11

29 5 0
                                    

"Guys, gue mau pamit ke rooftop sekolah bentar. Mau nenangin pikiran gue" ucap Reshya menatap sahabatnya.

"Ga mau ditemenin kita apa?" tanya Yeri dan mendapati Wendy dan Luna menganggukkan kepalanya tanda setuju.

"Ga usah, gue sendiri aja."

"Nanti kalau ada apa-apa cepet calling kita" perintah Luna.

Reshya hanya mengangguk dan berlalu meninggalkan kelas. Di dalam perjalanan, ia menatap sekeliling area sekolah. Sepi, itulah yamg ada di benaknya. Semua siswa baik kelas X, XI, maupun XII sedang melanjutkan KBM, (Kegiatan Belajar Mengajar).

Setelah menaiki tangga, sampailah ia di tempat tujuan. Dan bukan dia seorang saja di sana, melainkan ada seseorang yang pastinya dikenal oleh Reshya. Ia kaget setelah mata biru milik orang itu menatapnya. Reshya langsung mengalihkan pandang dan hendak berlalu pergi dari tempat itu.

Namun, sebuah tangan mencekal pergelangan tangannya. Ia ingin melepaskan, tapi cekalannya semakin erat. Ia tidak bisa pergi.

"Napa pergi?" tanya Kelvin masih menatap mata cokelat milik Reshya.

Dengan tangan yang masih digenggam, Reshya hanya bisa menundukkan kepalanya. Ia tidak berniat menjawab.

"Napa diem?" tanyanya lagi.

Reshya mengambil alih tangan cowok itu dan berusaha melepaskan cekalan tersebut. Berhasil. Ia langsung berlari kecil menuruni tangga tanpa ada yang menghalanginya. Rasanya ia ingin menangis saat ini.

Kelvin menatap kepergian perempuan itu yang membuat dirinya sadar tentang hatinya. Benar-benar ia hari ini menyesal semenjak mendengar percapakan tadi. Ingin rasanya ia meminta maaf pada gadis itu.

"Apa lo udah benci sama gue, sampai-sampai lo ga jawab yang gue tanyain tadi?" tanyanya sendiri dengan tatapan sendu.

"Apa lo udah capek perjuangin hati lo sendiri?" tanyanya lagi.

Kelvin berhenti bergumam sendiri, ia menatap langit mendung yang siap meluncurkan butir-butir air di bumi. Kelvin akhirnya berteriak sekencang-kencangnya.

Aaaaaaaaa

Arghhhhhh

Ia menjambak rambutnya kasar dan tidak peduli dengan penghuni sekolah ini yang menatapnya. Ia ingin melampiaskan kemarahan dan penyesalannya pada diri sendiri. Betapa bodohnya ia selama ini.

Di lain tempat, Reshya sedang duduk di taman belakang sekolah sambil menatap langit mendung. Ia menangis. Mengapa ia sering sekali menangis gara-gara cowok itu.

"Ternyata gini ya rasanya" ucap Reshya sesenggukan.

"Kenapa gue bisa masuk lebih ke dalam hati lo, Kak?" tanyanya pada diri sendiri.

"Emang bego banget gue, ga mikir lebih dahulu." Reshya tertawa remeh. Air matanya belum juga berhenti menetes.

Dari kejauhan, Santa melihat Reshya yang berdiam diri duduk di kursi taman sekolah. Dan ia segera menghampirinya.

"RESHYAAA." Santa melambaikan tangannya dari kejauhan. Reshya kaget melihat kedatangan Santa dan ia segera menghapus air matanya.

Santa langsung duduk di sebelah Reshya yang masih diam menatap sepatunya ke bawah.

"Kamu kenapa?" tanya Santa menatap Reshya yang masih diam.

Reshya kaget mendengar panggilan Santa menjadi 'kamu'. Ada apa ini? tanyanya pada diri sendiri.
Mengapa dirinya menjadi sangat risih dipanggil menjadi seperti itu. Apakah hatinya telah berpaling kepada orang lain? Nanti hatinya yang akan memperjelas semuanya.

"Aku ga papa, Kak. Oh ya, jangan panggil aku dengan embel-embel 'kamu' ya. Seperti biasa aja" suruh Reshya yang menatap pemandangan di depannya dengan tatapan kosong.

Santa hanya menghembuskan napas kasar. Ia ingin sekali menyatakan sesuatu yang sangat penting pada gadis ini.

"Res, lo beneran ga papa?" tanyanya lagi.

"Iya aku ga papa, Kak. Serius" jawab Reshya sambil memegangi kepalanya yang tiba-tiba muncul pusing di bagian kanan.

Sekarang saatnya gue nyatain perasaan ini ke Reshya. Sebelum terlambat. Batin Santa bersemangat.

"Res, gue mau ngomong sesuatu. Sebenarnya dari pertama ketemu lo, gue u---" ucapan Santa menjadi terpotong karena Reshya telah berada di pangkuannya.

Brakkkk!!!

Reshya pingsan. Wajahnya pucat, mata bengkak, suhu tubuhnya dingin sekali.

Santa sempat mematung melihat Reshya terkulai lemas di pangkuannya. Ia merasakan sesuatu yang terjadi pada diri cewek ini. Tanpa berpikir panjang, Santa meninggalkan Reshya dalam keadaan tak sadarkan diri.

Dari kejauhan, satpam yang sedang berlalu - lalang melihat ada seseorang yang pingsan di rerumputan. Segera ia menghampirinya.

"Astaga, ini bukannya non Reshya?" Ia bertanya sendiri.

Pak satpam itupun langsung membopong badan kecil Reshya dan membawanya ke UKS .

Di lain tempat.
Santa mencari sosok lelaki yang menjadi penyebab pingsannya Reshya.
"Gara - gara lo gue gajadi ngomong." Santa menjambak rambutnya sehingga menjadi acak - acakan.

Kelvin yang sedang menuju ke arah parkiran pun harus terhenti akibat ada tangan yang mencekal kerah baju seragam sekolahnya.

Kelvin hanya menaikkan satu alisnya tanda tidak paham yang terjadi. Santa yang emosinya sudah berada di ubun - ubun langsung menonjok keras rahang Kelvin tanpa ampun.

Setelah memuaskan tindakannya, Santa mengatur napasnya yang tersengal - sengal.

"Lo kan yang jadi penyebab Reshya pingsan?" tanya Santa

"Kalo ngomong saring dulu, jangan nyerocos" jawab Kelvin tak kalah emosi

"Alahh, gausah basa - basi lo" Santa kembali menonjok wajah Kelvin tanpa ampun

Tak lama kemudian, datang para guru menghampiri mereka untuk melerai pertengkaran tersebut.

"STOPPPP!!!!!" ujar Pak Broto dengan suara naik satu oktaf

Otomatis Kelvin dan Santa terkejut dan menyudahi pertengkaran itu.

"Kalian kalau berantem ga tau tempat ya. Mari ikut bapak ke ruang kepsek" ujar Pak Broto

"Kelvin aja yang bapak suruh ke ruang kepsek, saya gak ada waktu" ucap Santa tanpa menoleh ke arah Pak Broto

"Jangan banyak cakap. Cepat ke sana sebelum saya nengeluarkan kalian dari SMA ini. Mengerti???" tanya Pak Broto lagi

Kelvin maupun Santa tidak ada yang merespon perkataan gurunya. Mereka langsung melangkahkan kakinya ke tempat tujuan. Jangan menganggap mereka akan berjalan berbarengan, melainkan mencari jalan masing - masing.

Hai, hai
Like, Comment, & Vote yaa😍

Incision✔Where stories live. Discover now