Merenggang

57 9 7
                                    

Bogor.
Februari, 2017.

Setelah perlombaan itu, hubunganku dengan Erlangga tidak lagi sama seperti dahulu. Sesekali dia memang nanya aku udah modol atau belum, terus kalau ada yang ke toilet dia langsung bilang aku kalau orang itu lagi modol, udah kayak laporan tugas aja. Gitu doang sih, dia kayak begitu juga kalau ada yang lain, kalau cuman berdua ya kita nggak akan ngobrol, boro-boro ngobrol, kalau udah eye contact pasti aku sama dia langsung buang muka.

Sedih aja, aneh gitu, dia cepat banget berubahnya, nanti gini nanti gitu. Hari ini saat masuk sekolah tadi pagi aku tertawa melihat Erlangga duduk sembari menyelimuti tubuhnya menggunakan sejadah, padahal dia ada jaket. Dia juga batuk-batuk terus, pasti dia sakit.

Erlangga tidak terlalu banyak bercanda, dikit-dikit batuk, kata Putra juga si Erlangga lagi sakit, palingan besok tidak masuk. Cepat sembuh, ya.

Aku tidak bisa mengucapkannya secara langsung, pastinya nanti bakalan canggung terus. Hm, yaudah lah.

🍃

Tuh kan benar, dia hari ini tidak masuk sekolah. Udah bosan tambah bosan juga. Ada yang aneh juga, biasanya kalau tidak bercanda ya paligan merhatiin dia, tapi hari ini... ya ngegabut.

Main HP terus, siapa tahu gitu dia dm aku, hahaha. Ya nggak mungkin sih. Ah, tapi memang tidak ada yang tahu. Pas jam satu siang, Erlangga mengirimiku pesan.

Tidak usah tanya apa aku senang atau tidak, tentunya senang lah.

Walau ujungnya di baca doang.

Angga_er

Cut cowonya yg masuk siapa ajh?

semua masuk kecuali lo

Apa?

Kenapa aku nggak bilang gws ke dia?

NGAPAIN JUGA? NYARI MATI ITU MAH NAMANYA.

Oke, lupakan dia sesaat. Mari belajar lagi. Semakin ke sini aku semakin pusing dengan tugas. Belum lagi syuting nggak kelar-kelar. Padahal aku masih KTSP, tapi pusingnya saja bukan main.

Why gitu?

🍃

Demi.

Demi apa pun aku kaget banget.

Pagi ini saat mau ke sekolah aku di jegat sama Udin, dia tiba-tiba aja beridiri depan aku terus nagih power bank. Asli ini kepagiannnn kali, usha pinjem aja.

"Ntar, ntar."

Aku menutup resleting tasku lagi, tak lama seseorang datang di belakang Udin. Melihatnya saja jantungku berdegup bukan main, dia menyapaku tapi tidak aku gubris, mungkin aku terlalu fokus menatap wajahnya yang masih pucat, lagi pucat saja masih bisa tersenyum.

Iya dia senyum yang mau nggak mau aku ikut senyum. Lalu tak lama setelah itu aku pergi ke dalam sekolah.

Namun begitu sampai di kelas pun, namanya canggung ya tetap canggung. Aku lagi di meja Fildzah dan aku ingin kembali ke mejaku yang paling pojok, tetapi aku berhenti melangkah ketika melihat Erlangga ikut berdiri juga. Aku memperhatikannya, sesekali bahkan kami berkontak mata. Sepertinya dia mau ke barisan dimana aku beridiri.

One Year Full Of MemoriesWhere stories live. Discover now