Chapter 20

4.9K 568 51
                                    

Cerita ini hanya dipublikasikan di Wattpad!

Sambil baca, jangan lupa cek mulmed ya ;)

Sedikit banyak artinya mewakili chapter inilah :D

Selamat membaca, pembaca setiaku yang manis!

---

Mata biru Daisy mengamati interaksi Gabriel dengan Elma. Ayahnya terlihat begitu semringah dengan tangan yang sesekali menepuk lembut puncak kepala Elma. Sesekali mata Daisy berkedip dengan bibir mengerucut sebal karena sadar bahwa dia tidak pernah diperlakukan selembut itu oleh ayahnya.

Daisy tidak menangis. Lebih tepatnya berusaha untuk tidak menangis lagi karena tidak ingin air matanya terbuang sia-sia. Diusahakan penuh untuk mengabaikan pemandangan di depannya itu dengan memfokuskan segala pandangan pada makanan yang tersaji di hadapannya.

Selezat apa pun menu makanan serta minumannya, tidak mampu menjadi stimulus bagi Daisy untuk lebih banyak lagi menghabiskannya. Semuanya terasa hambar. Tidak manis, tidak pahit, tidak asam, pendeknya indra pengecap Daisy gagal berfungsi baik. Namun tetap saja Daisy berusaha untuk memakannya. Lalu semua buyar ketika mendengar suara sapaan dari seorang wanita yang akhir-akhir ini seringkali menghabiskan waktu di rumah besarnya.

Wanita itu tanpa malu segera mendaratkan ciuman pada bibir ayahnya. Tidak lupa melontarkan kata-kata cinta yang Daisy tidak tahu makna sebenarnya. Wanita itu juga memberikan ciuman pada pucuk kepala Elma. Mengatakan bahwa ia begitu merindukan gadis kecil itu. Wanita cantik dengan rambut panjang berwarna cokelat terang yang ditaksir Daisy sebagai ibu dari Elma. Kekasih Gabriel Ashton.

Daisy tidak tahu pasti tentang wanita itu karena pada dasarnya dia tidak mau peduli.

Tanpa perlu mengikutsertakan Daisy, ketiganya mulai berbicara layaknya keluarga bahagia. Sepenuhnya mengabaikan Daisy yang duduk dengan canggung. Daisy ingin memanggil ibunya untuk bergabung makan malam. Tapi dia tidak melakukannya karena kejadian terakhir masih membekas benar dalam ingatannya. Di mana ibunya tak segan memukul dan mencubit tangannya sampai meninggalkan bekas kebiruan.

Merasa tidak lagi lapar juga ingin lekas-lekas meninggalkan ruang makan, Daisy mulai beranjak dari duduk. Pergerakan yang memunculkan suara decitan kursi hingga mampu menyita perhatian tiga orang yang sedang asyik bercengkerama.

"Oh, Daisy!" ibu Elma menyapa Daisy dengan senyum lebar. "Kemarilah! Aku membawa sesuatu untukmu" katanya sembari mengangkat paper bag bertuliskan toko mainan terkenal.

Dengan langkah kecil dan tergesa-gesa, Daisy menghampiri wanita itu. Seperti kebanyakan anak kecil, Daisy menyukai hadiah. Oleh karena itu mata birunya tidak menyembunyikan kegembiraannya ketika tangannya menerima paper bag dari wanita itu. Ditariknya sesuatu dari dalam yang ternyata sebuah boneka berukuran sedang.

"Terima kasih" ucap Daisy dengan mata berbinar riang.

"Semoga kau menyukainya" ucap wanita itu.

"Kita bisa bermain bersama, Daisy" Elma berseru riang. "Mama juga membelikanku boneka. Ini ... Mama membelikanku boneka yang jauh lebih besar darimu."

Dengan senyum lebar, Elma menunjuk boneka berukuran besar di dekat kakinya. Membuat Daisy seketika merengut karena ukuran bonekanya jauh berbeda dari Elma.

"Aku mau bonekamu!" seru Daisy yang seketika melemparkan boneka yang dipegangnya lalu mengambil memeluk boneka milik Elma.

"Jangan!" Elma berteriak dengan ekspresi wajah ingin menangis.

Unfailing (#4 MDA Series)Where stories live. Discover now