Bab 3 : Arga

5.1K 351 5
                                    

Semenjak kejadian seminggu lalu. Arga masih tidak terima dengan ulah Luna. Nama Luna terus mengusik pikirannya. Sampai habis batas kesabaranya.

Karena kesibukannya akhir-akhir ini. Arga tidak sempat mencari Luna. Mangsa nya! Dia tidak akan melepaskan mangsanya begitu saja. Walau ada Doni sekalipun dipihaknya. Arga tak gentar.

Detik berikutnya Arga menyentuh perlahan bibirnya. Rasa manis yang memabukkan. Bibir manis itu. Milik Luna. Bukan ! Bibir itu harus menjadi miliknya! Tidak ada yang boleh menghalanginya.

"Arga," panggil seorang gadis dengan merdunya. Arga menoleh dan mendapati Kinanti sedang tersenyum ke arahnya.

Setahun ini Kinantilah yang selalu berada di sisinya. Kekasih? Tentu saja bukan. Bagi Arga Kinanti hanyalah gadis penghiburnya. Bukan berarti Arga suka tidur dengannya. Tidak sama sekali. Kinanti terlalu baik untuk itu.

Dia gadis yang lemah lembut. Dia lemah. Dan penyabar. Sekeras apapun Arga padanya Kinanti tak sekalipun berpaling darinya. Itu yang Arga sukai darinya. Pantang menyerah. Arga suka itu.

Tapi kini pikirannya hanya dipenuhi oleh gadis pemberani yang kurang ajar bernama Luna. Tapi bibirnya memabukan bagi Arga. Kalau saja Doni tidak menarik Luna keluar kantin.

Mungkin Luna sudah berakhir di ranjang dengan Arga. Membayangkannya saja jantung Arga tidak karuan. Bagaimana kalau benar hal itu terjadi. Pasti akan sangat memuaskan.

Tanpa sadar Arga terkekeh sendiri. Hingga membuat Kinanti mengerutkan keningnya bingung.

"Arga, kamu baik-baik saja?" Tanya Kinanti cemas. Arga menoleh ke arah Kinanti dan menggamit tangan gadis itu kemudan mencium telapak tangannya. Luna.... gumam Arga.

*****

Sementara itu Luna sedang memasuki ruangan bertuliskan club tinju. Iya Luna memang hobby melakukan tinju entah di rumahnya atau hanya sekedar bermain tinju dengan para teman-teman nongkrongnya.

Ini kali pertama Luna masuk ruang club tinju. Karena hari ini adalah hari dimana para mahasiswa baru harus memilih ekstrakulikuler. Dan pilihan Luna jatuh pada club tinju.

Tita tentu saja dia masuk club tari. Dia sangat suka menari. Baiklah lupakan Tita dan kembali pada Luna.

"Selamat bergabung mahasiswa baru," ucap senior bernama Bagas.

Dia adalah ketua club Tinju. Kalau diliat dari bentuk badanya sekarang yang hanya mengenakan kaos oblong dengan lengan dipotong dengan sengaja.

Terlihat dari cara memotongnya yang amatiran. Tidak mampu menutup otot-otot kuatnya. Hal itulah yang jadi kebanggaan Bagas.

Luna melihat sekeliling. Lumayan untuk area kampus. Tempat tinju ini memiliki ring tinju yang lumayan besar. Ada sarung tinju yang berserakan di atas sana.

Rasanya sangat menggoda Luna untuk mengenakannya dan mencobanya. Bagas yang melihat itu pun langsung tersenyum. Dia tau arti tatapan itu. Karena dia dulu pun seperti itu ketika pertama kali menginjakkan kakinya di ruang tinju. Bagas menghampiri Luna dan menepuk bahunya sebentar. Yang membuat terkejut Luna sesaat. Bagas tersenyum.

Dia memainkan alisnya mengarah pada ring tinju. Dan langsung dimengerti oleh Luna.

"Boleh?" Tanya Luna. Bagas menatap lekat ke arah Luna. " tentu saja. Tapi lawanmu adalah aku," ucap Bagas. Seketika membuat yang lain diam membeku. Bagaimana mungkin ketua mereka menantang junior baru mereka. Seorang gadis pula!

Seorang laki- laki yang dari tadi diam kini menghampiri Bagas. Laki-laki itu juga salah satu senior tinju. Badanya tidak begitu tinggi mungkin hanya beda 2 sampai 3 cm dari Luna.
Tapi otot tubuhnya seakan memberi peringatan untuk tidak coba-coba dengannya.

Dia menarik bagas menjauh dari Luna dan berbisik di sana. Luna hanya mengerutkan dahinya sejenak. Pun dengan anggota yang lainnya.

"Tenang saja Romi. Aku tidak seceroboh itu. Aku tahu tatapan anak itu. Jangan remehkan dia, Rom," Ucap Bagas. Kini Luna paham laki-laki bernama Romi ini berusaha menghentikan aksi Bagas yang akan bertanding dengannya.

Luna menatap ke arah Romi sejenak. Dan Romi pun sedang menatap ke arahnya. Seakan belum sepenuhnya percaya perkataan Bagas barusan.
"Kita buktikan," ucap Bagas yang langsung berjalan ke arah ring tinju dan melemparkan sarung tinju kepada Luna. Yang dengan sukses Luna tangkap tanpa susah payah. Bagas tersenyum senang dengan reflek Luna.

Mereka pun bersiap di atas ring. Yang tanpa mereka sadari sedari tadi. Ada mata yang tak berkedip menatap mereka dari kejauahan. Kemudian menyeringai bagai serigala berbulu domba.

OBSESI LUNA (Tamat)Where stories live. Discover now