1 - Sesuatu yang Beku

17.5K 1.4K 27
                                    

Mei 2015

Suatu pagi di sebuah rumah mewah, sebuah keluarga sedang berkumpul di meja makan untuk sarapan bersama. Im Yoona, sang ibu, sibuk mengambilkan makanan untuk suami dan putra-putranya. Park Haejin, sang kepala keluarga, sudah duduk di kursi sambil membaca koran pagi ini. Si sulung Park Jimin sibuk memainkan ponselnya sambil menunggu sang ibu mengambilkan lauk pauk. Sedangkan si bungsu Park Jungkook baru saja turun dari tangga dengan muka ditekuk, namun tampak begitu menggemaskan menggemaskan. 

"Hyung! Kenapa kau tak membangunkanku?!" kesalnya pada Jimin. 

"Tak membangunkanmu? Tanyakan pada Appa berapa kali aku membangunkanmu, dasar Babi!" jawab Jimin tak kalah sebal. 

"Jimin - ah.. " tegur Yoona dengan lembut.


"Jungkook - ah, Jimin sudah membangunkanmu berkali-kali. Tapi kau tak kunjung bangun, itu sebabnya Eomma memintanya untuk membiarkanmu tidur. Jadi berhentilah berdebat, oke?lanjut sang ibu. 

"Mianhae Eomma, karena sudah marah-marah pagi-pagi begini" ucap Jungkook menyesal. 

"Gwenchana. Dan Jimin - ah, jangan gunakan bahasa kasar lagi! Apalagi di depan Appa dan Eomma. Kalau sampai Eomma mendengarnya lagi, maka akan Eomma potong uang jajanmu. Arrachi?" ancam Yoona

"Ne, Eomma. Maaf.. " ucap Jimin dengan cengiran lebar. Jungkook hanya menjulurkan lidah, mengejeknya. 

"Sudahlah. Cepat makan jika kalian tak ingin terlambat" ucap Haejin hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kedua putranya yang sering ribut di pagi hari seperti ini.

Ketika yang terdengar hanya suara sendok yang saling beradu, suara langkah kaki yang menuruni anak tangga terdengar mendekati meja makan. Seorang namja berusia 18 tahun, setahun lebih muda dari Jimin dan setahun lebih tua dari Jungkook, mengenakan seragam SMA yang sama dengan Jungkook dengan membawa tas di sebelah pundaknya. Dia berjalan mendekat ke meja makan. 

Park Taehyung. Kehadirannya mengalihkan atensi semua orang yang sedang menikmati sarapan. Wajahnya terlihat datar, tanpa senyum. Tatapan matanya menyiratkan sesuatu yang sulit terbaca.

Bukan kursi kosong yang ia tuju, melainkan kursi sang ayah. Ia berhenti di samping sang ayah sembari meletakkan sebuah amplop putih di samping piring ayahnya. 

"Maaf mengganggu sarapan kalian. Aku hanya ingin memberikan surat kelulusan itu. Acaranya hari ini" ucap Taehyung dengan nada sedatar mungkin. 

Ada jeda sejenak. Semua mata tertuju pada amplop berisikan surat kelulusan itu. 

"Datanglah jika Appa sempat" lanjutnya dengan ragu. Pasalnya percuma saja dia melontarkan kalimat itu. Dia yakin 1000% ayahnya tak akan datang. Tapi tak ada salahnya kan jika ia mencoba dan berharap?

Taehyung mengalihkan pandangannya pada sang ibu yang tak terusik dan kembali melanjutkan sarapannya. Sedangkan Haejin mulai membuka surat itu dan membaca isinya sebentar, kemudian meletakkannya kembali ke meja. Taehyung gugup menunggu jawaban sang ayah. Dalam hati berharap jika ayahnya mau datang menghadiri acara kelulusannya. 

"Akan kuminta sekretaris Lee untuk datang nanti" jawab Haejin kemudian mengambil sumpit yang sempat ia letakkan tadi dan melanjutkan sarapannya tanpa peduli raut kecewa dari Taehyung yang terlihat jelas.

"Ne, gomawo. Aku berangkat dulu" pamit Taehyung. 

Pemuda itu berbalik hendak pergi dari sana, membawa kekecewaan yang mendalam. Diam-diam dia tersenyum miris. Harusnya Taehyung tahu jika ini semua sia-sia. Sejak semalam, dia terus mengalami dilema, haruskah ia memberikan surat ini kepada ayahnya atau tidak. Karena dia tahu semuanya akan seperti ini. Tapi tak apa. Setidaknya dia sudah mencoba mencairkan kebekuan di hati kedua orangtuanya, walaupun harus menelan kekecewaan, lagi.

"Taehyung - ah, kau tidak sarapan dulu?" tanya Jimin menghentikan langkah sang adik. 

Jimin bisa dengan jelas melihat Taehyung yang kecewa dengan jawaban ayahnya. Jimin hanya tak habis pikir kenapa ayah dan ibunya selalu bersikap berbeda pada Taehyung. Perlakuan kedua orang tuanya yang sangat dingin dan tidak peduli pada Taehyung terlihat sangat jelas. Namun Jimin dan Jungkook tak tahu apa penyebabnya. 

Mereka hanya bisa mengira ini semua karena sikap nakal Taehyung. Taehyung memang bukan siswa yang baik di sekolahnya. Bahkan sejak sekolah menengah pertama, dia sudah banyak melakukan kenalakan. Merokok di sekolah, berkelahi, membolos, balapan liar, dan banyak hal-hal nakal lain yang dia lakukan. Karena lelah dengan semua kenakalan yang Taehyung lakukan, sikap kedua orang tuanya menjadi dingin dan tidak peduli pada Taehyung. Begitulah pemikiran Jimin dan Jungkook. Tanpa tahu apa yang sebenarnya telah terjadi, hingga membuat hati Yoona dan Haejin sangat beku pada Taehyung.

"Tidak, Hyung. Aku sudah terlambat" jawab Taehyung kemudian berlalu begitu saja dari sana, menuju garasi untuk mengambil motor kesayangannya.

Sepeninggal Taehyung, Jimin mengamati ekspresi kedua orangtuanya yang terlihat biasa saja dan dengan tenangnya melanjutkan sarapan mereka. Jimin tentu sangat khawatir pada sang adik dan ingin mendengar isi hati Taehyung yang sangat tertutup. Namun semakin hari Taehyung semakin menjauh dan semakin tak tersentuh. Entah sejak kapan hubungan mereka jadi terasa sejauh itu. 

Salahkan Jimin yang akhir-akhir ini terlalu sibuk berkegiatan di kampus hingga jarang di rumah. Dia jadi melupakan sesuatu. Park Taehyung, adik pertamanya. Mereka bahkan sangat jarang bertemu. Jimin yang disibukkan dengan kegiatan di kampus sedangkan Taehyung yang jarang berada di rumah dan selalu pulang tengah malam. Hal inilah yang membuat hubungan mereka semakin hari semakin renggang. 

Jimin sungguh merindukan Park Taehyung kecil. Dimana si kecil Taehyung selalu bergantung padanya, selalu merengek minta es krim, dan selalu minta dilindungi dari teman-temannya yang sering mengganggu. Park Taehyung yang sekarang sangatlah berbeda. Jimin bahkan hampir tak mengenalinya lagi.



.

.

.



tbc


Happy reading and enjoy it!


-Melody_sj52-



No Place For Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang