1 / 6

520 104 14
                                    

Hidup dalam buku itu tidak seindah yang dibayangkan. Berputar dalam waktu, mengulang kembali kejadian yang sama tanpa perubahan apapun.

Kalau kitaㅡkarakterㅡyang mengubah tindakan, karangan sang penulis tentu akan jadi berbeda. Karena ini Adira tetap mengikuti arah putaran yang statis.

Sudah dua tahun, dan Adira hanya mengharapkan satu hal: Penulis merubah Gilang menjadi lebih berani.

Mereka berjalan melewati pantai dimana mereka hanya diselimuti keheningan. Ia tahu pasti Gilang ingin mengutarakan suatu hal, tapi begitulah Gilang yang dia tahu.

(Kasarnya) Pengecut.

"Sebentar lagi kembali ke awal," batin Adira. Ia tidak pernah tidur, tapi ia takkan pernah mengantuk. Realistis saja, dia tidak hidup.

Rasa kesal kepada sang penulis masih menghantui Adira, karena di hari terakhir, Gilang selalu hendak berucap.

Dugaan Adira, sang penulis meninggalkan cerita ini dalam keadaan gantung. Dimana kalimat terakhir yang diketik adalah:

"Dengan kepala yang akan meledak dan rasa takut berlebihan untuk mengucapkan suatu kata sederhana kepada gadis menarik disampingnya, Gilang akhirnya berucap,"

Dan tidak dilanjutkan.

Hingga akhirnya pagi datangㅡAwal cerita.








"GILAAANG!"







Adira berlari menuju Gilang yang entah kenapa terasa berbeda.

Ia terlihat kaget, tapi Adira tetap berada dalam karakter.

"Akhirnya bangun juga!"

Ia kini telah berdiri dihadapan Gilang, melambaikan kedua tangan dengan senyum lebar yang menampilkan lesung pipinya.

Sampai ia sadar bahwa Gilang yang berdiri di depannya sekarang itu benar berbeda.

"Maaf, kamu siapa?"

Adira terkesiap, terpaksa dirinya keluar dari karakter.

"Lang? Kamu retrograde amnesia?"

Jujur, Adira heran. Paras, tinggi, dan suara semuanya tampak seperti Gilang. Tapi itu terkalahkan dengan satu pikiran.

Gilang yang berbeda: Karakter yang berbeda.

"Tunggu, sayaㅡ" belum selesai dengan ucapannya, dengan sigap Adira mengarahkan kedua telapak tangan Gilang untuk menangkup pipinya.

Adira tidak bisa menahan rasa bahagia yang meluap. Ia mendongak dan menatap lekat netra Gilang, "Ini aku! Adira!"





Untuk awal yang baru, tetaplah disini selama mungkin.




♥︎
eternalast
© erranteile, 2018

ETERNALAST.Where stories live. Discover now