Chapter 13

5.3K 549 38
                                    

Cerita ini hanya dipublikasikan di Wattpad!

Ada yang nunggu cerita ini?

Selamat membaca, pembaca setiaku yang manis!

---

Daisy hanya bisa terdiam karena tak percaya ketika tahu bahwa rumah seorang Maxwell Maynard Addison tidak terlalu jauh dari pantai. Bangunan rumah yang didominasi warna putih itu memang tidak terlalu besar layaknya mansion Addison atau mansion milik Grabriel Ashton. Tapi tentu saja Daisy menyukainya. Jika pun tidak, dia akan mulai belajar menyukainya karena dia memang harus menetap di sana.

Tidak ada sambutan hangat dari karyawan rumah. Semuanya terlihat sepi, walau banyak penjaga yang berlalu lalang memenuhi kewajiban mereka sebagai staf keamanan. Ketika berpapasan dengan Daisy, -yang memang berjalan beriringan dengan Max- mereka hanya mengangguk sebagai tanda hormat. Tanpa ada ucapan atau suara yang keluar dari bibir mereka.

Daisy pernah merasakannya dulu ketika masih tinggal bersama Gabriel. Mengingatnya tidak lantas membuat dia rindu masa-masa terdahulu. Hanya saja dia tidak ingin perasaan kesepian dan keheningan akan kembali mendominasi dalam diri. Terutama ketika Gabriel lebih memilih mengajak pergi Elma daripada Daisy. Gabriel dengan bangga hati memperkenalkan Elma sebagai putri satu-satunya tanpa melibatkan Daisy sedikit pun di dalamnya.

Daisy bergulat dengan pikirannya sendiri dan seketika menjadi sadar ketika bahunya ditepuk Max.

"Aku merasa tersinggung ketika seseorang yang memasuki rumahku berekspresi muram." Jelas Max yang tentu berbohong karena mana mungkin dia peduli akan hal sentimental seperti itu. Tapi jika menyangkut Daisy, mungkin suatu pengecualian baginya.

"Maaf. Aku tiba-tiba teringat rumah orangtuaku." Daisy menjawab jujur sembari menunjukkan ekspresi tak enak dan tidak ada yang dilakukan Max selain mengangguk mengerti.

"Aku akan mengenalkanmu pada mereka. Kemarilah!"

"Siapa?"

"Kau akan tahu nanti."

Tidak ada yang dilakukan Daisy selain mengikuti langkah Max. Pria itu membawanya ke arah pintu masuk dan karena langkah Daisy terlalu cepat, dia sampai tidak bisa menahan langkah kaki hingga menabrak punggung Max. Pasalnya pria itu tiba-tiba berhenti tanpa aba-aba.

"Sebaiknya bilang dulu sebelum berhenti!" Daisy berseru dan kalimat lanjutannya akan ia lontarkan namun terhenti karena dia mendengar jelas auman singa.

Reflek, Daisy menengok ke arah samping dan melotot tak percaya ketika mata birunya melihat dua ekor singa putih menatap tajam ke arahnya. Walau keduanya berada di dalam kandang khusus, tetap saja Daisy merasa ketakutan. Membayangkan dirinya dicakar dan dicabik-cabik oleh salah satu hewan spesial itu sudah tentu membuatnya bergidik ngeri tak karuan.

"Greer dan Leo" Max bersuara.

"Greer dan Leo?"

"Ya, nama keduanya."

"Aku baru tahu kau memiliki hobi seperti ini."

"Seperti apa?"

"Memelihara hewan langka." Ucap Daisy sembari merapatkan tubuhnya ke tubuh Max. Tindakan yang diam-diam membuat Max merasa gemas sendiri. Walau pria itu cukup tahu bahwa tindakan Daisy adalah gerak reflek karena takut.

"Kau kurang mencari tahu tentang diriku secara detail rupanya. Aku mengira selama kau menjadikanku targetmu, kau akan mencari tahu apa pun tentang diriku."

Ada nada sindiran dalam kalimat Max. Daisy jelas tahu itu hingga bibirnya mengerucut sebal. Sedang mata birunya masih awas melihat setiap gerakan dua ekor singa putih di depannya. Walau singa itu sudah tidak lagi menatapnya, tetap saja Daisy merasa takut.

Unfailing (#4 MDA Series)Where stories live. Discover now