Nissa memasukkan buku ke dalam tasnya dengan terburu-buru, setelah sudah di masukkan semua, Nissa keluar dari kelasnya dengan langkah cepat. Hari ini tepat tanggal Enam belas September yang dimana calon pacarnya itu ulang tahun. Nissa meruntukkan dirinya sendiri karna belum membeli kado untuknya. Nissa menubruk siapa saja yang menghalangi jalannya, saat melewati parkiran dia melihat Arsal sedang mengobrol dengan kedua temannya. Kedua mata Arsal melihat Nissa berlari melewatinya tanpa menyapa atau sebagainya. Arsal menyerngit bingung melihatnya nampak terburu-buru.
"Lo liat apa, Sal?" tanya Bobi terlihat bingung dengan sikap Arsal. Arsal beralih menatapnya lalu menggeleng.
"Gimana? Lo serius gak mau kado dari kita." lanjutnya serius. Arsal berdecak sekian kali.
"Lo pada bego ya, masa ngasih kado bilang-bilang. Lagian gue gak mau kado dari lo pada, cukup kalian hadir nanti malem aja!"
Bobi dan Ilham terkekeh, lalu mereka mangut-mangut mengerti. Arsal yang melihatnya, memutar kedua matanya malas. Dari kecil Arsal tidak meminta apapun saat ulang tahunnya tiba, itupun kalau ada barang yang ingin dia pengenin pasti papanya kabulkan, kalau tidak? Arsal tidak akan meminta apapun dari mama dan papanya. Jarang-jarang Arsal meminta sesuatu pada papanya, hanya setiap satu tahun sekali Arsal akan meminta di belikan Skateboard model terbagus pada papanya. Tentu saja dengan senang hati Aziz- sang papa akan membelikannya.
"Yaudah gue cabut ya, jangan lupa jam delapan malem nanti. Gak usah ngaret, gue bakal ngunci gerbang kalau kalian ngaret." peringat Arsal sambil memakai helmnya. Ilham mengangguk sambil mengancungkan kedua jempolnya.
"Sip, babeh." ucap Bobi menyengir menatapnya. Arsal menaikkan sebelah alisnya, karna dia mengatakan 'babeh'. Setelahnya Arsal me-gas motornya dengan kecepatan rata-rata.
...
Semua isi lemari pakaian sudah berserakan di kasur, nampak Nissa kalang kabut memilih pakaian yang cocok untuk malam ini. Nissa menjambak rambutnya frustasi, untuk memilih pakaian saja dia sudah menghabiskan waktu satu jam lebih, dan sekarang sudah jam 19.25, Nissa sudah mencoba pakaian yang ada lemarinya tapi tidak ada yang cocok di tubuhnya.
"Gimana ini? Arsal bentar lagi jemput Nissa!! Ahh bodo, Nissa pake baju ini aja, lagian kata Dara baju ini bagus kalau Nissa pake." ucapnya sendiri sambil melihat dengan teliti baju yang ada di hadapannya ini.
"Tapi baju ini terbuka gak ya? Menurut Nissa sih nggak, udahlah Nissa pake ini aja." lanjutnya.
Setelahnya Nissa memakai pakaian itu, lalu dia duduk di hadapan cermin yang cukup besar. Tangan mungilnya meraih bedak dan dia poleskan di wajahnya. Saat ini Nissa mencoba memoleskan Make-up di wajahnya, dia takut hasilnya akan jadi tante-tante. Nissa memoleskan liptint di bibirnya. Senyuman kecil terbit diwajahnya, hasilnya tidak menor ataupun kurang. Sangat pas di wajahnya.
Lalu Nissa pun menyambar ponselnya, tertera nama Arsal di ponselnya. Nissa segera mengangkat panggilan itu.
"Iya, Sal."
"Turun, gue udah di depan rumah lo."
"Iya, Nissa turun sekarang."
Tut..
Panggilan itu berakhir secara sepihak, Nissa segera turun menemuinya. Entah kenapa jantungnya ini berdetak begitu menggila, Nissa menarik nafas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan....
Arsal menyender pada tembok, sambil menunggu dia membalas grup chat di ponselnya yang sedari tadi bunyi terus menerus. Nissa yang sudah di hadapan pintu dengan pelan membukanya, kepalanya menyembul melihat Arsal yang membelakanginya. Perlahan namun pasti Nissa maju selangkah mendekatinya, lalu dia berdehem pelan membuatnya tersadar dan membalikkan tubuhnya ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Prince ✔
Teen Fiction(N) : CERITA INI DALAM MODE REVISI , APABILA ADA TYPO MOHON DI MAAFKAN. [COMPLETE] • PART MASIH LENGKAP • Mewarisi gen papanya. Dingin, datar, cuek nan acuh, itulah kesehariannya. Sampai-sampai dia dijuluki 'Cold Prince' di sekolahnya. Akan tetapi d...