35. The Day (Appa?)

2.1K 237 38
                                    

Jiyeon menangis dalam diam, air matanya berlomba keluar dari matanya. Sekuat tenaga Jiyeon mencoba tidak menangis, namun ia tak bisa, luka itu kembali terbuka lebar dihatinya.

Dirinya merasa ciut berdiri didepan sang ayah. Ayah? Pantaskah ia menyebutnya sebagai ayah setelah apa yang pria itu lakukan terhadapnya dan sang kakak.

“Jiyeonnie.. putriku” ujar Tuan Park lagi, kini pria itu bergerak mendekati putrinya yang terduduk dilantai tak jauh dari tempatnya berada.

“Jangan mendekat.. jangan berani-beraninya anda menyentuh saya dengan tangan kotor anda itu” ujar Jiyeon lemah, mencoba mencegah sang ayah bergerak lebih dekat.

“Jiyeonnie.. uri gongju.. maafkan Appa nak, maafkan perbuatan appa selama ini. Appa benar-benar menyesal, setiap malam appa selalu menangis memikirkan setiap dosa appa” Tuan Park berkata lirih setelah melihat penolakan dari putrinya itu.

“Appa.. anda menyebut diri anda appa? Apakah anda tidak malu pada diri anda sendiri dengan menyebut diri anda sebagai appa dihadapan saya?”

“Jiyeonnie.. maafkan appa nak, apa yang harus appa lakukan agar kau memaafkan appa nak? Apakah appa harus bersujud di kaki mu?”

“Pergi.. pergi dari sini dan jangan pernah menemuiku” jerit Jiyeon frustasi menahan rasa sesak didadanya, bahkan kini pandangannya mengabur bukan karena faktor air mata tapi karena rasa sesak yang menjalar dihatinya. Mungkin saja sebentar lagi wanita itu akan pingsan.

Krystal yang mendengar jeritan Jiyeon hanya bisa memejamkan matanya dengan bibir bawah yang ia gigit ketat. Wanita itu merasa sangat bersalah pada Jiyeon.

Diambang pintu, Joy yang melihat semuanya juga tak kalah terkejut. Wanita itu bahkan nyaris terhuyung kebelakang jika saja Bakhyun tak segera memegang pundak itu.

“Tidakkah anda merasa beruntung saat anda tidak dijebloskan ke dalam penjara karena sudah membunuh eommaku? Seharusnya anda malu mendatangi saya seperti ini. Seorang pembunuh seperti anda..”

“PARK JIYEON” teriakan Haraboji Park menghentikan perkataan Jiyeon. Pria tua itu berjalan sedikit tergesa medekati cucu wanita satu-satunya. Diusapnya wajah yang kini sudah berlinang air mata.

“Kau tidak boleh berkata seperti itu pada appamu ji..” lanjut pria itu lagi.

“Kakek..” Jiyeon tergugu mendengar jawaban Haraboji Park. Ia tidak menyangka sama sekali bila sang kakek malah membela appanya.

“Sudah cukup hukuman yang appamu terima selama ini. Kakek sendiri yang melarang appamu untuk menemui kalian. Kakek sendiri yang menghukum appamu. Sekarang saatnya appamu untuk menebus segala kesalahannya. Itulah mengapa kakek mengundang appamu kemari. Karena bukan kakek atau oppamu yang berhak mengantarkanmu ke altar sementara appamu sendiri masih hidup” lanjut Haraboji Park.

Krystal yang mendengar perkataan Haraboji Park terbealak seketika, selama ini ia mati-matian menutupi keadaan Jiyeon dari lelaki itu tapi kini Haraboji Park dengan gampangnya menghadirkan sesosok pria yang kehadirannya belum tentu diharapkan oleh cucunya sendiri.

“Tidak.. Jiyeon tidak sudi jika pria ini yang..”

“Jiyeon.. ingat pesan kakek selama ini bukan? Kakek tidak pernah mengajarkanmu dendam pada orang lain, apalagi ini appamu, orang tua kandungmu Ji..” Haraboji Park masih berusaha memberikan pengertian bagi Jiyeon agar mengerti, ia sekaligus ingin mengulur waktu agar orang-orang diluar sana dapat menangkap Suho dan Nancy dengan rencana jahat mereka.

“Apakah kakek melakukan ini semua karena dia adalah anakmu?”

“Jiyeon sayang dengarkan kakek.. kakek hanya tidak ingin kau menyesal, bagaimanapun juga kalian semua sudah sama-sama menderita satu sama lain, sekarang kalian berhak hidup bahagia bersama. Appamu sudah berubah Ji.. kakek dapat pastikan itu” Jiyeon menarik nafas dalam mendengar jawaban sang kakek. Wanita itu kemudian tersenyum sinis dan memandang appanya dengan pandangan meremehkan.

BABYWhere stories live. Discover now