13

25 6 2
                                    

Reshya duduk termenung menyandarkan punggung di kepala ranjang. Entah apa yang saat ini ada di pikirannya. Semuanya begitu rumit ketika masalah tentang perasaan menyerbu kehidupannya.

"Hm, gue harus berbuat apa sekarang?" tanyanya pada sendiri

"Apa gue tetep berjuang demi dapetin Kak Kelvin? Tapi, itu menyulitkan banget. " Reshya sepertinya sedang frustasi memikirkan hal ini. Benar - benar ingin butuh teman curhat. 

Tok Tok Tok Tok!!!

Pintu kamar Reshya tiba - tiba berbunyi yang menandakan adanya seseorang yang ingin meminta izin untuk masuk.

"Apa gue bisa masuk?" Sherli bertanya dari balik pintu kamar adiknya untuk meminta persetujuan masuk.

Tak ada jawaban.

Ceklek!

"Dengan senang hati," jawab Reshya tanpa berekspresi. 

"Pasti lagi butuh temen curhat kan?  Ckckck kasian ya lo." Sherli menjawab sambil cekikikan.

Ish, kok kakak gue bisa tau sih? Ia bermonolog sendiri dengan ekspresi seperti terkejut, tetapi ia berusaha untuk menetralkannya.

Tanpa disadari, Sherli sudah berjalan meninggalkan Reshya yang masih melamun di pintu kamarnya. Tapi,  sedetik kemudian ia sadar dan langsung menyusul kakaknya ke balkon kamar. 

"Lo pernah suka cowok ga?" tanya Reshya masih memandang langit yang tak berbintang sama sekali.

"Ya pernahlah, lo kira gue lesbian. "

"Ya ga gitu juga kali, maksud gue cinta pandangan pertama gitu sama cowok.  Di kampus lo kan gudangnya cowok cakep tu, lo ga naksir samsek?" Reshya kembali bertanya.

"Bukannya ga naksir, tapi ga tertarik." Sherli kembali tertawa dengan jawabannya sendiri.

"Sama aja ga tuh.. Serius dong kakakku." Kali ini Reshya memohon dengan kakaknya untuk membahas 'cowok'.

"Gue cuman belum dapet yang pas aja buat hati ini." Sherli menjawab sambil menunjuk dada, dimana tempat hatinya berada.

Reshya hanya ber-oh ria mendengar jawaban kakaknya. Ia juga sedang berpikir, apakah Kelvin sudah pas untuk dirinya kelak? Siapa yang bisa menjawab pertanyaannya? Tidak ada pasti.

"Gue saranin aja, misalkan lo lagi jatuh hati sama seseorang. Kalo emang udah ga pas buat diri lo jangan dipaksain. Sakit." Sherli kembali bersuara menyarankan adik satu - satunya itu.

Reshya tersenyum memandang sang kakak. Ternyata, perhatian juga dengan dirinya. Padahal, dia tidak selalu ada di rumah. Tetapi, Reshya selalu bersyukur memiliki Sherli.

"Gue akan coba." Reshya memeluk erat kakaknya. Bulan purnama saat itu menjadi saksi perbincangan Reshya dan Sherli.

***

"WOY, BAGI PR SEKARANGGG." Suara toa kembali memecah keheningan di kelas XII IPA 2. Siapa lagi kalau bukan Riko?

"Bacod banget lu. PR itu pekerjaan rumah. Bukan pekerjaan rentenir. Tukang minta - minta." Salah satu murid di kelas itu menjawab yang membuat seisi kelas tertawa keras.

"Kok situ yang sewot? Ini hak gue," jawab Riko dengan gaya khas bancinya.

"Bodo amat gue," jawab murid itu, namanya Eko dan langsung bergegas keluar keras sebelum telinganya bermasalah karena mendengarkan toa jadi - jadian.

Lain halnya dengan Kelvin yang memperhatikan kejadian di kelas tadi dengan datar. Tak ada niat untuk ikut tertawa bersama.

"Gue cabut." Kelvin mengambil ancang - ancang untuk segera melangkahkan kakinya. Tapi, terhenti karena Marcell bersuara.

"Gue harap lo bisa kontrol emosi kalo lagi sama cewek itu. Jangan bentak - bentak, jangan dikasarin. Kasian." Marcell memberitahu pada Kelvin dengan nada serius. Tapi, rupanya Kelvin hanya mendengarkan, tak berniat menjawab dan langsung keluar dari kelas.

"Kuatkan hatiku menghadapi orang yang dingin kayak dia." Marcell menatap punggung Kelvin yang mulai tak terlihat di koridor sekolah sambil geleng - geleng kepala.

***

"Ternyata lo tau juga tempat favorit gue," ujar Kelvin sambil melangkahkan kakinya mendekati cewek dengan rambut digerai sedang menatap ring basket.

Reshya berbalik menatap Kelvin yang bersuara tadi dan langsung menjawab, "boleh tau, tapi jangan sok tau."

"Kalo gue tau isi hati lo yang sebenarnya, lo bakal bilang gue sok tau juga?" tanya Kelvin.

Reshya mengabaikan hal yang sedang dibahas Kelvin dan langsung meninggalkan lapangan basket sekolah. Tetapi, sebelum itu Kelvin kembali bersuara.

"Gue akan berusaha curi hati lo."

Deg

"Mimpi aja sana lo," balas Reshya langsung berlari tanpa menatap ke belakang sedikitpun.

Santa yang mengintip dari balik tembok koridor, mendengar apa yang diucapkan Kelvin tadi. Ia berpikir karena apa cowok itu bisa berubah drastis. Dari dingin bisa jadi mencair seperti itu. Entahlah.

"Brarti saat ini gue ada saingan baru buat dapetin Reshya," batin Santa di dalam hatinya.

***

Kelvin saat ini sedang makan malam bersama orang tuanya, kecuali adiknya. Karena kebetulan sedang mengerjakan tugas di kamarnya.

"Gimana sekolah kamu, Vin? Kamu ga bikin ulah lagi kan?" tanya Reza pada anak sulungnya.

Kelvin hanya menggelengkan kepalanya tanda tidak ada melakukan hal yang negatif. Ia kembali fokus pada makanannya dan segera meneguk air putih di sebelahnya.

"Aku mau ke atas, ke kamar Keena," ucap Kelvin langsung berlalu meninggalkan meja makan.

Kedua orang tuanya hanya menghela napas karena anaknya masih saja dingin, cuek, dan kadang - kadang tak menghiraukan ucapannya.

Kelvin yang sudah berada tepat di depan pintu kamar Keena yang masih tertutup segera memanggil adiknya.
"Keena, siap - siap gue mau ajak lo pergi bentar."

Keena yang mendengar ucapan kakaknya segera meninggalkan tugas yang masih berserakan dan langsung membuka pintu kamarnya.

"Tumben Abang ngajak aku, biasanya cuek - cuek aja," ujar Keena sambil melipat tangannya di depan dada dengan tatapan menyelidik.

"Cepetan!" Kelvin berlalu meninggalkan adiknya yang masih diam di depan pintu. Keena hanya memutar bola mata malas. Selalu saja kakaknya bersikap seperti itu. Apa tidak capek?

"Ok fiks, gue siap - siap sekarang." Keena menutup pintu kamar dan langsung bergegas bersiap - siap, kebetulan ia sudah mandi dari tadi. Jadi tinggal memakai hoodie dan parfum.

***

Ditunggu next part-nya. Jangan lupa vote cerita aku, dan comment yaa❤
Terima kasihh


Incision✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang