• Cold Prince #49

17.3K 819 11
                                    

Qaqa, Ilham, dan Bobi menatap Arsal dengan iba. Disana, Arsal terus - terusan meninju samsak yang ada di hadapannya. Raut wajahnya mengeras, membuktikan kalau emosinya belum terendam sama sekali. Peluh keringat telah membanjiri malam ini. Dengan sekali tinjuan, Arsal langsung ambruk ke bawah. Dadanya naik turun, sesuai dengan nafasnya yang tidak teratur. Kedua matanya terpejam rapat.

Perlahan rasa kesalnya memudar, terganti rasa sesak di hatinya. Rasanya Arsal ingin menangis sekencang - kencangnya. Tapi, entah kenapa air matanya sangat sulit keluar dari pupil matanya. Yang bisa Arsal rasakan, hanya kesakitan mendalam di hatinya. Hanya merenung berjam - jam, yang bisa Arsal lakukan beberapa hari ini.

"Sal.. Udahlah lo jangan kaya gini terus. Kesehatan lo udah menurun." Ilham berujar sekian kali. Sekian kalinya, Ilham menasehatinya, tapi Arsal sama sekali tidak mendengarnya, yang membuat Ilham hanya bisa pasrah, namun kasihan lama - lama melihatnya seperti ini.

"Kita tau perasaan lo saat ini. Tapi liat juga fisik lo, Sal. Lo tuh udah coba - coba minum alkhol. Gue tau lo stres, tapi gak kaya gini juga selesain masalahnya." tambah Qaqa membuatnya berpikir.

"Coba pikir gimana selesain masalah ini, jangan lo luapin emosi lo sama orang - orang yang ada di sekitar lo, apalagi gak punya salah sama sekali." ceplos Bobi sedikit menyindir.

Kedua mata Arsal langsung terbuka. Matanya begitu sendu, apalagi ada lingkaran hitam di bawah matanya. Sangat terlihat bahwa keadaannya saat ini benar - benar kacau.

"Kalian gak ngerti." gumam Arsal menatap langit - langit ruangan ini. Lalu Arsal langsung duduk selonjoran, arah matanya melihat teman - temannya yang duduk disana.

"Siapa bilang kita gak ngerti? Kita ngerti gimana perasaan lo, Sal. Kita sama - sama cowok, kita ngerasain gimana terpuruknya lo. Tapi cara lo salah, lo kalau mau tau penjelasan Nissa, lo harusnya mikir! Gimana caranya lo bisa tau alesan si Nissa masuk ke dunia itu." sentak Qaqa padanya. Qaqa benar - benar kesal padanya yang tidak melakukan apa - apa. Dan hanya meluapkan emosinya pada siapapun yang mencari masalah padanya. Bahkan Arsal tidak segan - segan menghajar orang itu, di tempat itu juga, yang menimbulkan keramaian. Gimana perasaan kalian jika kalian mempunyai teman seperti itu? Kesal bukan, bahkan rasa kesalnya ini sampai ubun - ubun.

Ilham bangkit dan berjalan kearahnya. Saat di hadapannya, Ilham berjongkok, sambil menepuk - nepuk bahunya, Ilham berkata."Lo coba buat berpikir, Sal. Jangan pernah lo tenangin pikiran lo karna minuman alkhol lagi. Kita gak pengen lo lama - lama bakal ketagihan, dan bahkan nyakitin diri lo sendiri. Lo udah dewasa, cobalah berpikir panjang. Apapun keputusan lo ke depannya nanti, kita selalu dukung lo."

Arsal bungkam seribu bahasa. Apa yang di katakan Ilham sangat menampar dirinya sendiri. Perkataannya seolah membalik keadaan, tidak seharusnya Arsal seperti ini. Arsal mengaku salah, ia telah menghabiskan waktu berjam - jam di tempat terkutuk itu karna ingin menenangkan pikirannya yang membeludak. Fyi, itu bukannya meringankan pikiran, justru bertambah besar.

Ilham tersenyum simpul. Bagus, perkataannya mampu membuatnya diam dan memikirkannya. Ilham harap, Arsal bisa menyelesaikan masalah ini dengan kepala dingin.

....

Saat membuka pintu, Nissa di kagetkan dengan serangan tiba - tiba. Refa memeluk anaknya dengan sangat erat. Nissa hanya terheran - heran melihat sikap Mamanya ini. Refa mengurai dekapannya dan menghujami kecupan - kecupan di wajah anaknya.

"Ihh! Mama kenapa, sih?" tanya Nissa penasaran sekaligus bingung. Refa mengulum senyumnya, yang terlihat menawan disaat usianya yang ingin masuk 40 tahun.

"Kamu baca proposal ini." serunya menyodorkan beberapa kertas. Nissa mengambilnya, sebelum di baca Nissa melihat Mamanya yang mengangguk sambil tersenyum kearahnya.

Cold Prince ✔Where stories live. Discover now