Sungkem

6.9K 488 28
                                    

Suasana riuh setelah bubaran shalat Eid di lapangan dekat komplek terasa hangat. Semua orang berkumpul, bersujud di tanahNya, mengharapkan ampunan dariNya, mengharapkan menjadi seseorang  yang lebih baik lagi setelah Ramadhan usai dan berharap akan jumpa dengan Ramadhan lagi di tahun-tahun berikutnya.

Keluarga Prayuda sudah kembali ke kediamannya. Kini semua saatnya sungkem pada Mama dan Papa, serta dengan pasangannya masing-masing.

Mama dan Papa sudah duduk di sofa, orang pertama yang akan sungkem tentulah Aliya. Dengan sekuat tenaga menahan air mata yang sebentar lagi akan tumpah ruah, dengan segala kerendahan hatinya, ia raih punggung tangan Mama.

Di kecupnya lama dan dalam. Tangan yang mendekapnya pertama kali, yang senantiasa membimbingnya, merangkulnya dalam segala keadaan. "Ma, maafin Aliya. Aliya, banyak salah sama Mama dan Papa. Semoga Mama, Papa sehat terus, dampingin Aliya sampai cucu mama dan papa semua besar-besar. Maafin kakak, ma." tangisnya pecah saat Mama memeluknya erat.

Sungguh banyak tahun terlewatkan oleh Mama dan Papa bersama anak sulungnya ini. "Maafin mama juga, kak. Mama yang lebih banyak salah sama kamu." Mama menatap mata putri sulungnya itu dalam-dalam lalu menempelkan keningnya, menghapus air matanya. Sungguh berat ramadhan dan lebaran sebelum-sebelumnya.

Kini Aliya beralih pada Papa, beliau memang tidak banyak bicara. Hanya memeluk putrinya erat-erat saja itu rasanya sudah menyenangkan.  Namun dalam hati beliau selalu menyebut nama anak-anaknya agar senantiasa di lindungi langkahnya.

Giliran si kembar bersama istri mereka masing-masing yang sungkem pada Mama dan Papa. Yaa, si kembar memang tidak menangis walau sesungguhnya mata mereka sudah memerah.

Lalu Kanika, ia menangis tersedu di pelukan Mama dan Papa. Ia terus bersyukur pada Allah atas apa yang sudah di berikanNya selama ini. Entah apa jadinya kalau Kanika tidak hidup dengan Mama dan Papa yang begitu sayang padanya hingga kini ia bukan anak-anak lagi.

Dan krucils, yang heboh berebut minta salim Oma dan Opa mereka. Beruntungnya anak-anak ini bisa memiliki Oma dan Opa yang amat sangat menyayangi mereka tanpa membedakan satu sama lainnya.

"Maaa... Paaaa, mau, mpinn." Zie seolah mengerti langsung menunjuk meminta amplop lebaran pada Oma dan Opa seperti yang di pegang Kavin.

Disambut tawa semua kini Kenzie mendapatkan apa yang di inginkannya dari Oma dan Opa. Sebagai gantinya, Zie mengecup keduanya dengan sayang.

"Mommy, daddy" panggil Bryna.

"Ya sayang?"

Bryna langsung bersimpuh di depan kedua orang tuanya yang duduk di sofa. Ia meraih punggung tangan nan halus itu dan kecupnya. "Maafin dedek, mom. Dosa dedek banyaaakk sama mom dan daddy." ujarnya pelan namun masih bisa terdengar. Aliya dan Adrian lantas memeluk Bryna, ya, beberapa waktu lalu mereka sempat bertengkar hebat hingga Bryna tiba-tiba jadi diam tak bicara pada siapapun.

"Mom juga salah. Dedek udah mom maafin jauh sebelum dedek minta." sahut Aliya di sela pelukannya.

Sesak rasa tangis Bryna di pelukan keduanya. Semua yang terjadi biarlah jadi pelajaran agar tidak akan pernah terulang kembali pada siapapun di keluarga ini.

"Maafin mas juga, mom." Bryan tiba-tiba ikut dalam pelukan hangat itu.

"Abang jugaaaa, masa abang gak di ajak syii," Kavin langsung nyusup ikut di tengah-tengah.

"Iya-iya sini sama mom, daddy."

🍎🍎🍎

"Mas Abi," panggil Jihan lalu tersenyum menatap Suaminya.

"Iya?" sahut Bian lalu mengernyit karena senyuman maut Jihan.

Jihan meraih punggung tangan Bian, Bian lantas mengusap kepala Istri tercintanya itu. "Maafin aku ya mas," ujarnya.

PUASA PERTAMA ABANGWhere stories live. Discover now