Kak Azizah

3.5K 198 8
                                    

  
Awali bacaan dengan basmallah dan akhiri dengan hamdallah. Utamakn Al-Qur'an dalam segala hal.
       
    Rasanya mulutku sulit terucap selain nikmat syukurku pada Allah Azza Wajalla.
                -Cahaya Fauziah Dewi-
   

  Saat aku di kafe aku melihat wanita yang kukenal yah siapa lagi kalau bukan Azizah istri sah dari Denan

    Kini aku sudah melihat Denan, ia jauh berkali-kali lipat tampannya, Denia yang melihatnya hanya terdiam dan menelan ludah, aku tau dia menelan kepahitan cintanya yang sudah usang.

     Aku, Siren dan Denia pun menghampiri mereka berdua.

      "Assalamu'alaikum," ucapku pada mereka berdua.
 
      "Wa'alaikumsalam," ucap Denan dan Azizah.

     "Siren, Cahaya ini siapa?" Ucap Reza penasaran.

     "Masa gak ingat sih Denan? Sahabat lo kali di Yogya, Denia, " ucapku.

    "Denia? Beda yah sekarang, oh iya perkenalkan ini istriku, Azizah," ucap Rasyid.

    "Iya, ternyata tetap cantik yah tanpa makeup," ucap Denia memuji Azizah.

     "Syukron,anti juga cantik,oh iya syukron ya sudah datang kepernikahan ana, sudah jauh-jauh datang," ucap Azizah dengan senyum manisnya.

     "Iya, sama-sama," ucap Denia dengan senyum palsunya namun ia harus mengikhlaskan.

     "Oh iya kalian habis ini ke Mesir lagi atau gimana?" ucap Cahaya.

    "Yah mungkin sekitar 1 bulan baru kita kembali ke Mesir," ucap Rasyid.

***
     Setelah di kafe, aku tiba-tiba teringat dengan kakakku, karena namanya mirip dengan istri Denan Azizah, aku pun mengatakan keinginanku kepada Siren yaitu keinginan bertemu kakakku Azizah.

     "Kakakku keadaannya gimana?" ucapku.

     "Keadaannya prihatin, aku kasian sama kakakm" Ucap Siren.

     "Aku bertahun-tahun nyari nomor kakakku dan gak pernah ketemu dan ternyata kamu tau semuanya, kenapa kamu nyembunyiin ini dari aku? " ucapku agak kesal.

     "Ini disuruh kakak kamu, dia gak mau ketemu sama kamu, dia malu ketemu sama kamu, tapi aku gak tenang, aku gak bisa biarin kakak kamu menderita, aku mau pertemuin kamu sama kakak kamu," ucap Siren sambil menyetir mobilnya.

      Kini aku sudah sampai di rumah kakakku, kudengar suara batuk-batuk dari dalam ruangan tersebut.

       Aku pun mulai mengetuk pintu rumah tersebut.

      "Assalamualaikum," ucapku.

        "Sebentar," ucap kakakku Azizah seraya membuka pintu tersebut.

        Kakakku kini semakin memucat, dari kelihatannya ia sakit-sakitan, aku benar-benar tidak tega melihat kondisinya sekarang.

       "Kak Azizah ini aku Cahaya," ucapku seraya memeluk kakakku.
 
       "Kenapa? Kenapa kamu masih menganggapku kakakmu hah? Aku selalu jahat sama kamu, lebih baik kalian pergi," ucap kakakku menangis.

     "Kak Azizah, bagaimanapun kakak tetap kakakku, kak kita tinggal di rumah Tante Lisa yah, sekarang aku jadi sekretaris," ucapku seraya memegang tangan kakakku.

     "Hah? Cita-cita kamu berhasil,Dek. Maafin kakak yang selalu remehin cita-cita kamu," ucap kakakku memelukku.

      Aku merasa terbawa perasaan hingga menangis terharu.

       Kakak aku menceritakan bahwa suaminya lebih memilih menikah dengan orang lain semenjak kakakku terkena penyakit anemianya kambuh sehingga kakakku harus mengontrak rumah dan kini kerjanya sebagai pemulung dan kadang hanya minum air putih dan nasi yang diberi garam.

  "Kak, aku kasian sama kakak, aku gak tega ngebayanginnya, ikut aku ke Yogya yah kak, kakak akan dioperasi disana, terus kita hidup bahagia," ucapku memohon.

   "Maaf kakak gak bisa nerima tawaran kamu, kakak merasa sangat bersalah sama kamu,juga mama,makanya kakak sekarang pakai jilbab,"ucap kakakku sambil menangis.

       "Syukurlah kakak mau pake jilbab, kakak sudah menjalankan amanah Almarhum mama, tetapi kakak harus ikut yah sama aku," ucapku memaksa.

      Akhirnya setelah dibujuk dengan Denia dan Siren juga kakakku mau kuajak ke Yogyakarta, dari Yogya ke Bandung aku kembali membawa cerita ditempat ini.

      Aku lega mendengar Siren mengatakan kalau Brian ingin melamarku, berarti doaku sebentar lagi dikabulkan oleh Allah.

       Mungkin besok aku akan kembali lagi ke Yogyakarta, kasian Tante Lisa dan Syakila sedang menungguku serta Denia.

       Selamat tinggal Bandung untuk kedua kalinya, kota yang membawa kenangan.

*bersambung

      

    

      

Muhasabah cinta (COMPLETED) Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora