Mengejar Mimpi

5.6K 93 4
                                    

Ini bukan berkisah tentang Aladin yang kaya raya dan bahagia bersama dengan Yasmine dan Jin nya yang baik hati. Tapi kisah ini tentang perjuangan seorang anak manusia yang membuktikan bahwa sukses butuh usaha dan kerja keras, bukan sekedar mimpi.
*****

Berbaring lemah tak berdaya bukan kemauannya. Tapi takdir berkata lain. Kamu bisa memilih takdir. Tapi tidak dengannya. Alfian seorang pria remaja yang baru saja lulus dari bangku SMA.

Tidak seperti remaja kebanyakan. Alfian tidak dapat menikmati masa SMAnya seperti remaja kebanyakan. Ia di tuntut bekerja keras hingga tak punya waktu untuk beristirahat barang sejenak.

Sejak kecil Alfian selalu jauh dari orang tuanya. Hanya nenek dan orang lain lah yang selalu mengasuhnya. Sedih tak pernah tergambar dalam wajahnya. Semua itu di tutupinya dengan canda tawa dan tingkah konyolnya.

Keluarganya menyayanginya. Namun tak memanjakannya. Ia menafsirkan berbeda ketidak perhatain keluarganya sehingga membentuknya menjadi pribadi yang keras hati namun mandiri. Bukan hanya keras hati. Ia bahkan sangat keras kepala. Ia menganggap warna takkan pernah singgah dalam hidupnya. Karena ia selalu membagi warna pada orang lain. Bukan berarti dia penjual cat.

Sejak kecil Alfian bersekolah di tanah kelahirannya. Ia memiliki cukup banyak teman kala itu karena ia memang mudah beradaptasi bak bunglon. Namun semua menghilang tanpa kabar. Seolah mereka tidak pernah mengenal sebelumnya.
Semenjak orang tuanya memutuskan untuk menyerahkannya pada sepasang suami-istri yang telah lama menikah namun tak kunjung dianugrahi keturunan.

Alfian beruntung karena memiliki ayah angkat yang sayang padanya. Namun itu tidak bertahan lama setelah kelahiran adik angkatnya yang menyita seluruh kasih sayang milik orang tua yang memang bukan orang tua kandungnya itu. Semenjak saat itu ia dikirim untuk menuntut ilmu dikota yang sangat jauh bahkan sangat jauh hingga kehilangan kontak dengan orang tua kandung maupun orang tua angkatnya.

Dari sinilah ia harus berjuang seorang diri memenuhi kebutuhan hidupnya, beruntung biyaya sekolah serta kuliahnya telah terbayar lunas namun ia tidak memiliki waktu untuk itu. Percuma dia berpendidikan tinggi jika tidak memiliki biyaya bahkan untuk makan sehari saja.

Pacaran tidak ada dalam kamusnya. Jangankan pacaran, untuk sekedar bertemu lawan jenis saja ia enggan karena tidak memiliki uang untuk sekedar mentraktir mereka. Dirinya sendiri saja masih untung jika bisa makan malam dengan sesuap nasi. 3 tahun ia lalui masa SMAnya dengan penuh tekanan.

Setelah lulus dari bangku SMA ia manapaki bangku perkuliahan di kota yang berbeda.
Seolah lapas dari mulut buaya ia kembali di terkaman oleh seekor harimau ganas. Untuk kesekian kalinya ia harus berjuang mencari nafkah menghidupi dirinya, beruntung tempat tinggalnya lebih buruk dari pada sebelumnya.

Rumah kecil tanpa kamar dengan wc dan dapur bersebelahan yang hanya berdinding triplek lapuk dan juga atap yang hampir rubuh. Katakanlah itu harta terakhir satu-satunya yang ia miliki saat ini walau tidak layak huni namun itu satu-satunya tempat untuk berteduh.

Masa suram itu perlahan berwarna sejak pertemuannya dengan seorang mahasiswi sederhana, walau tidak cantik namun hatinya jauh lebih cantik dari yang lain. Perlahan pertemanan mereka semakin dalam.

Semakin hari mereka semakin akrab ibarat kakak beradik. Melalui wanita itu, Alfian mulai membuka hati dan kembali berteman dengan banyak orang. Beberapa teman satu prodinya menjadi sahabatnya.
Namun itu semua tidak bertahan lama.
Hingga kembali kehilangan teman yang sama seperti dulu. Seolah berpola namun begitulah adanya.

Setelah kecelakaan naas menimpanya beberapa bulan yang lalu. Ia kembali sendirian seperti dulu. Namun tak ada kata terpuruk dalam kamusnya. Semua masalah membuatnya setegar batu karang, selentur karet dan setajam silet.

Kumpulan Cerita SingkatHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin