"Tumben kau telepon Mamak siang gini," ucap Mama begitu menjawab teleponku.
"Kenapa Mamak jahat ke Niko?"
"Kau kesurupan ya? Tiba-tiba nelpon Mamak bilang kayak gitu."
"Mamak kenapa jahat kali ke Niko?!" Teriakku dalam keadaan menangis.
"Mamak nggak ngerti kau ngomong apa, kalau lagi nangis kayak gitu. Coba kau tenang dulu, baru ngomong."
Aku mencoba menenangkan diri sejenak, sampai suara tangisku tak terdengar lagi. Namun air mataku tetap jatuh membasahi kedua pipiku.
"Niko punya salah apa ke Mamak sampai tega ngelarang dia masuk bahkan ngusir dia dari pernikahan Bimbii?"
Tidak ada jawaban. Mama terdiam.
"Mamak tahu sendiri, Bimbii itu cintanya sama Niko. Tapi kenapa Mamak tega minta dia putusin Bimbii?" Tanyaku lagi.
"Niko udah jadi bagian masa lalu kau. Nggak usah kau ingat lagi!"
"Mamak nggak berhak ngurusin kehidupan percintaan Bimbii!"
"Tentu Mamak punya hak. Kalau kau lupa, biar Mamak ingatkan lagi. Mamak yang mengandung, melahirkan dan membesarkan kau. Tanpa air susu dari Mamak kau pikir, kau bisa hidup?"
Aku kembali menangis. "Hanya karena Bimbii adalah anak Mamak, jadi Bimbii harus menuruti semua keinginan Mamak? Begitukah?"
"Dengar Bii... Mamak sayang sama kau. Apa Mamak salah, kalau Mamak ingin kau dapat pasangan yang terbaik?"
"Dan menurut Mamak, Niko itu bukan yang terbaik untuk Bimbii?" Tanyaku langsung. "Tolong kasih alasan yang tepat, kenapa Mamak nggak suka sama Niko."
"Keluarga Niko terlalu berat untukmu. Dia itu anak pertama dan satu-satunya tulang punggung dalam keluarganya. Dia juga punya tiga Adik perempuan yang harus dibiayai hidupnya. Belum lagi Mamanya yang sakit parah. Jadi bagaimana mungkin, Mama membiarkanmu untuk masuk ke dalam keluarga seperti itu? Kehadiranmu pun hanya akan menambah beban untuk hidup Niko dan begitupun sebaliknya. Coba berpikirlah realistis sedikit. Jangan hanya pikirkan cinta kau itu!"
"Bimbii yang jalani hubungan dengan Niko. Dan selama berpacaran bertahun-tahun, Bimbii bahagia sama dia. Sampai akhirnya Mamak menghubungi dia untuk mengakhiri hubungan kami berdua!"
"Nah dari situ kan bisa kau lihat sendiri, Niko bahkan tidak mempertahankan apa yang kau sebut CINTA itu!" Mama sengaja menekankan kata cinta dengan nada yang sinis. "Padahal kalian berdua udah lama pacaran, tapi dia memutuskanmu hanya karena Mamak memintanya menjauhimu. Bahkan dia tidak ada niat memberi alasan atau memohon pada Mamak untuk mempertahankanmu!"
Emosiku mulai naik karena mendengar pembebelaan diri Mama tanpa ada rasa bersalah sedikit pun atas berakhirnya hubunganku dengan Niko.
"Itu karena Mama udah pasti menyudutkan posisi dia!"
"Bimbii... coba kau pikirkan baik-baik. Pacar kau itu memilih untuk meninggalkanmu daripada mempertahankanmu. Itu artinya, ada dua kemungkinan. Yang pertama, dia merasa tidak mampu untuk membahagiakanmu dengan kondisi keluarganya seperti itu sehingga memilih rela melepaskan cinta kalian. Yang kedua, Niko memang tidak cukup cinta sama kau!"
"Mamak jangan coba berdalih dengan membawa perasaan aku dan Niko, karena cuma kami berdua yang merasakan cinta itu sendiri. Mamak tahu apa?!" Tanyaku yang kembali menangis. "Yang Mamak tahu adalah gimana menjaga dan melindungi nama baik Mamak biar nggak jadi olokan di teman-teman arisan. Mamak lebih suka punya menantu seperti Aktar yang kaya raya, dibandingkan Niko yang cuma orang sederhana. Iya kan?" Seruku kuat.
