Namamu

9.4K 58 1
                                    

Berharap kamu melihatku dan menyadari keberadaanku. Mungkin ini kata yang tepat untukku.
Kenalkan aku Riyand. Aku memiliki dua orang sahabat yaitu Deane dan Alfian.

"Riyand kemarilah, Deane mencarimu" teriak ibu dari teras.

Aku pun buru-buru keluar sebelum ibu memanggil untuk yang kedua kalinya.

"Tumben kamu datang sepagi ini?" Kataku pada Deane setelah ibu masuk ke dapur.

"Ke lapangan yuk main sama anak-anak" ajak Deane.

"Gak ah..." jawabku.

"Ayo lah Alfian sudah menunggu" ujar Deane sambil menarikku keluar.

"Tante aku sama Iand ke lapangan" teriak Deane pada ibuku saat dia telah berhasil menarikku keluar dari rumah.

Dengan langkah gontai aku berjalan mengikuti langkah Deane menuju lapangan. Saat tiba di lapangan Alfian langsung melemparku dengan bola basket. Tiba-tiba aku begitu bersemangat untuk bermain.

Saat hendak memasuki lapangan Deane menantang kami dengan taruhan bahwa yang kalah harus mentraktir yang menang. Alfian pun setuju tapi aku menolak dengan alasan tidak ingin taruhan. Sebenarnya sih aku sudah tahu yang bakal menang adalah Deane sebab kemampuannya bermain basket jauh di atas kemampuanku dan Alfian.
Namun aku tidak dapat mengelak dan akhirnya harus mentraktir Deane dan Alfian.

Setelah makan kami pun kembali ke rumah masing-masing karena rumahku berlawanan arah dengan mereka jadi aku pulang sendiri sementara Deane dan Alfian pulang barengan.

Keesokan paginya Deane minta di temani ke toko buku namun aku menolak karena terlanjur janji untuk mengantar ibu ke pasar.

"Minta temani Alfian dulu Ann" kataku pada Deane.

"Ya sudah tapi besok kamu ke rumah ya" kata Deane.

"Baiklah tapi aku tidak janji" jawabku.

"Baiklah" kata Deane sambil berlalu.

Pagi-pagi sekali handphoneku berdering dengan mata yang terpejam aku mengangkatnya.

"Halo Iand kamu di mana, jadi kerumah tidak?" Teriak Deane di sebarang telepon.

"Aku masih ngantuk Ann" jawabku.

"Tut... tut..." telepon pun mati tiba-tiba.

Aku pun segera melanjutkan tidur.

Tiga hari telah berlalu. Semenjak kejadian itu Deane tidak pernah berkunjung maupun memberi kabar, bahkan nomor teleponnya pun tidak aktif. Aku memutuskan untuk menghampiri Deane di rumahnya. Namun kata orang rumah dia sedang berlibur ke pantai.

"Pantas saja handphonenya tidak aktif mungkin kelelep kali di laut" gumamku.

Sorenya telfon rumah berdering aku pun segera mengangkatnya. Terdengar suara Deane dari sebrang telepon.
Dia kemudian menceritakan kalau sedang liburan bersama Alfian dan sepupunya Yana. Mereka meninggalkanku karena lebih memilih untuk tidur.
Agak menyesal sih tidak bisa bertemu dengan Yana. Mau bagaimana lagi nasi telah jadi bubur.

Menjelang malam aku menelpon Yana untuk mengajaknya bersama Deane ke basar. Namun Deane sudah punya janji dengan Alfian akhirnya aku hanya jalan sendiri. Membosankan rasanya tidak bisa jalan bareng teman-teman. Kelihatan banget jomblonya.

Saat kembali ke rumah semua orang telah menungguku mereka menangis menatapku iba. Aku bertanya apa yang terjadi. Mereka hanya diam membisu.
Perasaan ku mulai tidak enak kupandangi mereka satu persatu namun tak seorang pun yana hilang atau berkurang anggota tubuhnya. Lalu apa yang sebenarnya terjadi pikirku.

Tak lama kemudian Alfian datang bersama Yana. Aku semakin bingung bukannya Alfian sedang jalan dengan Deane kanapa malah muncul dengan Yana.

"Alfian kok kamu sama Yana bukannya tadi kamu jalan sama Deane? " tanyaku heran.

"Deane lagi sekarat di dalam" jawabnya.

Apa ini kenapa Deane sekarat dalam rumahku lalu dimana orang tuanya. Aku semakin bingung dengan kejadian yana tak seorang pun mau menjelaskannya padaku.
Kuputuskan untuk masuk ke dalam rumah memastikan apa yang sebenarnya terjadi. Saat melangkah masuk ruangan begitu gelap hanya dua batang lilin yang menyala.

