Lima tahun kemudian,
Nadia menyandarkan tubuhnya ke sofa demi meregangkan otot-ototnya yang lelah karena mengurusi pekerjaan rumah. Ditambah lagi emosinya yang hampir meledak akibat ulah kedua anak kembarnya yang sangat menguji kesabaran. Yap, sejak beberapa tahun lalu mereka tinggal di sebuah rumah kecil yang cukup nyaman. Alasan utamanya adalah untuk kenyamanan si kembar.
Setelah kejadian itu Nadia memang memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga dibandingkan bekerja di kantor. Sementara Arvin berhenti dari kantornya yang lama dan membantu Nadia untuk mengurusi kantor milik Nadia. Sesekali Nadia masih sering datang ke kantor meski tujuannya bukan untuk bekerja melainkan membawakan makan siang untuk Arvin.
Kehidupan keluarga kecil mereka sangat bahagia dan berwarna. Meski terkadang ada juga pertengkaran kecil diantara mereka. Namun semuanya bisa teratasi dengan baik. Toh, pertengkaran itulah yang menguatkan hubungan mereka.
Kini kedua anak kembar mereka, Ansel dan Neona, juga tumbuh sehat dan tak kurang satu apapun. Mereka lucu, pintar dan juga kritis walau terkadang kenakalan mereka membuat emosi Ayah dan Bundanya hampir meledak. Tapi tak apa, mereka memakluminya karena dengan begitu berarti perkembangan kedua anaknya berjalan dengan baik.
Mita dan Wicky?. Mereka akhirnya memutuskan menikah tiga tahun lalu setelah berjuang mendapat restu orang tua Mita selama dua tahun lamanya. Sekarang mereka juga telah di karuniai seorang putri berusia dua tahun yang bernama Elena.
Kami berempat sering sekali berkumpul bersama karena memang jarak rumah yang berdekatan. Mungkin lebih tepatnya kami dan rombongan sirkus kami. Dan ya, persahabatan kami ternyata menurun ke anak-anak kami meskipun beda usia mereka cukup jauh tapi mereka sering sekali bermain bersama.
"Hey, kenapa senyum sendirian?" Arvin menepuk bahu Nadia dari belakang. "Kamu lagi mikirin suami kamu yang ganteng ini ya,"
Nadia menaikan sebelah alisnya. "What?"
"Iya, kamu lagi mikirin aku makanya senyum-senyum sendiri gitu. Hayo, ngaku aja." goda Arvin sambil menaik-turunkan alisnya.
"Aku cuma lagi ingat aja sama kejadian lima tahun yang lalu. Kayaknya kok cepat banget ya berlalu." Nadia tersenyum sambil menyandarkan kepalanya di dada Arvin.
"Kamu jangan ingat masa lalu terus. Aku gak suka kalau kamu terus ingat sama kejadian yang gak enak." Arvin mengubah raut wajahnya.
Nadia mengangkat dagunya. "Aku bukan ingat kejadian yang buruk."
"Lalu?" Arvin mengernyitkan keningnya. "Apa yang kamu pikirkan?"
"Aku lagi ingat aja sama pertemuan pertama kita di parkiran waktu itu, waktu kamu masih bersikap baik ke aku. Dan akhirnya berujung aku minta di nikahin sama kamu." Nadia kembali tertawa kecil. Ya, mana mungkin Arvin melupakan masa konyol itu. Di saat Nadia memaksanya untuk menikah hanya untuk memiliki anak lalu setelahnya mereka akan berpisah. Tapi semuanya kini telah berlalu.
"Aku gak akan lupa sama stupid mission kamu yang akhirnya membawa kita sampai hari ini." Arvin mencium kening Nadia.
"Berarti gak stupid mission dong. Kan kamu akhirnya kecintaan sama aku sampai sekarang." goda Nadia lagi. Sementara Arvin malah mengelitiki pinggang Nadia hingga ia kegelian.
"Stop!" Nadia menahan tangan Arvin yang akan mendekat ke pinggangnya lagi.
"Gak mau, Bunda. Aku mau kelitikin kamu sampai kamu nyerah dan ngaku kalau kamu yang kecintaan sama aku."
"Tapi jangan begini dong. Kalau kita berisik nanti anak-anak bangun lagi. Aku capek seharian ngurusin mereka berdua yang kelakuannya luar biasa menakjubkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
STUPID MISSION
RomanceNadia, seorang gadis berusia 25 tahun yang mempunyai karir sukses. Ia juga cantik, baik dan banyak lelaki yang jatuh hati padanya. Namun hanya satu lelaki yang berhasil menarik perhatiannya. Dialah Arvin, seorang lelaki biasa berusia 28 tahun yang b...