Doni yang kecewa, Doni yang marah, Doni yang ingin mengamuk. Berjalan tak tentu arah. Entah kenapa hatinya terasa remuk redam. Hanya karena melihat Luna dipeluk oleh Arga.
Kenapa dia harus marah? Kenapa dia benci melihat hal itu. Dengan alasan apa Doni harus benci melihat kedekatan Luna dan Arga. Doni kembali menoleh ke arah pintu club tinju yang sudah jauh dari tempatnya berdiri. Dia kembali mendengus. Tapi seketika berbalik ketika melihat Arga menggendong Luna dengan panik.
Doni mengerutkan keningnya bingung. Apa yang terjadi? Gumamnya. Tanpa aba-aba Doni pun mengikuti Arga yang menggendong Luna ke arah kesehatan kampus. Dia diam ketika berada di depan pintu UKS. Tak berani masuk. Tak berani bertanya.
Diam mematung ditempatnya. Hanya pikirannya yang berkelana mencari tahu ada apa sebenarnya. Bukankah tadi dia lihat Luna sedang berpelukan dengan Arga? Kenapa sekarang Luna malah sakit? Apa yang terjadi sebenarnya?
Lama Doni berdiam diri. Hingga dia tak kuasa menahan diri lagi untuk mengetahui kondisi Luna. Doni pun membuka pintu UKS dan tersentak di sana! Diam! Kaku!
"Doni!!" Pekik LunaMata Doni merah... ya, merah menahan amarah. Dia sendiri bingung kenapa dia marah. Tapi pemandangan di depannya sanggup membuat dia marah sekaligus jijik. Dia menatap Luna dengan tajam kemudian mendengus kesal dan keluar dari ruangan tanpa memperdulikan panggilan Luna. Panggilan yang memekakkan telinganya. Tak dihiraukannya lagi Luna yang bersusah payah untuk mencegahnya. Sampai Luna jatuh dari ranjang. Tapi semua terlambat karena Doni sudah tak lagi di hadapannya. Dia sudah pergi. Mungkin untuk selamanya. Bodoh nya dia !
Arga yang tersadar Luna jatuh langsung berusaha membangunkan Luna. Tapi langsung ditepis olehnya. Luna marah. Ya, Luna marah pada Arga yang selalu mencari kesempatan untuk bisa mencium Luna. Bodohnya Luna yang selalu tak bisa bergerak ketika dicium oleh laki-laki brengsek ini.
Luna berusaha untuk berdiri tapi selalu saja gagal. Dia begitu lemah. Perutnya terasa semakin sakit. Arga yang berusaha menolongnya selalu ditepisnya. Luna muak. Muak dengan Arga. Dia ke kampus ini bukan untuk dicium Arga. Dia ke sini untuk mendapatkan hati Doni. Setidaknya tatapan Doni. Tapi Arga merusak semua rencananya. Entah Doni masih mau menatapnya lagi atau malah akan semakin menjauh karena jijik dengannya.
Tanpa sadar Luna menangis. Menangis dengan sesak! Sangat sesak dadanya hingga sulit untuk bernafas. Dia masih saja di bawah ranjang karena tak sanggup untuk berdiri. Badanya bergetar hebat. Dia bodoh... bodoh... bodoh. Luna merutuki diri nya sendiri. Sia-siakah selama ini. Sia-siakah semua yang dilakukanya. Tak bisakah ia membuat Doni berpaling padanya? Sebegitu burukkah dia di mata Doni.
"Aaaaaaaa.....!!" Teriak Luna. Keras. Sangat keras!
Arga mematung.
Cintahkah Luna pada Doni? Gumam Arga. Sedalam itukah cintanya pada Doni? Sampai Luna harus terpuruk kian dalam. Sebodoh itukah Doni? Yang berani mengabaikan rasa cinta Luna yang begitu dalam.
Entah kenapa Arga tersulut emosi. Dia tak tahan melihat Luna dalam kondisi seperti ini. Rasanya menyesakkan. Dia lebih suka melihat Luna yang tegas. Luna yang berani membentaknya. Luna yang kuat di atas ring tinju. Tapi tidak dengan Luna yang sekarang. Luna yang lemah. Luna yang penuh air mata.
Seketika Arga tersadar dia langsung mengangkat tubuh lemas Luna ke atas ranjang. Membiarkannya di sana dengan isak tangisnya. Arga pun pergi. Pergi meninggalkan Luna sendiri. Sendiri dengan tangisannya. Sendiri dengan penyesalannya. Sendiri dengan kebodohannya.
*****
Cukup lama bagi Arga untuk menemukan Doni. Dia sangat ingin mencincang tubuh Doni. Sialan! Umpat Arga. Dia begitu merana melihat Luna yang menangis hebat. Dan itu semua karena Doni. Si sombong yang sok pintar. Merasa dirinya yang paling benar. Selalu mencampuri urusannya. Tapi lihat, dia sendiri telah menghancurkan hati seorang gadis. Menghancurkannya berkeping-keping.
Doni duduk manis dikantin. Dengan segelas es jeruk dan sepiring nasi padang di hadapannya. Yang dengan enggan masuk ke dalam mulutnya sesuap demi sesuap. Entahlah rasanya sangat hambar. Tak ada rasa nikmat di mulutnya. Justru terkesan pahit di lidahnya. Ketika hendak mengambil gelas minumnya. Dia tersentak. Karena gelas itu lebih dulu diambil oleh Arga. Hah... Doni mengeha nafas. Dia tahu Arga pasti mengejarnya.
Doni melihat Arga meminum es jeruknya dengan sekali teguk. Dia menaruh gelas itu dengan kasar tepat di depan wajah Doni. Doni diam tak bergeming. Sebenarnya Doni ingin marah. Tapi ia ingin melupakan itu. Dia berusaha untuk tetap tenang. Seperti Doni yang biasanya.
Arga masih menatapnya dengan tajam. Beberapa menit tak ada percakapan sama sekali. Hening. Doni mulai melirik ke arah Arga. Doni pun hendak beranjak dari duduknya. Tapi langsung ditahan oleh Arga.
"Lepas," pinta Doni, datar.
"Hm.... " dengus Arga meremehkan.
Doni kembali duduk. Dan menatap Arga malas. "Ada perlu apa?" Tanya Doni malas.
Kini Arga melepaskan lengan Doni dan ikut kembali duduk. Sekilas Doni melihat bibir Arga. Dan langsung mengepalkan tangannya tanpa sepengetahuan Arga. Dia jijik dengan bibir itu. Tapi Doni tetap berusaha tenang."Ada hubungan apa kamu dengan Luna?" Pertanyaan Arga langsung membuat Doni tersentak. Justru Donilah yang ingin bertanya seperti itu. Hubungan macam apa yang mereka punya hingga Doni harus melihat mereka berciuman 2 kali.
"Bukan urusan mu!" Desis Doni yang langsung beranjak pergi tanpa memperdulikan Arga lagi.
BUUGH !!
Telak !
Pipi Doni memanas. Bibirnya seketika mengeluarkan darah segar. Hm... tersenyum miring Doni melihat dia tiba-tiba di pukul tepat di pipinya. Matanya merah. Bengis!
BUUGH !!
Kini giliran Arga yang terhuyung. Dia bertahan pada meja di belakangnya. Menatap bengis pada Doni. Ditunjukkan juga sifat aslinya. Gumam Arga sinis.
Kantin sudah mulai ramai. Menyaksikan dua laki-laki tampan idola kampus berkelahi. Ada yang bersorak meneriaki nama Doni dan ada juga Arga.
Tapi mereka berdua tak peduli. Mereka mulai benar-benar berkelahi, memukul satu sama lain. Mereka benar-benar sama kuat!
Tak ada yang bisa menghentikan mereka. Lebih tepatnya tak ada yang berani.
Doni dan Arga sudah babak belur tapi tak ada satupun yang mau mengalah. Mereka terus saja memukul. Menendang. Mengunci dan sebagainya.
Perkelahian ini sangat sengit.
Sampai akhirnya ada berani melerai mereka. Gadis itu berlari ke arah mereka berdua. Menatap bengis ke arah Doni. Setelah Doni tak lagi memukul Arga. Gadis itu memeluk Arga dan menangis.
"Kamu baik-baik saja?" Tanya gadis itu.
"Kinanti?"
"Iya ini aku, kamu kenapa berkelahi?" Tanyanya khawatir. Arga tak menjawabnya. Justru menatap Doni benci.Doni yang melihat Arga dipeluk oleh Kinanti, melangkahkan kakinya pergi tanpa menoleh ke arah Arga sama sekali.
Cukup untuk hari. Hari yang membuat Doni muak.
Muak pada dirinya. Muak pada Luna. Dan muak pada Arga!!

ESTÁS LEYENDO
OBSESI LUNA (Tamat)
RomanceTersedia di playstore dan KBM 18+ Luna Tamarin Agnesia, gadis manis nan tomboy yang selalu terobsesi pada seniornya Doni Ginanjar Pamungkas. Cinta atau obsesinya dimulai ketika dia duduk dikelas 1 SMP ! Akankah Doni mau berpaling dan menyambut obses...