Part 11 | First Kiss

256 41 0
                                    

Seokmin's pov

Aku lelah sekali hari ini. Jadwal meeting yang beruntut membuatku lupa waktu untuk istirahat sejenak. Bahkan aku melewatkan makan siang bersamanya.

Ya, dirinya. Perempuan yang entah mengapa tiba-tiba hadir dalam kehidupanku.

Dulu ketika aku mengenalnya semasa sekolah menengah, aku sama sekali tak tertarik padanya. Aku tahu bahwa ia selalu menguntitku, tapi aku pikir itu bukan hal yang mengganggu. Jujur, aku juga menikmatinya.

Hari sudah mulai gelap. Cahaya bintang bertaburan di langit. Seakan tak mau kalah dengan sang rembulan. Aku melangkah bersama sahabatku meninggalkan kantor menuju basecamp.

"Fiuh~ akhirnya selesai juga meeting-nya. Kau tahu pantatku serasa datar seperti tembok, karena duduk terlalu lama," oceh Mingyu.

"Kau berlebihan. Ayo makan! Aku lapar," ajakku padanya.

"Wuih! Mimpi apa aku semalam diajak olehmu makan bersama seperti ini? Apa kau sudah menyerah mengajak makan dengan Choi Yuna itu?"

"Tidak. Hanya saja ini sudah sangat larut. Tak mungkin aku mengajaknya sekarang."

"Aduh, sayangnya aku sudah ada janji kencan dengan my darling Eunha. Kau mau ikut?"

Aku memasang tampang datar.

"Bagaimana kalau aku saja yang kencan dengannya? Sedangkan kau pulang saja. Ini sudah larut, tidak baik bagi perjaka sepertimu berkeliaran malam-malam."

"YA!"

Aku terkekeh mendengar reaksinya. Kemudian mulai melangkah masuk ke mobil meninggalkan dirinya sendirian.

"Ck! Untung kau masih bosku!" umpat Mingyu.

Sekarang di sinilah aku berada, Fairy Kafe. Aku pikir tempat ini sudah akan tutup, tapi aku masih saja nekat kemari. Dari dalam mobil ini pula aku dapat memandanginya yang sedang berada di meja kasir.

Aku bahkan dapat menyaksikan satu persatu pegawainya meninggalkan kafe ini. Sejenak aku teringat tentang perkataan Mingyu tempo hari yang lalu.

"Kau jangan lagi melakukan kesalahan yang sama. Seperti halnya hubunganmu dengan Kei dulu."

Kalimat itulah yang akhir-akhir ini selalu menggangguku. Aku sebenarnya ingin mengenalnya lebih jauh. Namun, aku juga takut kegagalan itu terulang kembali.

Diriku terlalu sibuk dengan melamun, hingga aku hampir saja melewatkannya. Ia telah selesai dengan kegiatan di meja kasir itu. Kini ia tengah bersiap untuk menutup kafe sepenuhnya.

Yuna's pov

"Selesai! Lelah sekali hari ini. Apa ia tak akan datang hari ini?"

Setelah sadar dengan perkataanku, aku langsung menggelengkan kepala. Berharap menghilangkan pemikiran yang membuatku ingin berharap lebih dan lebih.

Aku bergegas untuk menutup kafe ini. Namun, lonceng pada pintu masuk tiba-tiba berbunyi. Reflek aku hendak menolak pelanggan dengan halus, karena ini memang melebihi jam tutup kafe.

"Maaf kami sudah tu–"

Ucapanku terputus, setelah aku mengetahui siapa yang datang berkunjung.

Dia?

"Oh! Ha.. hai? Aku terlambat ya. Hehehe.." ucap lelaki itu agak kikuk di sertai cengiran kuda khasnya.

"Seokmin?"

***

Author's pov

Tak tahu mengapa, kini kedua pasang manusia itu duduk berhadapan di kedai teokbokki pinggir jalan.

Sama-sama terlihat canggung. Padahal mereka cukup dekat akhir-akhir ini. Mungkin saja karena Seokmin mengajakan minum bersama secara tiba-tiba. Membuat keduanya terdiam, malu jika saling melontarkan bahan obrolan.

"Apa kabarmu hari ini?" ucap Seokmin membuka pembicaraan. Oh, ayolah! Ini pertanyaan basa-basi, kurang berbobot.

"Aku baik. Kau?"

Jujur Yuna juga tak tahu harus mengatakan apa. Ia terlalu canggung minum bersama dengan pria dewasa seperti ini. Apalagi pria yang dimaksud adalah orang yang spesial di hatinya.

"Aku cukup lelah. Jadwal meeting yang beruntut membuatku lupa waktu makan. Makanya aku mengajakmu sekarang. Jadi, aku tak punya teman makan," keluh Seokmin. Namun, keluhan itu terlihat tak demikian karena dia mengatakannya sambil tersenyum indah.

Namun, sayangnya hal tersebut semakin membuat Yuna malu. Entah mengapa, ia merasa jika Seokmin menganggapnya, orang spesial?

Oh! Ayolah bukankah kau tak mau lagi berharap lebih, Yuna?

"Jadi kau belum makan apapun sejak tadi siang?! Lalu, mengapa tak memesan nasi saja! Bahkan kau sekarang minum soju?" omel Yuna dengan sedikit mengontrol rasa malunya. Namun, agaknya terkesan nada khawatir di setiap kalimatnya .

Seokmin tersenyum kembali, "Kau khawatir, nona?"

"Hah?! Ti.. ti.. tidak! Hanya saja, ibuku memiliki penyakit maag! Aku takut jika hal itu juga terjadi padamu!" ucap Yuna cepat. Setelah sadar, ia menutup mulutnya dan memalingkan mukanya.

"Ternyata benar. Kau khawatir padaku."

Tuk..

Terdengar suara gelas soju yang berbenturan dengan meja yang baru saja ditegak oleh Seokmin. Kini sepertinya ia mulai ketagihan dengan minuman memabukkan itu. Sedangkan Yuna hanya diam memperhatikannya. Tanpa tahu harus berbuat apa lagi. Ia terlalu malu mengakui akan kekhawatirannya.

"Kau mengingatkanku padanya.." ucap Seokmin sendu. Kemudian kembali meneguk soju-nya.

"Siapa?" lirih Yuna. Namun, masih bisa didengar oleh Seokmin.

Masih dengan gerakan menuang dan meminum, Seokmin mulai angkat suara.

"Kei.."

Deg!

Seketika dada Yuna mulai sesak. Ia bahkan tak peduli pada Seokmin yang sudah mulai mabuk itu.

"Dia.. selalu perhatian padaku. Aku bahkan terlalu cuek jika bersamanya. Hmm.. hahaha.. lucu sekali! Aku terlalu sibuk dengan duniaku. Sampai ia bosan dan bermain api di belakangku," ucap Seokmin miris.

Yuna yang sedari tadi hanya mendengarkan. Kini ia mulai penasaran dengan kisah cinta mereka. Apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka, pikir Yuna.

"Yuna, bibirmu merah sekali," racau Seokmin.

Mengapa tiba-tiba..

Ayolah Choi Yuna. Sadarlah! Dia mulai mabuk sekarang.

"Hei! Sudah, Seokmin. Jangan minum lagi!" cegah Yuna.

Ia bahkan agak sedikit mencondongkan badannya berniat mengambil gelas yang Seokmin gunakan. Namun, siapa sangka jika Seokmin menariknya dengan gerakan cepat.

Cup!

=TBC=

Wow! Wow! Seokmin langsung ngegas guys! 🌚🌚🌚

Rahasia Secangkir Kopi | Dokyeom SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang