0 / ∞

1.3K 177 13
                                    

"Gimana ya rasanya hidup dalam kenangan?"

Di dalam ruang kamar, pria berusia 20 tahun yang kini tengah menyuput minuman sontak terpikat oleh ujaran teman dekatnya.

"Kenapa tiba - tiba?"

Kevin, temannya yang kini duduk di kasur putih miliknya, hanya terkekeh. "Ngga, semalem gue nonton film tentang itu."

"Oh,"ㅡmelihat minumannyaㅡ"gue kira kenapa."

Tidak tahu harus membalas apa, Kevin hanya mengangguk pelan.

"Oh ya, lo masih nulis? Kenalan gue kayaknya ada butuh bantuan nih," ucapnya, coba merubah topik.

Lelaki itu menggelengkan kepala. "Yang waktu itu aja ngga kelar, Kev."

"Ah," Kevin kembali mengangguk, "Oke deh."

Tak ada yang bicara. Ia melihat jam pada layar ponselnya.

23:48

"Kev, ngga pulang lo?"

Dengan nada 'tersinggung', Kevin membalas, "Ngusir gue lo?"

Ia hanya tertawa, "Kalau kemaleman nanti ada yang ngejar lo."

"Wahㅡ" Kevin menendang pelan temannya yang tengah berbaring tertawa di lantai kamarnya sendiri. "Yaudah gue pulang, jangan lupa kunci pintu depan."

Ia mengontrol tawanya sebelum berbalik menghadap temannya yang sudah pergi. "Males."

Dengan kembalinya keheningan malam, ia segera merebahkan tubuh ke kasur lalu melihat langit-langit kamar.

Ia menutup matanya. "Film itu ya..."

Terik mentari membangunkan dirinya yang tengah terlelap. Seperti kebanyakkan orang, hal pertama yang ia cari adalah ponselnya.

Biasanya notifikasi akan berisi permintaan untuk menulis naskah drama, cerita pendek dan lainnya yang tentu akan ia tolak.

Bedanya, hari ini tidak ada notif sama sekali.
Melainkan tanggal yang bermasalah.

Sun, 27 May 201X

"Loh, sekarang kan Juni?"

Ia memang bukan tipe yang ambil pusing. Tepatnya sih, menghindari. Langsung saja ia merubah setting tanggal ponselnya.

Ia beranjak menuju pintu depan. Rumahnya biasa saja; Kamar tidur, kamar mandi, dapur, dan ruang tamu. Satu lantai. Merantau.

Sembari memegang tengkuknya, ia membuka pintu depan. Pikir akan melihat hal yang tidak baru baginya; anak kecil berlarian dan pedagang kaki lima.

Pagi ini, termasuk tanggal bermasalah tadi, sudah cukup jadi bukti bahwa memang ada yang salah.

Dimana ini?

Rumah yang sama, namun alam yang berbeda. Kalau sudah begini, dia keluar dari tim menghindari pusing.

Masih terdiam di depan pintunya, entah harus bereaksi seperti apa. Ia merogoh saku celananya.

"Handphone gueㅡ"









"GILAAANG!"









Ia mematung di tempat, perlahan menatap heran sebuah sosok yang menyapa kehadirannya.

Seorang gadis.

"Akhirnya bangun juga!"

Gadis tersebut kini telah berdiri dihadapannya, melambaikan tangan tanpa alasan.

Rambut hitam kecoklatan, mata hitam sayu, dan senyum lebar yang memamerkan lesungnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rambut hitam kecoklatan, mata hitam sayu, dan senyum lebar yang memamerkan lesungnya.

Selama apapun ia coba mengingat, paras gadis ini tidak sekalipun melintasi benaknya. "Maaf, kamu siapa?"

Kini, giliran sang gadis yang menatapnya heran. "Lang? Kamu retrograde amnesia?"

Lang?

"Tunggu, sayaㅡ" belum selesai dengan ucapannya, dengan sigap gadis tersebut mengarahkan kedua telapak tangan Gilang untuk menangkup pipinya.

Gadis itu mendongak dan menatapnya lekat, "Ini aku! Adira!"


0 / ∞
ongoing.

ETERNALAST.Where stories live. Discover now