×Cerita Masa Lalu×

342 29 2
                                    

Jam dinding menunjukkan pukul 15.00, menandakan bahwa pelajaran hari ini sudah berakhir. Pak Lay beranjak dari meja guru.

"Baik anak-anak pelajaran pada hari ini kita akhiri, jangan lupa untuk mengerjakan tugas rumah halaman 135. Selamat sore" ucap pak Lay lalu  meninggalkan para murid yang malah asik sendiri. Alice sesekali menatap arlojinya lalu menghela napas sejenak. Ia ingat, ia harus bertemu dengan Sehun setelah ini.

Satu persatu murid mulai keluar dari kelasnya. Menyisihkan Alice, sang ketua kelas--Wendy dan Jihoon yang memang menjabat sebagai bendahara kelas. Alice menatap sekilas kearah wendy dan jihoon yang asik berdebat tentang uang kas yang beberapa hari ini hilang, mungkin dicuri? entahlah bukan urusan Alice. Tiba-tiba ponsel alice berdering, beberapa notifikasi muncul. Alice menatap layar ponselnya.

Oh, dari Sehun.

Ia memasukkan kembali ponselnya kesaku rok lalu beranjak dari kursinya. Wendy dan Jihoon yang tadinya asik berdebat kini terdiam sejenak menatap kepergian Alice. Jihoon menatap Wendy seolah bertanya 'kenapa?', Wendy yang memang tidak tahu apapun hanya menggedikkan bahunya acuh. lalu mereka berdebat lagi. Aneh.

***

"Lama banget lo datengnya. Jamuran ni gue" protes Sehun kepada Alice. Alice hanya melirik sinis kearah Sehun, tak berniat membuka suara.

"Buset, natep nya b aja dong lice" Sehun menggedikkan bahunya. Katanya 'ngeri kalok ditatap alice'.

"Bacot" ucap Alice sembari melemparkan tasnya ke sembarang tempat Lalu mendudukkan pantatnya ke tanah berumput. Sehun mendengus.

"Jadi-"

"Langsung intinya aja" Alice memotong ucapan Sehun. Sehun memutar bola matanya malas, jengah melihat Alice yang terlalu dingin dan serius.

Emang nggak bisa diajak basa basi ni orang. Heran gue.

Sehun mengacak rambutnya lalu mengalihkan pandangannya kearah pohon beringin. Raut wajahnya kini berubah menjadi serius. Ia kemudian duduk disamping Alice. Mengatur napas sejenak sebelum bercerita panjang.

"Ok gue bakal cerita tentang 'Missa'. Lo harus tau masa lalunya. Itu semua ada kaitannya sama keluarga lo" kata Sehun tanpa menatap wajah Alice. Tahu tatapan Sehun kosong, mencoba menerawang kejadian di masa lalunya. Kelam memang.

-Flashback-
5 tahun yang lalu.

Dulu, semua baik baik saja--katanya. Nyatanya tidak bagi seorang laki laki angkuh bernama Kim Jongin. Laki laki berkulit tan itu masih saja termenung.

"Jadi gini ya rasanya ditinggal sama orang yang kita sayangi?" Jongin tertawa kecut, ia menertawakan dirinya sendiri. Hancur dan lemah, itu yang ia rasakan sekarang.

"Jongin, Tuan dan nyonya Kim udah tiada. Lo Jang-" ucapan sehun terpotong.

"Iya gue tau Hun" potong Jongin. Sehun menatap sahabatnya sedih, ikut merasakan hancurnya Jongin.

"Hun, bulan depan Alice sama Taehyung balik ke Indo. Bisa lo rahasiain kematian orangtua gue?" Tanya Jongin kepada Sehun. Sehun tersenyum. Ia tahu Jongin tak mau melihat kedua adiknya sedih, terlebih lagi keluarga jongin memang tinggal Alice dan Taehyung. Yang lain? Mereka sudah mati dibunuh. Sehun tersenyum lagi lalu menggangguk mengiyakan.

"Bisa, gue usahain" ucap sehun mantap. Jongin tersenyum, memang Sehun sahabat terbaiknya.

"Hun gue mau pergi bentar. Lo bisa jaga rumah gue kan?"

"Lo mau kemana?" Sehun mengerutkan keningnya.

"Mau ikut?" Jongin menatap Sehun. Sehun menaikkan salah satu alisnya. "kem-"

"Balas dendam" potongnya. Jongin tertawa ia tahu apa yang akan ia lakukan setelah ini. 'Balas dendam' memang awal dari segala kehancuran.

×××

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

TBC


A/N

Dikit ya? Wkwkwk
Sorry kalok ada typo.
Jgn lupa vote&coment.tq

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 22, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Indigo ; Lai GuanlinWhere stories live. Discover now