Gilang mengamati gambar simpel yang terbentuk di antara jarak duduk mereka. Ingin ia menelaah lebih dalam maksud jawaban Adira, namun ia kembali dengan pertanyaan lain.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Rumahnya runtuh karena apa?"
Netra Adira menemui paras Gilang yang tengah menunggu jawaban. Ia menunduk sejenak, "Intinya sih itu terjadi untuk hal yang lebih baik,"
Adira menengadah, membalas tatapan Gilang dengan sebuah lengkung senyum di bibirnya.
"Karena setelah itu dia bertemu awal yang lebih indah, Lang."
Surai panjang sang gadis yang digerai tersapu oleh angin laut, begitu juga Gilang. Dengan begitu saja, keduanya kembali beradu dengan pikiran masing - masing.
♥︎
Hari telah memasuki senja. Seakan pantai milik sendiri, mereka masih duduk menatap langit gradasi merah dan jingga. Menunggu sang surya menenggelamkan diri.
"Adira," sahut Gilang. "Kamu ingat kita pertama bertemu dimana?"
Adira menatapnya bingung, "Lang, kok jadi baku banget?"
Gilang hanya terkekeh sembari memegang tengkuknya tanpa alasan, "Inget gak?"
Sang gadis tersenyum simpul, "Inget kok,"ㅡmerengkuhkan kakiㅡ"Di pantai ini, waktu aku nyemil es krim."
Adira melanjutkan ceritanya sedetil mungkin. Dia memang suka bercengkerama.
Dan Gilang? Ia hanya tersenyum tenang memperhatikan gadis di hadapannya.