Samar-samar kuliahat lilin itu membentuk angka 20. Deane melangkah menghampiriku membawa sebuah kue tart. Terjawab sudah semua pertanyaan yang sedari tadi berkeliling di kepalaku.
Orang-orang yana di luar pun masuk dan bernyanyi.

"Selamat ulang tahun... selamat ulang tahun....
selamat ulang tahun....
selamat ulang tahun....
Semoga panjang umur, sehat serta mulai.
Potong kuenya... Potong kuenya... Potong kuenya sekarang juga".

Ternyata mereka mempersiapkan sebuah kejutan yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Ini sebuah kejutan yang benar-benar tidak dapat aku lupakan.

"Selamat ulang tahun Riyand semoga panjang umur. Ini semua ide Deane jadi jangan marah sama kami" ujar Yana.

Aku hanya mampu tersenyum lebar di hadapan Yana. Lidahku kelu tak mampu mengucapkan kalimat yang ada dalam pikiranku. Kejutan ini benar-benar berkesan bagiku. Kami pun menikmati makanan yang telah di sediakan.
Malam itu berlalu begitu cepat tergantikan dengan pagi yang cerah.

Aku menuju kerumah Deane untuk mengucapkan terima kasih namun di tidak ada jadi kuputuskan ke lapangan untuk bermain basket. Cukup lama aku bermain sendiri sampai Alfian dan Deane tiba.

"Ian tadi kamu ke rumah, sorry ya aku nganter Yana ke bandara gak sempat ngabarin soalnya dia pulangnya mendadak" kata Deane.

"Yah kenapa tidak bilang sih kan Aku bisa nyusul" kataku.

"Sudah lewat kamu kan bisa telepon dia. Mendingan kita ke rumah Alfi" ajak Deane.

Aku pun ikut bersama mereka saat tiba di rumah Alfian. Keluarganya tengah berberes sepertinya hendak pergi lama.

"Iand, Deane. Meskipun kita tidak bisa bermain bersama lagi aku harap kalian tetap menjadi teman baikku" ujar Alfian tiba-tiba.

"Apa maksud kamu? " tanyaku.

"Hari ini aku dan keluargaku akan pindah ke jakarta" jawabnya.

Hari itupun aku bersama Deane mengantarnya ke bandara.

Satu tahun telah berlalu setelah pindahnya Alfian. Deane datang ke rumah mengajakku bermain basket. Belum berapa menit bermain hujan mulai turun aku pun segera berteduh sementara Deane tetap bermain sendiri.

Terlihat ia sedang melampiaskan kekesalannya. Ada sebuah kemarahan yang tergambar saat ia melempar bola. Caranya mendribble bola tidak seperti biasanya. Bahkan caranya lay up sangat buruk dari seorang amatir yang pernah aku lihat.

Sudah 30 menit ia bermain dalam derasnya hujan aku mulai cemas dan menghampirinya.

"Kamu kenapa?, ayo berteduh" kataku.

"Iand kenapa Alfian tidak pernah lagi menghubungiku?" Tanyanya lirih.

"Memangnya kenapa apa kamu pacaran dengannya. Bukannya pacaran itu mendekatkan kita kepada perzinahan yang merupakan seburuk-buruknya perbuatan dosa" kataku.

"Bukannya aku pacaran Iand hanya saja dulu dia sangat perhatian padaku" katanya.

"Doakan saja jika dia jodohmu maka kamu akan di persatukan dengannya" kataku.

"Jika tidak?" Tanyanya.

"Maka kamu akan di pertemukan dengan dia yang selalu menyebut namamu dalam doanya" jawabku.

"Dan orang yang selalu menyebut namamu dalam doanya adalah aku" ujarku dalam hati.

Yah itulah aku yang selalu meminjam namamu untuk kuceritakan pada Dia sang pemilik cinta (Allah), bahwa aku sangat mencintai dan menyayangimu.

Tamat...

Di chapter selanjutnya akan bercerita tentang kisah yang berbeda, kisah ini menceritakan tentang seseorang anak perempuan desa yang mencintai anak kota yang kebetulan pernah tinggal di rumahnya. Terjadi tragedi demi tragedi menimpa anak perempuan itu semenjak mengenal anak tersebut.

Mau tau kisah selengkapnya silahkan baca di chapter berikut...

Kumpulan Cerita SingkatWhere stories live. Discover now