Sabriel....

194 9 9
                                    

Perjalanan hidupku berat, menurut orang lain. Tapi aku merasa tidak keberatan sama sekali ditakdirkan seperti ini. Aku akan menceritakannya pada kalian, tenang saja semuanya akurat. Karena aku tidak pernah melupakan sesuatu. Yah, itu adalah salah satu kelemahan fatalku.

Oh, apa aku sudah memperkenalkan diri? Maafkan aku. Namaku Sabriel Rosagami,  dan inilah kisah hidupku.

Petualanganku dimulai, pada saat aku baru berumur 3 tahun, aku melihat kedua orangtuaku meninggal. Aku tau kalau aku adalah anak angkat mereka. Tapi, mereka sangat berjasa bagiku.

Hari Rabu, tanggal 5 April tahun 1995. Saat itu sedang badai besar di samudra pasifik, kami sekeluarga sedang berlayar dari Indonesia ke New York. Karena terlalu berbahaya menaiki pesawat, kami terpaksa melewati laut. Ayahku tengah melakukan sebuah perjalanan bisnis. Mengingat, akulah yang akan meneruskan bisnisnya. Aku juga diajak. Tapi, takdir mengatakan lain. Kapal kami bocor, kemungkinan terkena sabotase dari salah satu musuh perusahaan kami.

Ibuku memasangkan pelampung penyelamat yang kebesaran padaku, dan menyuruhku untuk tetap memegang papan penyelamat apapun yang terjadi sampai aku tiba di daratan. Pada saat terakhir, disaat sebuah petir menyambar kapal. Ibu dan ayahku memelukku dan mencium keningku untuk terakhir kalinya.

Aku mengerjap, dan berbisik. "Aku mencintai kalian berdua..."

"Sabriel, jadilah anak pintar. Hidupi kehidupanmu. Masa depanmu masih panjang...." lirih ayahku.

Kemudian ibuku memelukku lebih erat. "Jangan pernah berpikir untuk hidup sendirian, kau perlu seseorang untuk berbagi. Kau memerlukan teman, Sachiku sayang, kau harus kuat..."

"Ibu, Ayah..." suaraku tercekat.

"Kaulah yang paling istimewa diantara yang istimewa."

Duar!

Beberapa saat kemudian yang kulihat hanyalah, kapal kami yang hancur dan tenggelam, di hadapanku.

Aku terombang-ambing sekitar 1 minggu ditengah-tengah Samudra Pasifik. Aku ingat betapa kelaparannya aku, anehnya aku tidak kedinginan, mungkin sedikit tapi tidak bertahan lama.

Aku mengingat bagaimana orang tuaku melakukan apa saja demi kehidupanku. Dan itu membuat dadaku sakit. Aku tidak tau perasaan apa itu. Sungguh, aku tidak tau.

Hal yang kutau berikutnya adalah, disaat aku terbangun. Aku telah terdampar di sebuah pulau.

"Oh, demi dewa-dewi. Dia hanya seorang gadis kecil..."

Hal yang kutau berikutnya, aku pingsan. Hei, saat itu aku hanya gadis berumur 3 tahun, oke?

Aku membuka mataku dan mendapati seorang gadis remaja berambut karamel duduk di sampingku. Ia tersenyum manis padaku.

"Hei, gadis manis. Makanlah ini..." ia memberikan semangkuk semur padaku.

Aku menatapnya kosong. Aku kelaparan, tapi aku juga tidak berselera makan. Gadis itu mengusap kepalaku lembut.

"Mau kusuapi?"

Aku mengerjap. Sebagai seorang anak balita yang manis aku mengangguk. Gadis itu tersenyum dan menyuapiku dengan semur buatannya.

"Siapa namamu, gadis manis?"

"Sabriel, namaku Sabriel Rosagami."

(***)

Mulai hari itu, aku tinggal di pulau kecil indah itu dengan Calypso. Dia membuatkanku gaun chiton putih yang lebih praktis dikenakan, ia juga membuatkanku rompi berwarna hijau musim semi yang sangat manis. Dia selalu mengepang kecil rambutku dan menjadikannya bando dengan membiarkan sisanya terurai lalu menghiasinya sebuah bunga putih cantik, dan tali pelangi buatan Calypso. Dia bilang kalau nama bunga itu adalah moonlace. Aku sangat menyukainya!

Ini cerita kami. PARA DEMIGOD!Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora