Balada Akhir Pekan

20.8K 853 9
                                    

Badan dan pikiran gue rasanya segar banget setelah olahraga kemarin sore. Apalagi di ruang sauna itu dengan baik hati Ibnu mau massage badan gue sekaligus memijiti otot gue yang cedera tadi meskipun waktu, tempat dan suasananya kurang tepat. Tapi gak apa-apalah, hitung-hitung pijat gratisan. Kini gue siap untuk berangkat ke Tangerang untuk bertemu my honey bunny sweety yang gue sayangi itu.

Setelah pamit dengan nyokap dan bokap tiri gue, sementara Felix gak tau pergi kemana, gue pun melaju dengan mobil SUV gue keluar dari rumah dan menuju jalanan Bandung yang gak beda jauh macet dan ruwetnya dengan jalanan Jakarta.

Setelah melewati jembatan Pasopati mobil gue arahkan menuju pintu tol Pasteur dan gue melaju menyusuri jalanan panjang yang menghubungkan antara Bandung dan Jakarta itu.

Gue kini tampil sangat stylish, karena gue gak mau keliatan jelek di depan Cynthia kali ini. Udah lumayan lama gue gak ketemu Cynthia. Sekitar dua mingguan dan rasa kangen itu membuncah kuat di dada gue.

Duduk lama di mobil bikin gue pegal. Gue memutuskan untuk istirahat dulu di rest area sebelum gue melanjutkan perjalanan kembali. Seperti yang gue duga, mendekati daerah Karawang, Cikarang dan Bekasi, mobil gue melambat karena banyaknya volume mobil yang menumpuk di tol ini. Gak heran sih, setiap akhir pekan pasti jalan tol yang tujuan awalnya dibuat untuk mempercepat waktu tempuh malah jadi berfungsi sebaliknya.

Sambil nyantai di balik kemudi mobil, gue mengamati mobil sekeliling gue, siapa tau ada mobil yang gue kenal. Dan ternyata betul, gue mendapati mobil yang mirip dengan mobil kepunyaan Felix. Ditandai dengan beberapa stiker di belakang mobil dan nomor polisi yang agak familiar buat gue, gue yakin ini mobil Felix, tapi mau kemana dia ya.

Gue berusaha mensejajarkan mobil gue dan Felix. Karena kaca film yang dipakai Felix agak bening, gue jadi bisa tau kondisi di dalam mobil, termasuk siapa aja di dalam mobil. Dan sejauh penglihatan gue cuma ada dua orang yang kini duduk di kursi bagian depan. Felix dan seorang cowok, mungkin temannya.

Gue agak merasa janggal karena posisi duduk cowok itu sangat dekat bahkan cenderung bersender di pundak Felix yang sedang menyetir. Tapi karena posisi mobil gue yang berjarak cukup jauh, gue jadi gak bisa lihat jelas apalagi buka kaca dan menyapa mereka. Jadi gue berusaha gak mengacuhkan dan konsentrasi mengemudi.

Tapi kemacetan ini bener-bener gak manusiawi. Gue janji sampai ke rumah Cynthia jam lima, tapi sekarang udah jam setengah lima. Gak akan keburu sampai ke Tangerang tepat waktu.

Akhirnya kemacetan ini mereda, gue bisa memacu kendaraan gue kembali dengan kencang sembari berharap Cynthia gak marah karena gue terlambat banget kali ini. Sekarang jam menunjukkan angka setengah 7 ketika gue sampai di depan pintu tol BSD. Butuh waktu setengah jam lagi untuk sampai ke rumah Cynthia. Gue udah pasrah untuk dimaki abis-abisan oleh Cynthia.

Sampai di rumahnya, tepat pukul tujuh malam dan kelihatannya orangtua Cynthia sudah sampai rumah. Damn! kutuk gue dalam hati, gue gak bisa have fun dengan leluasa nih karena mereka udah pulang. Jadilah gue dengan kaku bertemu Cynthia yang sekarang sedang memasang wajah kesal bercampur marah tapi kangen ke gue.

"Kamu kemana aja sih, janjinya jam lima tapi ini udah jam tujuh. Kamu tau gak arti 2 jam telat itu apa?" kesal Cynthia membludak.

"Iya maaf, Sayang. Tadi tol macet banget, jadi telat sampai ke sini. Aku juga gak sangka macetnya bisa separah itu, maaf ya!" Jawab gue memelas ke Cynthia.

"Udahlah, alesan aja. Emang cowok susah dipercaya. Udah aku mau istirahat, capek ngomong sama kamu!" bentak Cynthia.

"Yah, kok gitu sih. Aku kan udah capek-capek dateng ke sini. Masa kamu udah mau tidur, ngobrol sebentar dulu deh," jawab gue memasang muka memelas.

Step-BrotherWo Geschichten leben. Entdecke jetzt