Bab 2 - Pria Baik Untuk Perempuan Baik

102K 5.4K 181
                                    


بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Yang baik, akan disandingkan dengan yang baik, pula.
Janji Allah, itu pasti.

🍁🍁🍁

Jujur, sejak awal Aiza memperbaiki diri, bukan semata-mata berharap mendapatkan jodoh yang baik. Melainkan dia bersiap untuk menghadap kematian, yang dijemput langsung oleh malaikat Izrail.

Aiza pernah mendengar, sakaratul maut umat muslim telah ditanggung oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, namun, itu diberikan pada mereka yang bertaqwa. Sementara yang lainnya, sebagai azab, maka mereka patut merasakan perihnya ketika dicabut nyawa. Wallahu 'Alam Bishowab. Aiza sendiri masih ambigu.

Cita-cita Aiza adalah mati secara husnul khatimah. Cita-cita yang kadang diabaikan orang-orang muslim. Sebab mereka terlena oleh kesenangan dunia, dan yang dikejar hanya kesuksesan dunia. Mereka hanya ingin merasakan hidup enak, tanpa berpikir bagaimana caranya mati enak.

Rela meninggalkan salat, demi pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan.

Rela tidak membaca Al-Qur'an, lantaran sibuk membaca buku untuk dijadikan referensi. Dokter membaca buku tentang kedokteran. Pengusaha membaca buku cara-cara menjadi pengusaha sukses. Penulis membaca novel. Chef membaca resep.

Jika ingin mengejar dunia, maka akhirat akan terbengkalai. Sebaliknya, jika ingin mengejar akhirat, maka dunia akan mengikuti.

Banyak yang keberatan dengan salat fardu. Katanya, salat itu menambah beban. Tidak! Sekali lagi untuk mempertegas, salat itu bukan beban! Tapi salat adalah cara untuk meringankan beban. Cara ampuh untuk menenangkan kegelisahan akan urusan duniawi yang tidak akan pernah berujung lantaran kurangnya bersyukur.

Sombong sekali mereka. Mengaku bahwa kesuksesan yang mereka capai adalah hasil dari kerja keras sendiri, tanpa tahu, bahwa kesuksesan seseorang timbul karena adanya kehendak dari Allah. Tanpa persetujuan Allah, maka dia belum tentu bisa berhasil.

Aiza merasa beruntung, karena ia diberi kesadaran kalau dunia hanya sementara. Kehidupan abadi ada di akhirat, kelak. Maka, Aiza memokuskan diri untuk menggapai Jannah-Nya.

Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula).
(QS. An-Nur 24: Ayat 26)

Ya, ayat tersebut pernah Aiza baca. Bahkan beberapa kali, dan Aiza hafal sekali dengan ayat tersebut.

Memang benar, perempuan baik untuk laki-laki baik, semuanya terbukti ketika Aiza bertemu seseorang di majelis taklim. Hal yang tidak disangka-sangka terjadi. Allah telah menepati janjinya. Sungguh, Dia adalah Dzat yang Maha Adil. Aiza percaya, jodoh tidak perlu dicari, karena ia sudah tertulis di Lauhul Mahfuz. Rezeki, jodoh, kematian, semuanya tercatat tanpa ada yang tertukar di antara masing-masing umat.

Kajian rutin yang kerap Aiza ikuti di masjid Islamic Centre ternyata telah mempertemukan dia dengan seorang laki-laki.

Yang Aiza yakini, bahwa dia adalah jodohnya.

Tentu, pertemuan itu tidak terjadi secara sengaja. Sebab teman Aiza, yang bernama Indri, telah memperkenalkan Aiza dengan lelaki bercelana di atas mata kaki itu.

Saat itu umur Aiza menginjak 20 tahun, dan pria yang Indri kenalkan berumur 21 tahun, hanya memiliki selisih satu tahun. Tidak masalah, kan? Sebab kedewasaan seseorang bukan ditentukan oleh usia.

Di Balik Niqab [TERBIT]Where stories live. Discover now