[42] Advocacy

118 19 0
                                    

Vanza membuka matanya dari silau cahaya yang baru saja menelannya dan berhasil membawanya pada suatu tempat yang asing. Tanpa ia sadari, dirinya sudah duduk di sebuah kursi, menghadap sebuah kursi besar lainnya yang masih kosong.

Ia bingung ada dimana dirinya sekarang. Sementara di sebelahnya juga terdapat Dio, Rafael, Mammon dan Lucifer yang sama-sama duduk pada kursi yang ditata berjajar dengan rapi.

"Apa yang terjadi?" ia berbisik pada Dio.

"Sidang Langit di atas Langit," balasnya tanpa melirik sedikitpun pada Vanza. Ia membalas dengan nada dingin, tampak raut yang sangat waspada tersirat di wajahnya.

Beberapa saat kemudian, barulah para ketujuh Iblis dan Malaikat muncul pada kursi-kursi yang sudah disediakan di sekitar mereka. Setelah semua kursi itu penuh, sebuah kursi besar dihadapan mereka terisi oleh kemunculan sebuah sosok.

Seseorang dengan wajahnya yang bercahaya terang, sampai tak ada yang sanggup melihatnya berlama-lama karena silau dengan cahaya tersebut. Sosok itu memakai jubah putih bersih.

"Apa yang terjadi? Kenapa engkau sampai mengadakan sidang ini, wahai Sang Pencipta?" tanya Gabriel, ia masih bingung dengan keadaan yang ia alami sekarang.

Ramiel menyahut. "Diamlah dulu, Gabriel."

Suasana hening tanpa suara apapun menyelimuti keadaan disana, sejenak sebelum suara berat terdengar membuka suaranya dan memecah keheningan.

"Dengan hadirnya ketujuh Iblis dan Malaikat, juga dengan kalian yang telah membuat keonaran di dunia, dan juga diriku disini, maka kuadakan Sidang Langit di atas Langit," ujarnya.

Semuanya mendadak diam, Vanza masih bingung dengan apa yang menimpanya saat ini. Sementara Rafael, Dio dan Lucifer tampak tenang-tenang saja, menatap langsung yang mereka sebut-sebut sebagai Sang Pencipta itu.

"Pertama, tentang dirimu, Iblis dosa kesombongan Lucifer. Kenapa kau sampai membuat ritual terlarang Makhluk Cahaya dan menyalurkan kekuatan itu padamu?"

Lucifer turun dari kursinya, membungkukkan badan dengan hormat lalu berdiri kembali. "Saya hanya ingin akan kekuatan, saya ingin menjadi kuat agar engkau melihat saya kembali."

Lucifer menambahi lagi, "Kenapa selama ini engkau selalu menghabiskan waktu dengan para Malaikat ataupun menyendiri? Padahal sejak dulu engkau biasa selalu bersama dengan saya. Saya ingin memiliki kekuatan besar dari Makhluk Cahaya itu, dan membuat engkau melihat saya lagi, wahai Sang Pencipta."

"Kenapa kau bisa iri Lucifer, Iblis dosa iri hati Leviathan saja tidak memiliki rasa iri seperti dirimu, sampai-sampai melakukan hal terlarang seperti itu, sampai tidak mempedulikan resiko yang akan menimpa para manusia pemilik kekuatan yang kau ambil itu!" Uriel berceletuk.

Lucifer menatap tajam kepada Uriel. "Cih, diamlah jika kau tidak tahu tentang apa yang kurasakan! Jangan membanding-banding kan diriku dengan saudaraku. Kami berbeda, harusnya kau lebih pintar dan mengetahui hal itu."

"Kalau kau memiliki rencana sebesar dan sejahat itu, kenapa kau tidak mengajak kami para saudaramu?" kali ini Amon yang bersuara, ia nampak kesal.

"Karena kalian semua yang sekarang tidak bisa sepenuhnya kupercayai. Contohnya saja, Mammon dan Leviathan. Mereka berkhianat padaku dan malah membantu para manusia-manusia ini."

"Aku hanya menjalankan tugasku dengan benar!" Mammon menyergah.

Lucifer terkekeh licik. "Benarkah? Tugas seperti apa?"

Mammon menghela napas panjang sejenak barulah ia menjawab, "Tugasku sebagai hidden Emguide. Aku harus melindungi Vanza, beserta Ray dan Claressa juga. Yang telah kulindungi, walaupun aku sempat gagal melindunginya dan gagal lagi."

Soul Reaper [✔] Where stories live. Discover now