keluar sebentar"

"Baiklah"

Aku dan Jisoo pergi keluar.

"Ada apa Jisoo-ah? Bagaimana dengan ayah?"

"Bodoh.. kau kira aku tidak tahu kecelakaan kecil itu apa? Kau tertabrak mobil kan?", ucap Jisoo khawatir.

"Bagaimana kau tahu?"

"Ayahmu yang memberitahu tadi. Jadi, aku cepat-cepat datang kemari. Dia tahu semuanya Lisa"

"Kenapa ayah enggak ikut bersamamu?"

"Kau tahu? Alasannya konyol. Katanya dia enggak mau bertemu dengan Jennie, walau Jennie yang dulu sudah enggak ada dan muncul lagi Jennie yang sekarang"

"Astaga.. apa ayah semarah itu pada Jennie? Bukankah kejadian itu sudah lama dan harusnya enggak usah dipikirkan lagi?"

Jisoo diam saja kemudian menggeleng.

"Ya sudah aku akan kembali. Kau jagalah dirimu, sampai jumpa", ucap Jisoo langsung menghilang begitu saja. Bahkan, aku tidak sempat membalasnya.

Oke, biar kujelaskan kenapa ayah sangat membenci Jennie.
Jennie pernah menjelaskan semua yang terjadi saat itu. Aku tidak tahu pasti, tapi aku percaya pada Jennie. Dan tidak mungkin ia melakukan hal ini.

Dulu, aku dan Jennie sudah saling mengenal satu sama lain sejak kecil. Ayahku dulu sangat menyukainya dan menganggapnya sebagai anaknya sendiri.

Namun, saat ia tahu kami menjalin hubungan spesial. Ayah sangat marah. Ia menentang keras hubungan kami.

Dan suatu ketika, Jennie berniat membuatkannya secangkir teh dari teh herbal buatannya sendiri. Uh Jennie benar-benar calon menantu idaman.

Tapi sebelum dia memberikan teh itu, aku sempat memanggilnya. Jennie membiarkan tehnya dulu, dan pergi mencariku.

Kembalinya dari kamarku ia mengaduk sekali lagi tehnya. Sebenarnya firasatnya tidak enak, tapi ia berpikir bahwa itu hanya perasaannya saja.

Ia memberikan teh itu pada ayah. Sebelum meminumnya, ayah mencium bau teh itu.

"Apa kau yakin ini tidak berbahaya Jennie?", tanya ayah penuh curiga. Akhir-akhir ini, ayah berubah. Ia jadi membenci Jennie dan menganggapnya selalu melakukan hal-hal buruk. Padahal sebenarnya tidak.

"Iya ayah, teh herbal buatanku tidak pernah merugikan siapa pun. Bahkan, Lisa sering meminumnya"

Ayah mengangguk dengan senyuman masam. Bukannya ia meminum teh itu, tapi ia menuangkan teh itu pada tanaman di sampingnya. Dan betapa terkejutnya, tanaman itu langsung mati dan lenyap seketika.

ONE it's YouWhere stories live. Discover now